MAKALAH TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID & LIQUID “SUSPENSI

Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI
SEMI SOLID & LIQUID “SUSPENSI”







Disusun Oleh :

1.    Lita Dwi Fitrilia                E0014042
2.    Siti Lailatul Karimah        E0014053









PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmatnya kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita wujudkan dengan cara memelihara lingkungan dan mengasah akal budi pekerti kita untuk memanfaatkan karunia Allah SWT itu dengan sebaik-baiknya.
Jadi,rasa syukur itu harus senantiasa kita wujudkan dengan rajin belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan cara itu, anda akan menjadi generasi bangsa yang tangguh dan berbobot serta pintar. Makalah ini yaitu materi “Tekhnologi Sediaan Farmasi Solid & Liquid” tentang “SEDIAAN SUSPENSI”.
Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal itu kami menyadari tentu masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang bisa kami jadikan sebagai motivasi.



               Slawi, Oktober 2016
   
Penyusun















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1                                                                                                                                                                                                                                   Latar Belakang                1
1.2                                                                                                                                                                                                                                   Rumusan Masalah                       2
1.3                                                                                                                                                                                                                                   Tujuan                 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian sediaan suspensi ..................................................................... 3
2.2  Jenis –jenis suspensi ................................................................................ 5
2.3  Kelebihan dan kelemahan sediaan suspense ........................................... 6
2.4  Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum ............................................... 6
2.5  Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi ................................. 7
2.6  Definisi Stabilitas Suspensi .................................................................... 7
2.7  Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense ...................................... 8
2.8  Penilaian Stabilitas Suspensi ................................................................. 10
2.9       Formulasi Suspensi ............................................................................... 10
2.10   Pengemasan dan Penandaan Sediaan ................................................... 12
BAB III PENUTUP
         3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
         3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dizaman  era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang di jumpai di pasaran, bentuk sediaanya antara lain dalam bentuk sediaan padat contohnya piil, tablet, kapsul, supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim, salep. Sedangkan dalam bentuk sediaan cair adalah sirup, elixir, suspensi, emulsi dan sebagainya. Dalam praktikum kalin ini khusunya membahas tentang suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh sediaan cair yang secara umum dapat di artikan sebagai suatu system dispers kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispers merata kedalam pembawanya. Alasan bahan obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yatu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair,mudah diberikan pada pasien yang sukar menelan obat dapat diberikan pada anak-anak. Alasan sediaan suspensi dapat diterima oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik dari segi warna, ataupun bentuk wadahnya. Penggunaan sediaan suspensi jika dibandingkan dengan bentuk larutan lebih efisien karena suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Demikian sangat penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan bentuk sediaan suspensi yang sesuai dengan syarat suspensi yang ideal.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.    Apa itu sediaan suspensi?
2.    Apa saja jenis – jenis sediaan suspensi?
3.    Apa kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi?
4.    Bagaimana cara pembuatan sediaan suspensi?
5.    Apa saja yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi?
6.    Apa yang dimaksud dengan stabilitas sediaan suspensi?
7.    Apa saja faktor yang dapat memengaruhi stabilitas suspensi?
8.    Bagaimana cara penilaian stabilitas suspensi?
9.        Bagaimana Formulasi suspensi?
10.     Bagaimana Pengemasan dan Penandaan Sediaan  

1.3    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.    Dapat mengetahui definisi sediaan supensi.
2.    Dapat mengetahui jenis – jenis sediaan suspensi.
3.    Dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan sediaan suspensi.
4.    Dapat mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi.
5.    Dapat mengetahui faktor yang harus diperhatikan pada sediaan suspensi.
6.    Dapat mengetahui definisi stabilitas sediaan suspensi.
7.    Dapat mengetahui faktor yang bisa memengaruhi stabilitas suspensi.
8.    Dapat mengetahui cara penilaian sediaan suspensi.
9.    Dapat mengetahui formulasi sediaan suspensi.
10.     Dapat mengetahui Pengemasan dan Penandaan Sediaan  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian  Sediaan Suspensi
A.  Menurut Buku Referensi
a)   Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.(Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
b)   Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal  32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
c)   Suspensi menurut Voight, R. (1994) 
Suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal: sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic: sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan  di luar telinga.
d)  Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.  Yang  pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.


e)    IMO
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersii kembali.
B.   Pengertian suspensi secara umum
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai  fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

2.2    Persyaratan sediaan suspensi
1)    Menurut FI edisi III
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
2)    Menurut FI edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

2.3    Jenis-jenis suspensi
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

2.4    Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Suspensi
a.    Kelebihan sediaan suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih besar.
Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.
b.    Kelemahan sediaan suspensi
Suspensi memiliki kestabilan yang rendah. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (caking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.

2.5    Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum
a)    Metode disperse
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian diencerkan.
b)   Metode Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

2.6    Faktor-Faktor Yang Harus di Perhatikan Dalam Suspensi (Lachman Practice,1994)
a)    Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa.  BJ medium meningkat. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender/koloid mill. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
b)   Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween.
c)    Floatasi (terapung), disebabkan oleh:
1)   Perbedaan densitas
2)   Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3)   Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme humektan :  mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.  Contoh : gliserin, propilenglikol.
d)   Pertumbuhan kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan Kristal.

2.7    Definisi Stabilitas Suspensi
Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah, yang dimaksud dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat yang terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas sediaan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke seluruh sediaan suspensi tersebut.

2.8  Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
1.    Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.    Kekentalan (viscositas)       
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan gerakan turu dari partikel yang dikandungna akan diperlambat.
 Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Keterangan:
V         = kecepatan aliran
d          = diameter clad partikel
p          = berat jenis dari partikel
po        = berat jenis cairan
g          = gravitasi
η          = viskositas cairan

3.    Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.   Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil: dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

2.9   Penilaian Stabilitas Suspensi
a.     Volume sedimentasi Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
b.    Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
c.     Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield
d.    Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku) Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.

2.10     Formulasi Suspensi
a.    Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori: Penggunaan  "structured vehicle"  atau sering disebut  juga suspending agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
b.    Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi system flokulasi ialah:
a)    Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
b)   Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
c)    Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
d)   Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle
e)    Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AICl3 (Aluminium trichlorida).
Bahan Pengawet Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.



2.11  Pengemasan dan Penandaan Sediaan  
Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi topical dan suspensi otic.
Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari alam maupun sintetik.

3.2  Saran
Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti.


DAFTAR PUSTAKA

Anief,M.2000, “Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek” Yogyakarta : Gadjah Mada Universty.
Anonim,1979 “Farmakope Indonesia ed lll” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim,1995 “Farmakope Indonesia ed lV” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Anonim, 1978 “Formularium Nasinal ed ll” Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Lachman, L., Liebermann, H.A dan J.I. Kaning, 1994 “Teori dan Praktek Farmasi edisi lll”. Jakarta :UI Press.
Voight,R. 1994 “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V” Yogyakarta : Gadjah Mada Universty.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum analgetik

kunci determinasi kunyit

MAKALAH TEKNIK SAMPLING