SINTESIS SENYAWA POTENSIAL ANTI KANKER TURUNAN METIL SINNAMAT
Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH SINTESIS OBAT
SINTESIS SENYAWA
POTENSIAL ANTI KANKER TURUNAN METIL SINNAMAT
Disusun Oleh:
1.
Firman Sidiq Putrawan (E0014037)
2.
Lutfi Amaliyah (E0014043)
3.
Siti Maasruroh (E0014054)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SIKES BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
kami mengucapkan puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada ALLAH SWT atas
segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga akhirnya makalah ini
dapat selesai dengan baik. Kami sangat menyadari bahwa tanpa bantuan,
bimbingan, dorongan dan pertolongan dari banyak pihak, pelaksanaan makalah ini
tidak dapat berjalan dengan baik.
Maka dari itu,
saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dari keluarga dan teman-teman. Didalam pembuatan
makalah ini, kami menyadari betul bahwa kami belum berpengalaman dalam
menulis makalah. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas semua kesalahan dan
kekurangan yang tedapat dalam makalah ini. Akhir kata kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1. .. Metil
sinnamat...............................................................................
2.2. .. Sintetis
metil sinnamat...................................................................
2.3. .. Karakterisasi..................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Obat
adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia. Menurut Batubara (Kepmenkes RI. 2008).
Penyakit kanker telah menjadi salah satu penyebab kematian utama
di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007
menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari
populasi atau kurang lebih 16 juta pasien(1). Saat ini
kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga banyak menimpa anak-anak.
Menurut Data Rumah Sakit Kanker Darmais (RSKD) tahun 2012, jumlah kasus baru
kanker anak mencapai lebih dari 11.000 pasien per tahun di seluruh Indonesia(2). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus
penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%
(Chuang dkk. 2007). Jumlah penderita baru penyakit kanker tahun 2020
diperkirakan meningkat hampir 20 juta penderita. Pada wanita, kanker serviks
menduduki peringkat ketiga dengan jumlah kasus sebesar 9,8% dan angka kematian
8,5% (Parkind MD dkk. 1999).
Banyak upaya yang dilakukan untuk pengobatan kanker antara lain
dengan menggunakan obat-obatan, baik bahan alam maupun sintetik. Alternatif
pengobatan kanker lainnya adalah dengan melakukan kemoterapi, penyinaran,
pembedahan dan terapi kombinasi. Akan tetapi, masing-masing cara pengobatan
kanker tersebut masih memiliki kelemahan, sehingga pengobatan kanker pada
umumnya sampai saat ini belum ada yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk
itu, peluang untuk mencari senyawa bioaktif dari bahan alam ataupun sintesis
senyawa sejenis dengan bahan alam untuk pengobatan kanker masih sangat besar.
Metil sinamat merupakan minyak atsiri yang banyak terkandung pada
spesies Alpinia malaccensis dari famili Zingiberaceae, dan
termasuk salah satu kelompok penting dari tanman obat. Metil sinamat telah
berhasil diisolasi dari A. malaccensis dengan rendemen yang tinggi dan
kemurnian yang baik(4). Penelitian di
bidang organik sintesis terhadap derivat metil sinamat juga telah berkembang.
Asam sinamat merupakan turunan dari metil sinamat, yang termasuk dalam jalur
turunan asam shikimat.
Asam sinamat dan analog alaminya dikenal sebagai pengobatan kanker
selama beberapa abad. Ginsenosida Rg1 dari ginseng, asam sinamat dari Xuanshen
dan tanshinon IIA dari Danshen (RCT) merupakan bahan pengobatan tradisional
untuk menjaga agar tetap awet muda dan menjaga keseimbangan seluruh tubuh untuk
mencegah penyakit. Eksplorasi lebih jauh, RCT diberikan pada sel osteosarkoma
MG-63, bentuk histologis paling umum dari kanker tulang primer, dan penurunan
ekspresi nukleoplasmin dalam matriks nuklear berkaitan dengan induksi
nukleoplasmin, translokasi dari nukleolus ke nukleoplasma dan sitoplasma
ditelusuri dan diamati. Penyelidikan lebih lanjut oleh Shi dkk. mengungkapkan
bahwa pengaturan RCT oleh c-myc dan c-fosonkogen, P53 dan Rbgen
supresor tumor, prohibitin, sebuah penekan tumor protein, dalam matriks nuklear
dan berubah prohibitin dari nukleolus ke sitoplasma. Namun, peran yang tepat
dari asam sinamat dalam kombinasi RCT belum terpecahkan.
Senyawa turunan asam sinamat lainnya adalah asam kafeat, sinamida,
sinamoil ester dan hidrazid sinamat. Senyawa-senyawa turunan asam sinamat
tersebut, baik natural maupun sintetis, telah dilakukan pengujian antikanker.
Asam sinamat dan beberapa senyawa turunannya telah diperiksa sebagai inhibitor
yang baik terhadap aktivitas AKR1C3. AKR1C3 merupakan sel kanker yang terbentuk
dengan adanya hormon, seperti kanker prostat, kanker payudara dan kanker
endometrial. Asam sinamat merupakan inhibitor yang baik terhadap AKR1C3 (IC50 = 50 μM) sebagaimana asam
3,4,5-trimetoksisinamat (IC50 = 50 μM). Di samping itu, asam kafeat mempunyai aktivitas
sitotoksik in vitro yang rendah melawan sel myeloid leukimia (HL-60) dan
berpotensi sebagai agen kemopreventif melawan kanker kulit(7).Telah
dilakukan sintesis senyawa asam sinamat dengan senyawa guanilhidrazon. Hasil
sintesisnya memiliki aktivitas yang tinggi untuk melawan Mycobacterium
tubercolusis H37Rv yang merupakan penyebab penyakit tuberkolusis (TB).
Bairwa, dkk. dan Li, dkk. melaporkan sintesis asam sinamat dengan tionil
klorida menghasilkan halida asam. Halida asam ini dapat direaksikan dengan alkohol
sehingga menjadi ester sinamat (sinamoil ester). Ester sinamat merupakan
kelompok senyawa antikanker. Beberapa ester sinamat yang diisolasi dari
propolis Belanda, benzilkafeat, fenetilkafeat dan sinamoilkafeat, memiliki
potensi sebagai senyawa anti proliferasi terhadap karsinoma usus besar 26-L5
dengan nilai EC50 berturut-turut 0,288, 1,76 dan 0,114 μg/mL. Fenetilkafeat (caffeic
acid phenethyl ester, CAPE) memiliki beberapa aktivitas biologi, yaitu
antioksidan, antiinflamasi dan dapat menginhibisi pertumbuhan tumor.
Sementara itu, salah satu metode pembuatan kumarin adalah dengan
hidroarilasi asam sinamat dan fenol menggunakan asam kuat. Senyawa turunan
kumarin telah lama dikenal memiliki aktivitas biologi yang luas, seperti
antiinflamasi, antioksidan, anti-aging dan antikanker. Eskuletin
berpotensi paling baik diantara kumarin lainnya sebagai penangkap radikal pada
pengujian antioksidan(.
7-isopenteniloksi-kumarin merupakan salah satu senyawa aktif dari Heracleum
lanatum Michx. (Umbelliferae) sebagai senyawa pencegah pembentukan
tumor kulit(11). Kalanon (senyawa derivat kumarin)
dari Callophyllum sp. mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker
serviks HeLa dengan IC50 22,887 μM(12). Kumarin juga
memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 54,2 μM. (Erniwati T., Fairusi
Dila. 2013).
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini:
1.
Apa yang di maksud dengan metil sinnamat?
2.
Bagaimana mensintetis senyawa metil sinnamat?
3.
Bagaimana karakterisasi senyawa metil sinamat hasil
sintetis?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya yaini:
1.
Mengetahui apa
yang di maksud dengan senyawa metil sinnamat
2.
Mengetahui bagaimana mensintetis senyawa metil sinnamat?
3.
Mengetahui bagaimana karakterisasi senyawa metil sinamat
hasil sintetis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metil
Sinnamat
Metil sinnamat merupakan volatil berbentuk
kristal putih yang memiliki aroma yang khas adalah metil 3-fenilproprnoat, asam
2- prepenoat, fenil- metil ester.
Sifat fisika metil sinnamat adalah:
Titik
didih : 262o C
Titik
leleh : 33o
C
Titik
nyala : > 200o
F
Kelarutan
dalam air : 387,1 mg/ 1 pada suhu
25o C
Gambar
struktur metil sinnamat
Senyawa- senyawa ini terdapat dalam tumbuhan dan
beberapa rampah rempahsebagai minyak atsiri,seperti rimpang lengkuas atau laja
goa (A. Malacensis) (Muchtariadi dkk. 2008) dan beberapa populasi
conocephalum conicum (Wood,1996).
Metil trans sinnamat memiliki massa
molekul relatif 162,19. Metil sinnamat memiliki bentuk fisik berupa kristal
putih kekuningan dengan aroma yang kyang has. Memiliki titik didihnya 262 oC
dan titik leleh 33oC. Kelarutannya dalam air berdasarkan hasil perhhitungan 387,1 mg/l pada
suhu 250C.(Bhatia SP., et al, 2007).
Metil sinnamat dapat dihidrolisis menjadi asam
sinnamat seperti halnya ester karboksilat yang lain. Asam sinnamat Asam
sinnamat memiliki sinonim benzildene asetat, asam sinnamilat, asam 3-fenil
akrilik, dan asam propenoat 3 fenil. Asam sinnamat merupakan asam organik
dengan bentuk kristal yang berwarna putih dan sedikit larut dalam air.
Turunan sinnamat amida juga telah berhasil
diisolasi dari bahan alam yaitu N-trans-feruloil 4’-O-metil dopamin, N-trans-feruloil
30-O-methyldopamine N-trans-feruloil tiramin, N-trans-4-O-metil
feruloil 3’,4’-O-dimetil dopamine, N-trans-4-O-Metil caffeoil
3’-O-methyldopamine , N-trans-feruloyl triptamin dan N-trans-4-O-metil
feruloil 4’-O-metil dopamin. (Cutillo et al, 2003)
Turunan
asam sinnamat telah diteliti memiliki kemampuan sebagai anti diabetes (Kasetri
et al, 2012), antiinflamasi, anti mikrobial (Narasimhan et al, 2004) dan anti
tumor (De, et al. 2011). Aktivitas biologis turunan asam sinnamat dipengaruhi
oleh struktur dan gugus yang mensubstitusinya. Pada substitusi gugus hidroksi
pada posisi para, memberikan tingkat aktivitas yang tertinggi dibandingkan
struktur yang sama dengan substitusi gugus lain ataupun gugus yang sama pada
posisi yang berbeda.
Penggunaan metil sinnamat saat ini hanya sebagai bahan pewangi
dalam berbagai senyawa pewangi. Hal ini dapat ditemukan dalam kosmetik,
shampoo, sabun mandi dan lain-lain. Adanya senyawa-senyawa turunan alami dari
metil sinnamat memungkinkan untuk mensintesis senyawa turunan tersebut. Turunan
Metil sinnamat ini diharapkan memiliki sifat yang lebih daripada senyawa
aslinya. Shin telah mempelajari kemampuan turunan amida dan asam sinnamat yang
diisolasi dari batang Cinnamomum cassi dalam menginhibisi aktivitas
protein transferase farnesil dan proliferasi pada sel kanker manusia termasuk
kanker payudara, leukimia, ovarium, dan kolon. Menurut Shin, agen anti tumor
dapat dikembangkan dari senyawa-senyawa amida turunan sinnamat.
2.2.
Sintetis Metil Sinnamat
1. Reaksi
Hidrolisis Metil trans Sinnamat
Reaksi karboksilat dengan alkoh dibantu dengan
katalis asam mineral atau lewis untuk memberikan ester sebagai produk disebut
esterifikasi. Reaksi baliknya, yaitu pemisahan ester kedalam komponen asam
karboksilat dan alkohol dikenal sebagai hidrolisis ester. Pada prinsipnya,
reaksi reaksi ini reversibel, dan keduanya reaksi dapat dikatalis baik dengan
asam atau basa. Reaksi hidrolisis yang dikatalis asam uga simetris, artinya
hanya diperlukan untuk membalikan langkah untuk mendatkan esterifikas.
Reaksi hidrolisis biasanya lebih disukai dengan
katalis basa, karena asam yang terbentuk akan dihapus sebagai garamsehingga
mendorong reaksi kedepan sampai selesai. Reaksi ini tidak reversibel dalam
praktek. Karna itu ditunjukan oleh arah panah kedepan saja.
Metil sinnamat dilarutkan dalam etanol dan
ditambahkan NaOH untuk memberikan suasana basa. Reaksi ini akan menghasilkan
metanol dan garam natrium sinnamat. Perlu ditambahkan air untuk menghilangkan
garam dan melepaskan Na+. Penambahan HCl akan menetralkan pH dan mengikat Na+
sehingga terbentuk garam yang larut dalam air.
2. Sintesis
Lanjutan
Reaksi ini memanfaatkan pTSA sebagai katalis
dan dilakukan pada suhu 1250C. Asam sinnamat dan anilin dengan perbandingan
1:1,2 mol equivalen direaksikan dengan pTSA 1 mol equivalen. Hasil reaksi
diekstraksi menggunakan etil asetat dan air dengan perbandingan 1:1. Senyawa
yang diperoleh dimurnikan dengan kromatografi kolom, dan atau KLT preparatif.
Penggunaan katalis DCC/DMAP dicoba dalam reaksi
asam sinnamat dengan pelarut kloroform 5 ml.
2.3. Karakterisasi
1.
Metil trans sinnamat
Spektrum hasil FT-IR metil trans sinnamat
menunjukkan pita-pita serapan pada daerah 981,77 cm-1 menunjukkan adanya
vibrasi ulur dari ikatan rangkap trans. Pada daerah 1712 cm-1 terdapat serapan
yang menunjukkan adanya gugus karbonil atau gugus ester.
Hasil LC-MS menunjukkan puncak pada waktu
retensi 3,13 menit, dengan spektrum nilai [M+H] = m/z pada 163,26. Hal ini
sesuai dengan perhitungan secara teori, karena metil sinnamat memiliki rumus
molekul C10H10O2.
Hasil 1H NMR dan 13C NMR (500 MHz) menggunakan pelarut
CDCl3. Sinyal pergeseran kimia proton pada δ=3,86 ppm berbentuk singlet yang
mewakili 3 buah proton, menunjukkan adanya pergeseran kimia tiga proton metil
yang terisolir. sinyal pada daerah δ=6,46 ppm dan 7,68 ppm berbentuk doublet
dengan nilai konstanta J kopling 16 Hz, merupakan penanda bahwa
terdapat sepasang proton olefinik pada yang terisolir dan berkonfigurasi trans.
Puncak pada pergeseran kimia proton pada 7,52 ppm berbentuk doublet yang setara
dengan dua buah proton, menunjukkan proton pada gugus aromatis yang simetris.
Sedangkan tiga buah proton triplet ditujukkan pada daerah pergeseran 7,38 ppm.
Nilai pergeseran kimia karbon (δc, ppm) (dalam
CDCl, 125 MHz) memberikan data bahwa metil trans sinnamat memiliki 1 buah metil
pada pergeseran kimia δc = 51,9 ppm; karbon quartener pada δc = 134,5 ppm,
gugus karbonil pada pergeseran kimia 167,6 ppm. Pada daerah pergeserean kimia
antara 128- 130 ppm merupakan karbon pada fenil.
2.
Asam Sinnamat
Spektrum FT-IR senyawa asam sinnamat
menunjukkan adanya serapan pada 1638 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil,
ada serapan yang melebar pada daerah 3323 cm-1 menunjukkan adanya OH. Dari dua
pita serapan yang menunjukkan adanya gugus karbonil dan gugus alkohol,
kemungkinan senyawa ini adalah asam organik. Vibrasi tarikan pada daerah 972
cm-1 menunjukkan bahwa ikatan rangkap trans tidak berubah.
Hasil LC-MS menunjukkan spektrum yang jelas
pada 149,26 yang menunjukkan M+1. Hal ini merupakan petunjuk yang cukup jelas,
bahwa senyawa yang diperoleh bersesuaian dengan asam sinnamat yang memiliki
rumus molekul C9H8O2 dan memiliki massa molekul relatif m/z=148.
Dibandingkan dengan spektrum metil sinnamat
yang memiliki sinyal 13C NMR di δ 51,9 ppm, spektrum 1H NMR asam sinnamat juga
tidak memiliki sinyal proton singlet. Hal ini menunjukkan bahwa telah
lepas atau hilangnya gugus metil pada reaksi hidrolisis metil sinnamat.
Spektrum 1H NMR senyawa hasil hidrolisis ini
terlihat adanya pergeseran kimia proton di daerah 7,49-7,57 ppm yang
menunjukkan masih adanya gugus aromatik, dalam hal ini benzena, dan ikatan
rangkap. Sinyal pada δ=6,47 ppm dan 7,79 ppm berbentuk doublet dengan
nilai konstanta J kopling 16 Hz. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan
struktur selain lepasnya gugus metil. Proses hidrolisis yang melepaskan gugus
metil ini telah mempengaruhi nilai pergeseran kimia pada proton olefinik (nilai
pergeseran kimianya bertambah).
Dari spektrum 13C NMR (125 MHz), dalam pelarut
CDCl3 terlihat bahwa jumlah atom C yang pada metil trans sinnamat
berjumlah 10, telah berkurang menjadi 9 buah atom C. Pergeseran kimia karbon
yang mengikat oksigen (gugus karbonil) menunjukkan perubahan menjadi δC= 172,8
ppm. Selain itu, perubahan nilai pergeseran kimia tidak terlalu signifikan. Hal
ini dikarenakan atom C yang pada metil trans sinnamat
Gambar mekanisme
Reaksi Hidrolisis Ester
3.
Senyawa2
Spektrum hasil FT-IR menunjukkan adanya vibrasi
tarikan pada daerah 3246 cm-1 yang diperkuat dengan vibrasi tarikan pada daerah
1597 cm-1 menunjukkan adanya gugus amida. Gugus C=O masih ada, dibuktikan
dengan vibrasi pada 1658 cm-1. Ikatan C-N ditunjukkan oleh adanya vibrasi
tarikan pada daerah 1504 cm-1.
Berdasarkan hasil kromatogram LC (Gambar.
4.14)) terlihat puncak tertinggi pada waktu retensi 2,77 menit. Hasil LC-MS
menunjukkan m/z=317,07 yang merupakan nilai [M + H]. Ini berarti senyawa 2
memiliki massa molekul relatif sekitar 316.
Hasil spektrum 1H NMR (500 MHz, CDCl3) senyawa2
menunjukkan bahwa nilai pergeseran kimia proton pada δ=2,8 ppm berbentuk doubel
doublet yang mewakili 2 buah proton dengan nilai konstanta kopling J =5
Hz dan 3Hz. Konstanta J kopling menunjukkan korelasi dengan triplet pada
δ= 4,8 ppm yang memiliki nilai konstanta koplling J=5 Hz. Hal ini
berarti bahwa proton pada daerah δ=2,8 ppm dan δ= 4,8 ppm berdekatan. Proton
pada daerah pergeseran kimia antara 7,1 ppm sampai dengan 7,37 ppm merupakan
proton untuk gugus aromatik (benzena) atau fenil. Pada nilai pergeseran kimia
1,59 ppm dan 7,57 ppm terdapat sinyal atau puncak yang melebar, diduga puncak
ini terjadi karena adanya ikatan H dengan N. Puncak yang mewakili gugus amida
diperkirakan pada nilai pergeserean kimia 7,57 ppm. Hal ini sesuai dengan
aturan bahwa nilai pergeseran kimia proton yang terikat pada karbon di dekat
gugus amida memiliki nilai pergeserean kimia antara 5-9 ppm tergantung pada
konsentrasi, temperatur dan pelarut yang digunakan (Pavia et al, 2009). Pada
daerah δ= 7,32 ppm, nilai konstanta koplingnya 2 Hz dan 8 Hz, sehingga ini
memiliki korelasi proton pada daerah dengan nilai pergeseran kimia δ= 7,37 ppm.
Daerah dengan nilai pergeseran kimia δ= 7,1 memiliki bentuk puncak atau sinyal multiplet,
hal ini bisa diasumsikan bahwa daerah pergeseran kimia ini mewakili tiga buah
proton yang memiliki memiliki lingkungan kimia yang sama, dan memiliki tetangga
dua buah proton atau lebih yang terikat pada atom karbon tetangganya. Untuk
lebih lengkapnya, uraian nilai pergeseran kimia ini dapat dilihat pada tabel
4.3.
Dari spektrum C NMR, dapat dilihat bahwa jumlah
atom C berjumlah 21 buah. Karbon yang terikat pada gugus amida, memiliki nilai
pergeseran kimia dengan δC = 168 ppm. Karbon yang terikat pada gugus amina akan
memberikan nilai pergeseran kimia antara 30-60 ppm (Pavia et al, 2009). Nilai
pergeseran kimia pada cincin A tidak akan jauh berbeda dengan nilai pergeseran
kimia pada asam sinnamat, kalaupun ada pergeseran, tidak akan terlalu besar.
Pada rantai alifatik, terjadi perubahan yang cukup signifikan, karena ikatan
rangkap sudah tidak ada lagi, dan terjadi ikatan baru dengan gugus amina dari
anilin. Nilai pergeseran kimia karbon ke 3, δC3 menjadi 55,8 ppm. Spektrum 13C
NMR senyawa ini terlihat adanya sejumlah karbon ekuivalen sehingga sinyalnya
berimpit dan menimbulkan puncak yang lebih tinggi, yaitu C5 dengan C9, dan C6
dengan C8 pada cincin A, C3 dengan C7, dan C4 dengan C6 pada cincin B, serta C3
dengan C7, dan C4 dengan C6 pada cincin C.
Mekanisme Reaksi
Gambar usulan
Mekanisme Sintesis Senyawa 2
Senyawa 2 diharapkan mengalami siklisasi
itramolekular, namun hal ini tidak terjadi. diduga karena jumlah anilin yang
berlebih.
4.
Senyawa3
Spektrum FT-IR senyawa ini menunjukkan vibrasi
tarikan pada daerah 1651 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus karbonil C=O yang
terkonjugasi. Daerah pitas serapan 3053-3026 cm-1, menunjukkan adanya gugus
aromatik. Ikatan rangkap dengan posisi trans ditunjukkan oleh adanya pita
vibrasi pada 983cm-1. Pada daerah 758-696 cm-1, terdapat pita tarikan yang
cukup kuat, menunjukkan bahwa gugus aromatik (benzena) tersubstitusi tunggal.
Spektrum hasil LC-MS menunjukkan puncak pada
waktu retensi 3,43 menit. Spektrum pada waktu retensi tersebut menunjukkan
nilai m/z 235,18. Nilai ini menunjukkan nilai M+H. Berarti senyawa ini memiliki
nilai massa molekul relatif 234.
Hasil 1H NMR menunjukkan adanya nilai
pergeseran kimia pada δ= 7,1 ppm dan 7,7 ppm berbentuk doublet dan masing-masing
memiliki J kopling 16 Hz, ini menunjukkan adanya proton olefenik dengan
posisi trans yang berpasangan, bukan pada aromatik. Sinyal pada kedua
nilai pergeseran kimia tersebut masing-masing mewakili 2 buah proton, sehingga
terdapat dua buah ikatan rangkap yang simetris atau memiliki lingkungan kimia
yang sama. Dengan panduan gambar 4.15, dan tabel 4. dapat dilihat bahwa pada
posisi 5 dan 5’ memiliki liingkungan kimia yang sama, sehingga ekuivalen.
Demikian juga antara 5 dan 9 memiliki lingkungan kimia yang sama pula, sehingga
antara 5, 9, 5’ dan 9’ ekuivalen. Hal ini juga terlihat pada posisi 6, 8, 6’
dan 8’.
Gambar 3. Usulan Mekanisma Reaksi Sintesis
Senyawa 3
Reaksi sintesis senyawa 3, diawali dengan aktivasi asam
sinnamat oleh DCC sehingga menimbulkan ion propinilium. DCC yang berlebih
membuat suasana basa dan mengakibatkan asam sinnamat yang lain
terdekarboksilasi.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas, dapat diperoleh simpulan yaitu:
1. Metil
sinamat merupakan minyak atsiri yang banyak terkandung pada spesies Alpinia
malaccensis dari famili Zingiberaceae, dan termasuk salah satu
kelompok penting dari tanman obat.
2.
Sintetis metil sinnamat menggunakan reaksi
hidrolisis dan reaksi pTSA sebagai katalis.
3. Spektrum hasil
FT-IR metil trans sinnamat menunjukkan pita-pita serapan pada daerah 981,77
cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur dari ikatan rangkap trans.
3.2.
Saran
Dengan
adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar pembaca dapat memahami
materi tentang sintetis obat khususnya metil sinnamat. Saran dari penyusun agar
para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai materi yang berhubungan agar
semakin menguasai materi.
DAFTAR PUSTAKA
Alluri. N, Thameemulansari L.H. dan Reddy C. UmaMaheswara. 2012.
Cytotoxic Activity of Methanol and Dichloromethane Extracts Soft Halicona
Species. IJPSR. Vol. 3(6): Hlm. 1782-1784
Aliabadi S.H. et al. 2010. Cytotoxic Evaluation of
Doxorubicin in Combination with Simvastatin Against Human Cancer Cells. RPS .
Vol. 5(2). Hlm 127-133
Bhatia. S.P. et al. 2007. Fragrance Material Review on Methyl
Cinnamate. Food and Chemical Toxicology. Vol. 45 Hlm. S113–S119
Cutillo F. et al . 2003. Cinnamic Acid Amides from Chenopodium
album: Effects on Seeds Germination and Plant Growth. Phytochemistry Vol.
64. Hlm.1381–1387
De, P., Baltas, M. Dan Bedos-Belval, F. 2011. Cinnamic Acid
Derivatives as Anticancer Agents-A Review. Current Medicinal Chemistry. Vol.
18. Hal. 1672-1703
Dey, P.M., dan Harborne, J.B. 1991. Methods in Plant
Biochemistry. Volume 6 Assay for Bioactivity. San Diego. Academic Press
Ernawati T, Fairusi D. 2013. Sintesis Fenil Sinamat dan
4-Fenilkroman-2-on dan Uji Sitotoksisitas Terhadap Sel Kanker Serviks HeLa.
Depok. FMIPA UI.
Fairusi dila. 2012.Transformasi senyawa metil sinnamat
menjadi fenil sinnamat sebagai kandidat anti kanker. Depok. FMIPA UI.
Indiastuti, Danti Nur, Sri Purwaningsih, Yuani Setiawati, dan
Noor Cholies. 2008. Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu
terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Vol. 6. Hlm. 81-85.
Jaya Prakash dan Sujit Roy. 2003. Catalytic Hunsdiecker
Reeaction of α,β-Unsaturated Carboxylic Acid: How Efficient Is the Catalyst? J.
Org. Chem. Vol. 67. Hal. 7861-7864.
Joy, P. P., Thomas J., Mathew, dan Skaria. 1998. Zingiberaceous
Medicinal and Aromatic Plants. India.
Li, K. et al. 2005. Trifluoroacetic Acid-Mediated
Hydroarylation Synthesis of Dihydrocoumarins and Dihydroquinolones. J. Org.
Chem.Vol. 70. Hlm. 2881-2883
Narasimhan, B. Belsare D. Pharande D. Mourya V. dan Dhake A.
2004. Esters, amides and substituted derivatives of cinnamic acid: synthesis,
antimicrobial activity and QSAR investigations. European Journal of
Medicinal Chemistry. Vol. 39. Hlm. 827–834
Purbarani, Nurul F. 2011. Studi Transformasi Kimia
Senyawa Katekin serta Uji Aktivitas Biologi terhadap Larva Udang Artemia
salina L. Tesis. Depok. Universitas Indonesia.
Rendy R., et al. 2004. Superacid Catalyzed Reactions of
Cinnamic Acids and Role of Superelectrophiles. J.Org. Chem. Vol. 69. Hlm
2340-2347.
Sardjoko. 1993. Rancangan Obat. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
Shin, Dae-Seop. et al. 2007. Synthesis and Biological Evaluation of
Cinnamyl Compounds as Potent Antitumor Agent. Bioorg. Med. Chem. Lett. Vol. 17
Hlm. 5423–5427
Komentar
Posting Komentar