MAKALAH TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID & LIQUID “SUSPENSI
Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI
SEMI SOLID & LIQUID “SUSPENSI”
Disusun
Oleh :
1. Lita Dwi Fitrilia E0014042
2. Siti Lailatul Karimah E0014053
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah
SWT atas limpahan rahmatnya kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita
wujudkan dengan cara memelihara lingkungan dan mengasah akal budi pekerti kita
untuk memanfaatkan karunia Allah SWT itu dengan sebaik-baiknya.
Jadi,rasa syukur itu harus
senantiasa kita wujudkan dengan rajin belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. Dengan cara itu, anda akan menjadi generasi bangsa yang tangguh
dan berbobot serta pintar. Makalah ini yaitu materi “Tekhnologi Sediaan Farmasi
Solid & Liquid” tentang “SEDIAAN SUSPENSI”.
Segala usaha telah kami lakukan
untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal itu kami
menyadari tentu masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharap
kritik dan saran dari semua pihak yang bisa kami jadikan sebagai motivasi.
Slawi, Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 2
1.3
Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian sediaan suspensi ..................................................................... 3
2.2
Jenis –jenis suspensi ................................................................................ 5
2.3
Kelebihan dan kelemahan sediaan suspense
........................................... 6
2.4 Cara
Pembuatan Suspensi Secara Umum ............................................... 6
2.5
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
dalam Suspensi ................................. 7
2.6 Definisi
Stabilitas Suspensi .................................................................... 7
2.7 Faktor
yang mempengaruhi stabilitas suspense ...................................... 8
2.8 Penilaian
Stabilitas Suspensi ................................................................. 10
2.9 Formulasi
Suspensi ............................................................................... 10
2.10 Pengemasan
dan Penandaan Sediaan ................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dizaman era modern sekarang
ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang di jumpai di pasaran, bentuk
sediaanya antara lain dalam bentuk sediaan padat contohnya piil, tablet,
kapsul, supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim,
salep. Sedangkan dalam bentuk sediaan cair adalah sirup, elixir, suspensi,
emulsi dan sebagainya. Dalam praktikum kalin ini khusunya membahas tentang
suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara umum
dapat di artikan sebagai suatu system dispers kasar yang terdiri atas bahan
padat tidak larut tetapi terdispers merata kedalam pembawanya. Alasan bahan
obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yatu bahan obat mempunyai
kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan dalam bentuk
sediaan cair,mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obat dapat
diberikan pada anak-anak. Alasan sediaan suspensi dapat diterima oleh para
konsumen dikarenakan penampilan baik dari segi warna, ataupun bentuk wadahnya.
Penggunaan sediaan suspensi jika dibandingkan dengan bentuk larutan lebih
efisien karena suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil
dalam air. Sediaan
dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain
pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima
baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun
bentuk wadahnya.
Kekurangan
suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan
terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama
jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran
utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat
kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi
dapat disuspensi dengan baik.
Demikian sangat penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan bentuk sediaan suspensi yang sesuai dengan
syarat suspensi yang ideal.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa
itu sediaan suspensi?
2. Apa
saja jenis – jenis sediaan suspensi?
3. Apa
kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi?
4. Bagaimana
cara pembuatan sediaan suspensi?
5. Apa
saja yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi?
6. Apa
yang dimaksud dengan stabilitas sediaan suspensi?
7. Apa
saja faktor yang dapat memengaruhi stabilitas suspensi?
8. Bagaimana
cara penilaian stabilitas suspensi?
9.
Bagaimana Formulasi suspensi?
10. Bagaimana
Pengemasan dan Penandaan Sediaan
1.3
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Dapat
mengetahui definisi sediaan supensi.
2. Dapat
mengetahui jenis – jenis sediaan suspensi.
3. Dapat
mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan suspensi.
4. Dapat
mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi.
5. Dapat
mengetahui faktor yang harus diperhatikan pada sediaan suspensi.
6. Dapat
mengetahui definisi stabilitas sediaan suspensi.
7. Dapat
mengetahui faktor yang bisa memengaruhi stabilitas suspensi.
8. Dapat
mengetahui cara penilaian sediaan suspensi.
9. Dapat
mengetahui formulasi sediaan suspensi.
10. Dapat
mengetahui Pengemasan dan Penandaan Sediaan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Sediaan Suspensi
A. Menurut
Buku Referensi
a) Farmakope
Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.(Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)Suspensi Oral :
sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
b) Farmakope
Indonesia III, Th. 1979, hal 32
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
c) Suspensi
menurut Voight, R. (1994)
Suspensi
oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat
terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang
cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal: sediaan cair
yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam
suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi
otic: sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud
ditanamkan di luar telinga.
d) Fornas
Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari
obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang
pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk
untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
e) IMO
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus,
tidak boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus
segera terdispersii kembali.
B. Pengertian
suspensi secara umum
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel
kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi
keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk
menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut
bahan pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi
oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket
sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang
harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera
sebelum digunakan.
Suspensi
topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang
diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi
tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi
untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi
untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.2 Persyaratan
sediaan suspensi
1) Menurut
FI edisi III
Zat terdispersi harus halus dan
tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali. Dapat
mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi
tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang. Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
2) Menurut
FI edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan
secara intravena dan intratekal
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
2.3 Jenis-jenis
suspensi
Suspensi Oral adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Suspensi Topikal
adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi Optalmik adalah
sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam
cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi tetes
telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Suspensi untuk injeksi
adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi untuk injeksi
terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.4 Kelebihan
dan Kelemahan Sediaan Suspensi
a. Kelebihan
sediaan suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang
menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk pasien
dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat Suspensi
pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih
besar.
Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.
Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.
b. Kelemahan
sediaan suspensi
Suspensi memiliki kestabilan yang
rendah. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di
tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan. Pada saat
penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (caking,
flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu. Sediaan
suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
2.5 Cara
Pembuatan Suspensi Secara Umum
a) Metode
disperse
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah
terbentuk, kemudian diencerkan.
b) Metode
Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik
larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air
sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
2.6 Faktor-Faktor
Yang Harus di Perhatikan Dalam Suspensi (Lachman Practice,1994)
a) Kecepatan
sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk
sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan
supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender/koloid mill. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender/koloid mill. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
b) Pembasahan
serbuk
Untuk
menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal :
span dan tween.
c) Floatasi
(terapung), disebabkan oleh:
1) Perbedaan
densitas
2) Partikel
padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3) Adanya
adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan.
Humektan ialah
zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan :
mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.
Contoh : gliserin, propilenglikol.
d) Pertumbuhan
kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.
Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat
dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan Kristal.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan Kristal.
2.7 Definisi
Stabilitas Suspensi
Stabilitas
adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah, yang dimaksud
dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat yang
terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat
pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas sediaan
suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas
partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke seluruh sediaan suspensi
tersebut.
2.8
Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
1. Ukuran
partikel.
Ukuran
partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin
besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang
sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
parkikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian
dengan menambah viskositas cairan gerakan turu dari partikel yang
dikandungna akan diperlambat.
Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Keterangan:
V = kecepatan aliran
V = kecepatan aliran
d = diameter clad partikel
p = berat jenis dari partikel
po = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
3. Jumlah
partikel (konsentrasi)
Apabila
didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut.
Benturan
itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan
partikel
Dalam
suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak
dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran
partikel dapat diperkecil: dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan
dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.
Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
2.9 Penilaian Stabilitas Suspensi
a. Volume
sedimentasi Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi
harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan
pengukuran volume sedimentasi.Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume
sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum
mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
b. Derajat
flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense
flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
c. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield
d. Perubahan
ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw
cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan
sampai mencair kembali (> titik beku) Dengan cara ini dapat
dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan
berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu
menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran
dan sifat kristal.
2.10 Formulasi
Suspensi
a. Pembuat
suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori: Penggunaan "structured
vehicle" atau sering disebut juga suspending agent untuk
menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, yaitu larutan
hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
b. Penggunaan prinsip-prinsip
flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi
dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi system flokulasi ialah:
Pembuatan suspensi system flokulasi ialah:
a) Partikel
diberi zat pembasah dan dispersi medium
b) Lalu ditambah zat
pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
c) Diperoleh suspensi flokulasi
sebagai produk akhir.
d) Apabila
dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah structured vehicle
e) Produk
akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan
pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan
atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat
pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi
bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang
bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang
bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AICl3 (Aluminium
trichlorida).
Bahan
Pengawet Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas
suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan
terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini
sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
2.11 Pengemasan dan Penandaan Sediaan
Semua
suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara
diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan
suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung
dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap
kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat yang
merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan
seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suspensi
adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase
apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan
suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi
topical dan suspensi otic.
Cara
pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang
keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent
yang berasal dari alam maupun sintetik.
3.2 Saran
Sebagai
tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan
suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti.
DAFTAR PUSTAKA
Anief,M.2000, “Ilmu Meracik Obat
Teori dan Praktek” Yogyakarta : Gadjah Mada Universty.
Anonim,1979
“Farmakope Indonesia ed lll” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim,1995
“Farmakope Indonesia ed lV” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim,
1978 “Formularium Nasinal ed ll” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Lachman, L., Liebermann, H.A dan
J.I. Kaning, 1994 “Teori dan Praktek Farmasi edisi lll”. Jakarta :UI Press.
Voight,R. 1994 “Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi edisi V” Yogyakarta : Gadjah Mada Universty.
Komentar
Posting Komentar