SINTESIS SENYAWA POTENSIAL ANTI KANKER TURUNAN METIL SINNAMAT

Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH SINTESIS OBAT
 SINTESIS SENYAWA POTENSIAL ANTI KANKER TURUNAN METIL SINNAMAT







Disusun Oleh:
1.      Firman Sidiq Putrawan           (E0014037)
2.      Lutfi Amaliyah                       (E0014043)
3.      Siti Maasruroh                         (E0014054)





PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SIKES BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga akhirnya makalah ini dapat selesai dengan baik. Kami sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan pertolongan dari banyak pihak, pelaksanaan makalah ini tidak dapat berjalan dengan baik.

Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari keluarga dan teman-teman. Didalam pembuatan makalah ini, kami menyadari betul bahwa kami belum  berpengalaman dalam menulis makalah. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang tedapat dalam makalah ini. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat  bagi kita semua.
















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2.       Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3.       Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1. .. Metil sinnamat...............................................................................
2.2. .. Sintetis metil sinnamat...................................................................
2.3. .. Karakterisasi..................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
         3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
         3.2 Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12












BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. Menurut Batubara (Kepmenkes RI. 2008).
Penyakit kanker telah menjadi salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6% dari populasi atau kurang lebih 16 juta pasien(1). Saat ini kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga banyak menimpa anak-anak. Menurut Data Rumah Sakit Kanker Darmais (RSKD) tahun 2012, jumlah kasus baru kanker anak mencapai lebih dari 11.000 pasien per tahun di seluruh Indonesia(2). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20% (Chuang dkk. 2007). Jumlah penderita baru penyakit kanker tahun 2020 diperkirakan meningkat hampir 20 juta penderita. Pada wanita, kanker serviks menduduki peringkat ketiga dengan jumlah kasus sebesar 9,8% dan angka kematian 8,5% (Parkind MD dkk. 1999).
Banyak upaya yang dilakukan untuk pengobatan kanker antara lain dengan menggunakan obat-obatan, baik bahan alam maupun sintetik. Alternatif pengobatan kanker lainnya adalah dengan melakukan kemoterapi, penyinaran, pembedahan dan terapi kombinasi. Akan tetapi, masing-masing cara pengobatan kanker tersebut masih memiliki kelemahan, sehingga pengobatan kanker pada umumnya sampai saat ini belum ada yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk itu, peluang untuk mencari senyawa bioaktif dari bahan alam ataupun sintesis senyawa sejenis dengan bahan alam untuk pengobatan kanker masih sangat besar.
Metil sinamat merupakan minyak atsiri yang banyak terkandung pada spesies Alpinia malaccensis dari famili Zingiberaceae, dan termasuk salah satu kelompok penting dari tanman obat. Metil sinamat telah berhasil diisolasi dari A. malaccensis dengan rendemen yang tinggi dan kemurnian yang baik(4). Penelitian di bidang organik sintesis terhadap derivat metil sinamat juga telah berkembang. Asam sinamat merupakan turunan dari metil sinamat, yang termasuk dalam jalur turunan asam shikimat.
Asam sinamat dan analog alaminya dikenal sebagai pengobatan kanker selama beberapa abad. Ginsenosida Rg1 dari ginseng, asam sinamat dari Xuanshen dan tanshinon IIA dari Danshen (RCT) merupakan bahan pengobatan tradisional untuk menjaga agar tetap awet muda dan menjaga keseimbangan seluruh tubuh untuk mencegah penyakit. Eksplorasi lebih jauh, RCT diberikan pada sel osteosarkoma MG-63, bentuk histologis paling umum dari kanker tulang primer, dan penurunan ekspresi nukleoplasmin dalam matriks nuklear berkaitan dengan induksi nukleoplasmin, translokasi dari nukleolus ke nukleoplasma dan sitoplasma ditelusuri dan diamati. Penyelidikan lebih lanjut oleh Shi dkk. mengungkapkan bahwa pengaturan RCT oleh c-myc dan c-fosonkogen, P53 dan Rbgen supresor tumor, prohibitin, sebuah penekan tumor protein, dalam matriks nuklear dan berubah prohibitin dari nukleolus ke sitoplasma. Namun, peran yang tepat dari asam sinamat dalam kombinasi RCT belum terpecahkan.
Senyawa turunan asam sinamat lainnya adalah asam kafeat, sinamida, sinamoil ester dan hidrazid sinamat. Senyawa-senyawa turunan asam sinamat tersebut, baik natural maupun sintetis, telah dilakukan pengujian antikanker. Asam sinamat dan beberapa senyawa turunannya telah diperiksa sebagai inhibitor yang baik terhadap aktivitas AKR1C3. AKR1C3 merupakan sel kanker yang terbentuk dengan adanya hormon, seperti kanker prostat, kanker payudara dan kanker endometrial. Asam sinamat merupakan inhibitor yang baik terhadap AKR1C3 (IC50 = 50 μM) sebagaimana asam 3,4,5-trimetoksisinamat (IC50 = 50 μM). Di samping itu, asam kafeat mempunyai aktivitas sitotoksik in vitro yang rendah melawan sel myeloid leukimia (HL-60) dan berpotensi sebagai agen kemopreventif melawan kanker kulit(7).Telah dilakukan sintesis senyawa asam sinamat dengan senyawa guanilhidrazon. Hasil sintesisnya memiliki aktivitas yang tinggi untuk melawan Mycobacterium tubercolusis H37Rv yang merupakan penyebab penyakit tuberkolusis (TB).
Bairwa, dkk. dan Li, dkk. melaporkan sintesis asam sinamat dengan tionil klorida menghasilkan halida asam. Halida asam ini dapat direaksikan dengan alkohol sehingga menjadi ester sinamat (sinamoil ester). Ester sinamat merupakan kelompok senyawa antikanker. Beberapa ester sinamat yang diisolasi dari propolis Belanda, benzilkafeat, fenetilkafeat dan sinamoilkafeat, memiliki potensi sebagai senyawa anti proliferasi terhadap karsinoma usus besar 26-L5 dengan nilai EC50 berturut-turut 0,288, 1,76 dan 0,114 μg/mL. Fenetilkafeat (caffeic acid phenethyl ester, CAPE) memiliki beberapa aktivitas biologi, yaitu antioksidan, antiinflamasi dan dapat menginhibisi pertumbuhan tumor.
Sementara itu, salah satu metode pembuatan kumarin adalah dengan hidroarilasi asam sinamat dan fenol menggunakan asam kuat. Senyawa turunan kumarin telah lama dikenal memiliki aktivitas biologi yang luas, seperti antiinflamasi, antioksidan, anti-aging dan antikanker. Eskuletin berpotensi paling baik diantara kumarin lainnya sebagai penangkap radikal pada pengujian antioksidan(. 7-isopenteniloksi-kumarin merupakan salah satu senyawa aktif dari Heracleum lanatum Michx. (Umbelliferae) sebagai senyawa pencegah pembentukan tumor kulit(11). Kalanon (senyawa derivat kumarin) dari Callophyllum sp. mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker serviks HeLa dengan IC50 22,887 μM(12). Kumarin juga memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 54,2 μM. (Erniwati T., Fairusi Dila. 2013).

1.2.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini:
1.    Apa yang di maksud dengan metil sinnamat?
2.    Bagaimana mensintetis senyawa metil sinnamat?
3.    Bagaimana karakterisasi senyawa metil sinamat hasil sintetis?

1.3.       Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya yaini:
1.    Mengetahui apa yang di maksud dengan senyawa metil sinnamat
2.    Mengetahui bagaimana mensintetis senyawa metil sinnamat?
3.    Mengetahui bagaimana karakterisasi senyawa metil sinamat hasil sintetis?



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metil Sinnamat
Metil sinnamat merupakan volatil berbentuk kristal putih yang memiliki aroma yang khas adalah metil 3-fenilproprnoat, asam 2- prepenoat, fenil- metil ester.
Sifat fisika metil sinnamat adalah:
Titik didih                        : 262o C
Titik leleh                         : 33o C
Titik nyala                        : > 200o F
Kelarutan dalam air          : 387,1 mg/ 1 pada suhu 25o C

Gambar struktur metil sinnamat
Senyawa- senyawa ini terdapat dalam tumbuhan dan beberapa rampah rempahsebagai minyak atsiri,seperti rimpang lengkuas atau laja goa (A. Malacensis) (Muchtariadi dkk. 2008) dan beberapa populasi conocephalum conicum (Wood,1996).
Metil trans sinnamat memiliki massa molekul relatif 162,19. Metil sinnamat memiliki bentuk fisik berupa kristal putih kekuningan dengan aroma yang kyang has. Memiliki titik didihnya 262 oC dan titik leleh 33oC. Kelarutannya dalam air  berdasarkan hasil perhhitungan 387,1 mg/l pada suhu 250C.(Bhatia SP., et al, 2007).
Metil sinnamat dapat dihidrolisis menjadi asam sinnamat seperti halnya ester karboksilat yang lain. Asam sinnamat Asam sinnamat memiliki sinonim benzildene asetat, asam sinnamilat, asam 3-fenil akrilik, dan asam propenoat 3 fenil. Asam sinnamat merupakan asam organik dengan bentuk kristal yang berwarna putih dan sedikit larut dalam air.
Turunan sinnamat amida juga telah berhasil diisolasi dari bahan alam yaitu N-trans-feruloil 4’-O-metil dopamin, N-trans-feruloil 30-O-methyldopamine N-trans-feruloil tiramin, N-trans-4-O-metil feruloil 3’,4’-O-dimetil dopamine, N-trans-4-O-Metil caffeoil 3’-O-methyldopamine , N-trans-feruloyl triptamin dan N-trans-4-O-metil feruloil 4’-O-metil dopamin. (Cutillo et al, 2003)
 Turunan asam sinnamat telah diteliti memiliki kemampuan sebagai anti diabetes (Kasetri et al, 2012), antiinflamasi, anti mikrobial (Narasimhan et al, 2004) dan anti tumor (De, et al. 2011). Aktivitas biologis turunan asam sinnamat dipengaruhi oleh struktur dan gugus yang mensubstitusinya. Pada substitusi gugus hidroksi pada posisi para, memberikan tingkat aktivitas yang tertinggi dibandingkan struktur yang sama dengan substitusi gugus lain ataupun gugus yang sama pada posisi yang berbeda.
Penggunaan metil sinnamat saat ini hanya sebagai bahan pewangi dalam berbagai senyawa pewangi. Hal ini dapat ditemukan dalam kosmetik, shampoo, sabun mandi dan lain-lain. Adanya senyawa-senyawa turunan alami dari metil sinnamat memungkinkan untuk mensintesis senyawa turunan tersebut. Turunan Metil sinnamat ini diharapkan memiliki sifat yang lebih daripada senyawa aslinya. Shin telah mempelajari kemampuan turunan amida dan asam sinnamat yang diisolasi dari batang Cinnamomum cassi dalam menginhibisi aktivitas protein transferase farnesil dan proliferasi pada sel kanker manusia termasuk kanker payudara, leukimia, ovarium, dan kolon. Menurut Shin, agen anti tumor dapat dikembangkan dari senyawa-senyawa amida turunan sinnamat.

2.2. Sintetis Metil Sinnamat
1.      Reaksi Hidrolisis Metil trans Sinnamat
Reaksi karboksilat dengan alkoh dibantu dengan katalis asam mineral atau lewis untuk memberikan ester sebagai produk disebut esterifikasi. Reaksi baliknya, yaitu pemisahan ester kedalam komponen asam karboksilat dan alkohol dikenal sebagai hidrolisis ester. Pada prinsipnya, reaksi reaksi ini reversibel, dan keduanya reaksi dapat dikatalis baik dengan asam atau basa. Reaksi hidrolisis yang dikatalis asam uga simetris, artinya hanya diperlukan untuk membalikan langkah untuk mendatkan esterifikas.
Reaksi hidrolisis biasanya lebih disukai dengan katalis basa, karena asam yang terbentuk akan dihapus sebagai garamsehingga mendorong reaksi kedepan sampai selesai. Reaksi ini tidak reversibel dalam praktek. Karna itu ditunjukan oleh arah panah kedepan saja.
Metil sinnamat dilarutkan dalam etanol dan ditambahkan NaOH untuk memberikan suasana basa. Reaksi ini akan menghasilkan metanol dan garam natrium sinnamat. Perlu ditambahkan air untuk menghilangkan garam dan melepaskan Na+. Penambahan HCl akan menetralkan pH dan mengikat Na+ sehingga terbentuk garam yang larut dalam air.

2.      Sintesis Lanjutan
Reaksi ini memanfaatkan pTSA sebagai katalis dan dilakukan pada suhu 1250C. Asam sinnamat dan anilin dengan perbandingan 1:1,2 mol equivalen direaksikan dengan pTSA 1 mol equivalen. Hasil reaksi diekstraksi menggunakan etil asetat dan air dengan perbandingan 1:1. Senyawa yang diperoleh dimurnikan dengan kromatografi kolom, dan atau KLT preparatif.
Penggunaan katalis DCC/DMAP dicoba dalam reaksi asam sinnamat dengan pelarut kloroform 5 ml.

2.3. Karakterisasi
1.      Metil trans sinnamat
Spektrum hasil FT-IR metil trans sinnamat menunjukkan pita-pita serapan pada daerah 981,77 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur dari ikatan rangkap trans. Pada daerah 1712 cm-1 terdapat serapan yang menunjukkan adanya gugus karbonil atau gugus ester.
Hasil LC-MS menunjukkan puncak pada waktu retensi 3,13 menit, dengan spektrum nilai [M+H] = m/z pada 163,26. Hal ini sesuai dengan perhitungan secara teori, karena metil sinnamat memiliki rumus molekul C10H10O2.
Hasil 1H NMR dan 13C NMR (500 MHz) menggunakan pelarut CDCl3. Sinyal pergeseran kimia proton pada δ=3,86 ppm berbentuk singlet yang mewakili 3 buah proton, menunjukkan adanya pergeseran kimia tiga proton metil yang terisolir. sinyal pada daerah δ=6,46 ppm dan 7,68 ppm berbentuk doublet dengan nilai konstanta J kopling 16 Hz, merupakan penanda bahwa terdapat sepasang proton olefinik pada yang terisolir dan berkonfigurasi trans. Puncak pada pergeseran kimia proton pada 7,52 ppm berbentuk doublet yang setara dengan dua buah proton, menunjukkan proton pada gugus aromatis yang simetris. Sedangkan tiga buah proton triplet ditujukkan pada daerah pergeseran 7,38 ppm.
Nilai pergeseran kimia karbon (δc, ppm) (dalam CDCl, 125 MHz) memberikan data bahwa metil trans sinnamat memiliki 1 buah metil pada pergeseran kimia δc = 51,9 ppm; karbon quartener pada δc = 134,5 ppm, gugus karbonil pada pergeseran kimia 167,6 ppm. Pada daerah pergeserean kimia antara 128- 130 ppm merupakan karbon pada fenil.

2.      Asam Sinnamat
Spektrum FT-IR senyawa asam sinnamat menunjukkan adanya serapan pada 1638 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil, ada serapan yang melebar pada daerah 3323 cm-1 menunjukkan adanya OH. Dari dua pita serapan yang menunjukkan adanya gugus karbonil dan gugus alkohol, kemungkinan senyawa ini adalah asam organik. Vibrasi tarikan pada daerah 972 cm-1 menunjukkan bahwa ikatan rangkap trans tidak berubah.
Hasil LC-MS menunjukkan spektrum yang jelas pada 149,26 yang menunjukkan M+1. Hal ini merupakan petunjuk yang cukup jelas, bahwa senyawa yang diperoleh bersesuaian dengan asam sinnamat yang memiliki rumus molekul C9H8O2 dan memiliki massa molekul relatif m/z=148.
Dibandingkan dengan spektrum metil sinnamat yang memiliki sinyal 13C NMR di δ 51,9 ppm, spektrum 1H NMR asam sinnamat juga tidak memiliki sinyal proton singlet. Hal ini menunjukkan bahwa telah lepas atau hilangnya gugus metil pada reaksi hidrolisis metil sinnamat.
Spektrum 1H NMR senyawa hasil hidrolisis ini terlihat adanya pergeseran kimia proton di daerah 7,49-7,57 ppm yang menunjukkan masih adanya gugus aromatik, dalam hal ini benzena, dan ikatan rangkap. Sinyal pada δ=6,47 ppm dan 7,79 ppm berbentuk doublet dengan nilai konstanta J kopling 16 Hz. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan struktur selain lepasnya gugus metil. Proses hidrolisis yang melepaskan gugus metil ini telah mempengaruhi nilai pergeseran kimia pada proton olefinik (nilai pergeseran kimianya bertambah).
Dari spektrum 13C NMR (125 MHz), dalam pelarut CDCl3 terlihat bahwa jumlah atom C yang pada metil trans sinnamat berjumlah 10, telah berkurang menjadi 9 buah atom C. Pergeseran kimia karbon yang mengikat oksigen (gugus karbonil) menunjukkan perubahan menjadi δC= 172,8 ppm. Selain itu, perubahan nilai pergeseran kimia tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan atom C yang pada metil trans sinnamat
Gambar mekanisme Reaksi Hidrolisis Ester

3.      Senyawa2
Spektrum hasil FT-IR menunjukkan adanya vibrasi tarikan pada daerah 3246 cm-1 yang diperkuat dengan vibrasi tarikan pada daerah 1597 cm-1 menunjukkan adanya gugus amida. Gugus C=O masih ada, dibuktikan dengan vibrasi pada 1658 cm-1. Ikatan C-N ditunjukkan oleh adanya vibrasi tarikan pada daerah 1504 cm-1.
Berdasarkan hasil kromatogram LC (Gambar. 4.14)) terlihat puncak tertinggi pada waktu retensi 2,77 menit. Hasil LC-MS menunjukkan m/z=317,07 yang merupakan nilai [M + H]. Ini berarti senyawa 2 memiliki massa molekul relatif sekitar 316.
Hasil spektrum 1H NMR (500 MHz, CDCl3) senyawa2 menunjukkan bahwa nilai pergeseran kimia proton pada δ=2,8 ppm berbentuk doubel doublet yang mewakili 2 buah proton dengan nilai konstanta kopling J =5 Hz dan 3Hz. Konstanta J kopling menunjukkan korelasi dengan triplet pada δ= 4,8 ppm yang memiliki nilai konstanta koplling J=5 Hz. Hal ini berarti bahwa proton pada daerah δ=2,8 ppm dan δ= 4,8 ppm berdekatan. Proton pada daerah pergeseran kimia antara 7,1 ppm sampai dengan 7,37 ppm merupakan proton untuk gugus aromatik (benzena) atau fenil. Pada nilai pergeseran kimia 1,59 ppm dan 7,57 ppm terdapat sinyal atau puncak yang melebar, diduga puncak ini terjadi karena adanya ikatan H dengan N. Puncak yang mewakili gugus amida diperkirakan pada nilai pergeserean kimia 7,57 ppm. Hal ini sesuai dengan aturan bahwa nilai pergeseran kimia proton yang terikat pada karbon di dekat gugus amida memiliki nilai pergeserean kimia antara 5-9 ppm tergantung pada konsentrasi, temperatur dan pelarut yang digunakan (Pavia et al, 2009). Pada daerah δ= 7,32 ppm, nilai konstanta koplingnya 2 Hz dan 8 Hz, sehingga ini memiliki korelasi proton pada daerah dengan nilai pergeseran kimia δ= 7,37 ppm. Daerah dengan nilai pergeseran kimia δ= 7,1 memiliki bentuk puncak atau sinyal multiplet, hal ini bisa diasumsikan bahwa daerah pergeseran kimia ini mewakili tiga buah proton yang memiliki memiliki lingkungan kimia yang sama, dan memiliki tetangga dua buah proton atau lebih yang terikat pada atom karbon tetangganya. Untuk lebih lengkapnya, uraian nilai pergeseran kimia ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
Dari spektrum C NMR, dapat dilihat bahwa jumlah atom C berjumlah 21 buah. Karbon yang terikat pada gugus amida, memiliki nilai pergeseran kimia dengan δC = 168 ppm. Karbon yang terikat pada gugus amina akan memberikan nilai pergeseran kimia antara 30-60 ppm (Pavia et al, 2009). Nilai pergeseran kimia pada cincin A tidak akan jauh berbeda dengan nilai pergeseran kimia pada asam sinnamat, kalaupun ada pergeseran, tidak akan terlalu besar. Pada rantai alifatik, terjadi perubahan yang cukup signifikan, karena ikatan rangkap sudah tidak ada lagi, dan terjadi ikatan baru dengan gugus amina dari anilin. Nilai pergeseran kimia karbon ke 3, δC3 menjadi 55,8 ppm. Spektrum 13C NMR senyawa ini terlihat adanya sejumlah karbon ekuivalen sehingga sinyalnya berimpit dan menimbulkan puncak yang lebih tinggi, yaitu C5 dengan C9, dan C6 dengan C8 pada cincin A, C3 dengan C7, dan C4 dengan C6 pada cincin B, serta C3 dengan C7, dan C4 dengan C6 pada cincin C.
Mekanisme Reaksi
Gambar usulan Mekanisme Sintesis Senyawa 2
Senyawa 2 diharapkan mengalami siklisasi itramolekular, namun hal ini tidak terjadi. diduga karena jumlah anilin yang berlebih.
4.      Senyawa3

Spektrum FT-IR senyawa ini menunjukkan vibrasi tarikan pada daerah 1651 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus karbonil C=O yang terkonjugasi. Daerah pitas serapan 3053-3026 cm-1, menunjukkan adanya gugus aromatik. Ikatan rangkap dengan posisi trans ditunjukkan oleh adanya pita vibrasi pada 983cm-1. Pada daerah 758-696 cm-1, terdapat pita tarikan yang cukup kuat, menunjukkan bahwa gugus aromatik (benzena) tersubstitusi tunggal.
Spektrum hasil LC-MS menunjukkan puncak pada waktu retensi 3,43 menit. Spektrum pada waktu retensi tersebut menunjukkan nilai m/z 235,18. Nilai ini menunjukkan nilai M+H. Berarti senyawa ini memiliki nilai massa molekul relatif 234.
Hasil 1H NMR menunjukkan adanya nilai pergeseran kimia pada δ= 7,1 ppm dan 7,7 ppm berbentuk doublet dan masing-masing memiliki J kopling 16 Hz, ini menunjukkan adanya proton olefenik dengan posisi trans yang berpasangan, bukan pada aromatik. Sinyal pada kedua nilai pergeseran kimia tersebut masing-masing mewakili 2 buah proton, sehingga terdapat dua buah ikatan rangkap yang simetris atau memiliki lingkungan kimia yang sama. Dengan panduan gambar 4.15, dan tabel 4. dapat dilihat bahwa pada posisi 5 dan 5’ memiliki liingkungan kimia yang sama, sehingga ekuivalen. Demikian juga antara 5 dan 9 memiliki lingkungan kimia yang sama pula, sehingga antara 5, 9, 5’ dan 9’ ekuivalen. Hal ini juga terlihat pada posisi 6, 8, 6’ dan 8’.
Gambar 3. Usulan Mekanisma Reaksi Sintesis Senyawa 3
Reaksi sintesis senyawa 3, diawali dengan aktivasi asam sinnamat oleh DCC sehingga menimbulkan ion propinilium. DCC yang berlebih membuat suasana basa dan mengakibatkan asam sinnamat yang lain terdekarboksilasi.




BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diperoleh simpulan yaitu:
1.      Metil sinamat merupakan minyak atsiri yang banyak terkandung pada spesies Alpinia malaccensis dari famili Zingiberaceae, dan termasuk salah satu kelompok penting dari tanman obat.
2.      Sintetis metil sinnamat menggunakan reaksi hidrolisis dan reaksi pTSA sebagai katalis.
3.      Spektrum hasil FT-IR metil trans sinnamat menunjukkan pita-pita serapan pada daerah 981,77 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur dari ikatan rangkap trans.
3.2.       Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar pembaca dapat memahami materi tentang sintetis obat khususnya metil sinnamat. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal sesuai materi yang berhubungan agar semakin menguasai materi.


DAFTAR PUSTAKA
Alluri. N, Thameemulansari L.H. dan Reddy C. UmaMaheswara. 2012. Cytotoxic Activity of Methanol and Dichloromethane Extracts Soft Halicona Species. IJPSR. Vol. 3(6): Hlm. 1782-1784
Aliabadi S.H. et al. 2010. Cytotoxic Evaluation of Doxorubicin in Combination with Simvastatin Against Human Cancer Cells. RPS . Vol. 5(2). Hlm 127-133
Bhatia. S.P. et al. 2007. Fragrance Material Review on Methyl Cinnamate. Food and Chemical Toxicology. Vol. 45 Hlm. S113–S119
Cutillo F. et al . 2003. Cinnamic Acid Amides from Chenopodium album: Effects on Seeds Germination and Plant Growth. Phytochemistry Vol. 64. Hlm.1381–1387
De, P., Baltas, M. Dan Bedos-Belval, F. 2011. Cinnamic Acid Derivatives as Anticancer Agents-A Review. Current Medicinal Chemistry. Vol. 18. Hal. 1672-1703
Dey, P.M., dan Harborne, J.B. 1991. Methods in Plant Biochemistry. Volume 6 Assay for Bioactivity. San Diego. Academic Press
Ernawati T, Fairusi D. 2013. Sintesis Fenil Sinamat dan 4-Fenilkroman-2-on dan Uji Sitotoksisitas Terhadap Sel Kanker Serviks HeLa. Depok. FMIPA UI.
Fairusi dila. 2012.Transformasi senyawa metil sinnamat menjadi fenil sinnamat sebagai kandidat anti kanker. Depok. FMIPA UI.
Indiastuti, Danti Nur, Sri Purwaningsih, Yuani Setiawati, dan Noor Cholies. 2008. Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 6. Hlm. 81-85.
Jaya Prakash dan Sujit Roy. 2003. Catalytic Hunsdiecker Reeaction of α,β-Unsaturated Carboxylic Acid: How Efficient Is the Catalyst? J. Org. Chem. Vol. 67. Hal. 7861-7864.
Joy, P. P., Thomas J., Mathew, dan Skaria. 1998. Zingiberaceous Medicinal and Aromatic Plants. India.
Li, K. et al. 2005. Trifluoroacetic Acid-Mediated Hydroarylation Synthesis of Dihydrocoumarins and Dihydroquinolones. J. Org. Chem.Vol. 70. Hlm. 2881-2883
Narasimhan, B. Belsare D. Pharande D. Mourya V. dan Dhake A. 2004. Esters, amides and substituted derivatives of cinnamic acid: synthesis, antimicrobial activity and QSAR investigations. European Journal of Medicinal Chemistry. Vol. 39. Hlm. 827–834
Purbarani, Nurul F. 2011. Studi Transformasi Kimia Senyawa Katekin serta Uji Aktivitas Biologi terhadap Larva Udang Artemia salina L. Tesis. Depok. Universitas Indonesia.
Rendy R., et al. 2004. Superacid Catalyzed Reactions of Cinnamic Acids and Role of Superelectrophiles. J.Org. Chem. Vol. 69. Hlm 2340-2347.
Sardjoko. 1993. Rancangan Obat. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Shin, Dae-Seop. et al. 2007. Synthesis and Biological Evaluation of Cinnamyl Compounds as Potent Antitumor Agent. Bioorg. Med. Chem. Lett. Vol. 17 Hlm. 5423–5427


Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum analgetik

kunci determinasi kunyit

MAKALAH TEKNIK SAMPLING