UJI STERILITAS, PIROGEN, DAN UJI PIROGEN
Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL
UJI STERILITAS, PIROGEN, DAN UJI PIROGEN
Disusun Oleh:
1.
Dwi Purwanti
2.
Firman Sidiq Putrawan
3.
Himatul Azizah
4.
Jihan Eva
5.
Sinta Dwi Prisilia
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
Jl.Cut
Nyak Dhien No. 16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
52416 Telp.(0283)
6197571
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sediaan steril memiliki beberapa kriteria, seperti bebas dari
mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari partikulat dan standar yang
sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas, bagaimanapun tujuan utama
pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Tidak
seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai yang
mutlak. Sebuah sediaan baik steril maupun non steril.
Secara historis, pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas
lengkap yang resmi, namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak
batasan. Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas. Ini
adalah uji yang dekstruktif, sehingga hal ini tergantung pemilihan statistik
sampel acak dari keseluruhan.
Jika perkembangan mikroba terdeteksi dalam uji sterilitas, maka hal ini
dapat mencerminkan pembacaan positif yang salah (false-positive reading) karena masalah kontaminasi aksidental dari
media kultur pada saat uji sterilitas berlangsung. Masalah kontaminasi
aksidental adalah hal serius, merupakan batasan yang masih tidak dapat
dihindari dari uji sterilitas.
Food and Drug Administration
(FDA) menerbitkan pedoman mengenai prinsip umum dari proses validasi. Konsep
umum dan elemen kunci dari proses validasi yang betul-betul dapat diterima oleh
FDA telah diuraikan. Titik utama yang ditekankan pada pedoman adalah
ketidakcukupan kepercayaan dari uji sterilitas sediaan akhir dalam memastikan
sterilitas dari kumpulan sediaan parenteral steril. Arti yang lebih besar harus
ditempatkan pada validasi proses semua sistem yang terlibat dalam produksi
hasil akhir.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan steril, sterilitas dan sterilisasi ?
2. Apa manfaat dari uji sterilitas ?
3. Bagaimana metode uji sterilitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan pirogen?
5.
Apa saja sumber-sumber pirogen ?
6.
Bagaimana cara-cara pencegahan pirogen ?
7.
Bagaimana cara menghilangkan pirogen
8. Sebutkan metode uji aktivitas terhadap pirogen ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian
sediaan steril, sterilitas dan sterilisasi.
2.
Untuk mengetahui manfaat
dan metode uji sterilitas.
3.
Untuk mengetahui apa itu
pirogen dan sumber-sumber kontaminan pirogen.
4.
Untuk mengetahui cara-cara
pencegahan dan penghilangan pirogen.
5.
Untuk mengetahui metode uji
aktivitas terhadap pirogen.
1.4
Manfaat
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca tentang uji sterilitas, pirogen dan uji pirogen,
sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Steril,
Sterilitas dan Sterilisasi
1.
Definisi steril
a.
Menurut Ansel
Steril adalah bebas dari
pencemaran mikroorganisme.
b.
Menurut Sterile
Dosage
Steril adalah suatu kondisi
absolute dan harus tidak pernah digunakan atau dianggap secara relatif
sebagai bahan atau hampir steril.
c.
Menurut RPS
Steril adalah suatu keadaan
dimana tidak terdapat lagi mikroorganisme.
d.
Menurut Lachman
Steril adalah kondisi yang
memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan
keterbatasan.
2.
Definisi sterilitas
a.
Menurut RPS
Sterilitas adalah
karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan farmasetik bebas dari
mikroorganisme hidup karena metode, wadah atau rute pemakaian.
b.
Menurut Sterile
Dosage
Sterilitas adalah
karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan-sediaan farmasetik karena metode,
wadah atau rute pemakaian.
c.
Menurut Pharmaceutical
Dosage
Sterilitas didefinisikan
sebagai ketidakhadiran dari semua bentuk organisme.
3.
Definisi sterilisasi
a.
Menurut Scoville’s
Sterilisasi adalah suatu
proses membunuh atau menghilangkan bakteri dan mikroorganisme lain.
b.
Menurut Ansel
Sterilisasi adalah suatu
proses yang dilakukan terhadap sediaan farmasetik berarti penghancuran sempurna
seluruh mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari
sediaan.
c.
Menurut Mikrobiologi Farmasi Dasar
Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh atau memusnahkan semua mikroorganisme atau jasad renik
yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi
mikroorganisme atau jasad renik yang dapat berkembang biak.
2.2
Manfaat Uji
Sterilitas
Salah satu
tujuan uji sterilisasi pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan
ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga prinsip yang terlibat
dalam proses uji sterilisasi sediaan steril adalah :
1.
Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan.
2.
Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum yang
pasti dimana proses dan metode sterilisasi memiliki sterilisasi yang terpercaya
terhadap semua unit dari batch sediaan.
3.
Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung
hasil dari uji sterilitas sediaan akhir.
Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses
sterilisasi dan melakukan kontrol kualitas sediaan steril. Uji ini harus
direncanakan dengan baik untuk menghindari hasil positif palsu. Positif palsu
dapat terjadi karena kontaminasi lingkungan maupun kesalahan yang dilakukan
oleh personil. Lingkungan harus didesain sesuai dengan persyaratan ruang steril
yang telah ditetapkan oleh Farmakope terutama mengenai jumlah mikroorganisme
maupun jumlah partikel yang hidup di udara. Media yang digunakan untuk uji
sterilitas hendaknya dipersiapkan dengan baik dan telah teruji kemampuannya di
dalam menumbuhkan mikroorganisme yang dapat berupa jamur maupun bakteri.
2.3
Metode
Pengujian Sterilitas
Metode pengujian
sterilitas adalah sebagai berikut:
1.
Direct inoculation of culture medium
Meliputi
pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Prinsip inokulasi langsung adalah
mencampurkan sampel langsung dengan media untuk melihat ada atau tidaknya
mikroorganisme yang ditandai adanya
kelarutan dalam media.
Prosedur uji
inokulasi langsung ke dalam media uji:
Uji pada cairan, pindahkan
cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril. Secara
aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam
tabung media. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi
dalam media sesuai dengan prosedur umum selama tidak kurang 14 hari. Amati
pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari
ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir masa
uji. Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara visual, pindahkan
sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi media yang sama, sekurangnya
1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi
media awal dan media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak
inokulasi awal.
2.
Membran filtrasi
Teknik yang
banyak direkomendasikan Farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran
steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14
hari karena mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
Prosedur uji menggunakan
penyaringan membran:
Jika teknik penyaringan
membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara inokulasi
langsung ke dalam media uji, uji tidak kurang dari volume dan jumlah seperti
yang tertera pada pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi. Peralatan unit
penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang dapat memudahkan
penanganan bahan uji secara aseptik dan membran yang telah diproses dapat
dipindahkan secara aseptik untuk inokulasi ke dalam media yang sesuai atau satu
perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membran
diinkubasi in situ. Membran yang
sesuai umumnya mempunyai porositas 0,45mm dengan diameter lebih
kurang 47mm, dan kecepatan penyaringan air 55 mL sampai 75 mL per menit pada tekanan
70cmHg. Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran
sebelum digunakan atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja
yang dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas
penyaring dan perangkatnya. Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat
disterilkan terpisah dan setelah melalui pengeringan unit dirakit secara
aseptic (Anonim, 1995).
2.4
Definisi
pirogen
Pirogen berasal
dari kata pyro yang artinya keadaan
yang berhubungan dengan panas, dan kata gen
yang artinya membentuk atau menghasilkan .Pirogen adalah suatu produk
mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif.
Pirogen adalah
senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai senyawa
lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri.
Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah akan mempengaruhi
suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam yang disebabkan
oleh pirogen sangat sulit dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Pirogen berasal dari kelompok senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS).
Endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar bakteri gram
negatif. Organisme gram negatif membawa 3-4 juta LPS pada permukaannya yang
meliputi 75% permukaan membran luar (Sudjadi, 2008).
Pirogen
merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari bakteri gram
negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida. Pada saat
ini endotoksin diketahui merupakan pirogen yang paling kuat, namun kehadiran
pirogen lain dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan, karena manusia tidak
hanya respon terhadap endotoksin tetapi juga pirogen yang lain (Suwandi, 1988)
Sifat-sifat
pirogen:
1.
Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan
pemanasan pada suhu 650 derajat C selama 1 menit.
2.
Larut dalam air.
3.
Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa.
4.
Tidak menguap.
5.
Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000.
6.
Ukuran umumnya 1-50 millimikron.
Pirogen
secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai reaksi kekebalan melawan
kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor
necrosis factor (TNF).
2.
Pirogen eksogen
Pirogen eksogen merupakan faktor
eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh manusia. Misalnya
bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga berupa zat racun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.
2.5
Sumber-Sumber
Pirogen
Sumber-sumber pirogen adalah
sebagai berikut:
1.
Scoville’s: 196
Pada
prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang terlalu terkontaminasi oleh
bakteri yang tahan udara yang tumbuh dan menghasilkan endotoksin. Sebagai
tambahan, pirogen dapat dibawa ke destilat pada proses destilasi. Sumber lain
dari pirogen adalah air yang melekat pada permukaan dalam wadah atau botol
labu, yang dipakai dalam penyiapan larutan. Zat terlarut seperti dekstrosa dan
NaCl juga dapat dapat mengandung pirogen.
2.
RPS 18th: 1550
Pirogen
dapat masuk kedalam sediaan melalui beberapa cara berupa mikroorganisme hidup
atau mati. Mungkin sumber potensial terbesar dari berbagai kontaminasi adalah
air yang digunakan dalam proses pembuatan. Walaupun destilasi yang tepat akan
menyediakan air bebas pirogen, kondisi penyimpanan harus tidak dapat dimasuki
oleh mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah. Sumber potensial yang lain dari
kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan pirogen melekat kuat pada gelas
dan permukaan lain. Residu larutan dalam peralatan yang digunakan sering
menjadi media kultur bakteri dengan kontaminasi pirogenik. Walaupun peralatan
yang sudah dicuci dibiarkan basah dan dibiarkan diudara dapat mengandung
nutrisi yang nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak
menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan dalam jangka
panjang. Pencucian akan mengurangi kontaminasi dan pemanasan kering akan
mencegah kontaminasi peralatan yang cocok untuk digunakan. Bahan terlarut dapat
menjadi sumber pirogen. Bahan terlarut dapat mengkristal atau mengendap dari
larutan berair yang mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen
dapat dihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut
dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lain
untuk penghilangan pirogen.
3.
SDF: 46
Kebanyakan
sumber utama dari pirogen adalah air yang digunakan untuk membuat larutan.
Walaupun air itu sendiri medium kultur yang buruk, kontaminasi dapat terjadi
melalui mikroorganisme yang membuat udara dan debu. Seperti yang telah
didiskusikan, inilah alasan satu-satunya digunakan dalam sediaan adalah air
untuk injeksi. Jika destilasi digunakan untuk menyiapkan air untuk injeksi, masih
perlu dirancang dan digunakan dengan lebih baik. Pirogen dipindahkan dari air
dengan destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi bebas pirogen dikumpulkan
dalam wadah steril dan bebas pirogen. Jika wadah tidak bebas pirogen, pirogen
dalam wadah akan dilarutkan dalam air, hal ini yang menyebabkan pirogenik. Jika
wadah tidak steril, mikroorganisme dapat tumbuh dan memproduksi pirogen, menghasilkan
larutan pirogenik. Tapi ketika dikumpulkan dalam wadah bebas pirogen dan
steril, harus digunakan kurang dari 24 jam untuk sediaan produk parenteral yang
disterilkan pada perode ini. Jika air untuk injeksi disimpan untuk waktu yang
lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas pirogen dan
steril pada suhu 5o atau 30o, suhu dimana mikroorganisme
tidak akan tumbuh, kemungkinan menghilangkan pirogen. Pilihan lain adalah
sterilisasi air untuk injeksi, dengan demikian mempertahankan stabilitas sampai
waktu penggunaaan.
2.6
Pencegahan Terhadap
Pirogen
Dalam pembuatan
sediaan, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terdapat pirogen yang terkandung
utamanya pada sediaan steril. Berikut adalah cara pencegahan pirogen :
1.
Scoville’s: 196-197
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah
pemasukan dan peningkatan pirogen dalam cairan parenteral. Hal paling penting
adalah dengan tepat merancang dan pengoperasian penyulingan, dicocokkan untuk
mencegah tetesan dari air mendidih kedalam destilat. Destilat harus dikumpulkan
dalam wadah yang telah dibilas dengan air destilat segar. Perlakuan untuk
menghilagkan tetesan-tetesan air yang terakumulasi yang dapat mengandung
pirogen atau untuk menghilangkan bahan pirogenik yang dapat mengering dan
melekat pada bagian dalam permukaan wadah. Usaha perlindungan menghindarkan
kontaminasi destilat oleh bakteri tahan udara harus dilatih. Air destilasi
harus terlindung selama penggumpalan dan harus digunakan sesegera mungkin
setelah didestilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada.
Larutan seharusnya disaring, dikemas, disegel, dan disterilkan dengan secepat mungkin.
2.
Scoville’s: 194
Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen daripada
mengusahakan pemindahan atau penghancurannya. Namun, pirogen dapat dihilangkan
dengan adsorbsi pada penyaring asbestos aktif atau pada arang aktif. Kedua
metode ini digunakan, khususnya bila diperkirakan bahwa bahan kimia
terkontaminasi dengan pirogen. Metode penyaring asbes aktif terdiri dari
sediaan larutan yang dilewatkan melalui penyaring asbes kompresi dari serum
seitz no 3 pirogen diabsorbsi pada permukaan dari asbes dan oleh karena itu
pirogen dihilangkan dari larutan. Juga telah disebutkan bahwa pirogen dapat
dihilangkan dengan filtrasi melewati alat penyaring yang lain. Arang aktif juga
menghilangkan pirogen dari larutan dengan absorbsi. Larutan dikocok dengan 0,1
% arang aktif serbuk halus selama 5-10 menit. Arang dibiarkan mengendap dan
cairan supernatan didekantasiatau arang dapat dihilangkan dengan penyaringan
kertas saring yang keras karena serbuk halus arang sulit dihilangkan dengan
kertas saring. Hudson menyarankan sistem penyaringan menggunakan kombinasi
pasir murni, kertas saring dan penyaring gelas sinter. Arang yang tergranulasi
tidak efektif menghilangkan pirogen.
2.7
Cara
menghilangkan pirogen
Cara menghilangkan pirogen adalah
sebagai berikut:
1.
PTM: 139
Pirogen
dapat dipindahkan dari suatu larutan melalui destilasi dan ini merupakan metode paling tua untuk memperoleh air bebas
progen, dasar untuk memperoleh atau memproduksi parenteral volume besar bebas
pirogen dalam skala besar. Ultrafiltrasi sampai 100 KD adalah alat yang efektif
dari penyaringan endotoksin yang mempunyai BM kira-kira 20 KD tetapi pada
kenyataannya ukuran agregat paling kurang 1000 KD. Osmosa balik juga efektif
memindahkan partikel samapai 1 nm, meliputi endotoksin. Disisi lain, norit
aktif, serat asbes dan polipropilen atau politeffiber atau permukaan,
seluruhnya efektif menyerap pirogen, utamanya melalui interaksi hidrofobik.
Pirogen atau endotoksin yang diadsorbsi dalam permukaan lebih sulit untuk di
pindahkan. Permukaan elestomerik seperti pada segel dan penutup tidak dapat
dipanaskan. Pirogen disini disyaratkan untuk dipindahkan melalui pembilasan
dengan air pirogenik. Banyak permukaan logam atau gelas dapat diolah secara
kimia, kebanyakan bahan pengoksidasi seperti peroxid atau permanganat menjadi
efektif. Sterilisasi panas kering tidak efektif, tekanan pada 20 psig
disyaratkan selama paling kurang 5 jam untuk menghancurkan kebanyakan
endotoksin. Metode depirogenisasi ini di pilih untuk permukaan adalah panas
kering pada suhu sekitar 160-250oC paling kurang 30 menit kondisi
yang baik yang telah diset. Pengolah ini mengasumsikan bahwa peralatan pada bagian permukaan dapat
dipanaskan, dan tentu saja sangat sedikit produk yang dapat diolah dengan cara
ini. Wadah gelas, setelah pencucian dengan air untuk injeksi, dikeringkan dan
dipanaskan di bawah kondisi aliran laminar pada oven berkesinambungan suhu 250oC
atau lebih tinggi. Kondisi ini meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan
pembakaran untuk menghancurkan bahan pirogen.
2.
SDF: 46-47
Pirogen
dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi bebas
pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Air untuk injeksi,
ketika dikumpulkan dalam wadah bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang
dari 24 jam untuk sediaan produk parenteral yang disterilkan pada periode ini.
Jika air untuk injeksi disimpan untuk waktu lebih panjang, air untuk injeksi
dapat disimpan dalam wadah bebas pirogen dan steril pada suhu 5-80oC
suhu dimana mikroorganisme tidak akan tumbuh, kemungkinan menghilangkan
pirogen. Pirogen dapat dihilangkan dari wadah logam dan gelas melalui panas
kering. Ketika metode tidak praktis untuk ukuran wadah atau bukan metode
pilihan untuk alat-alat pada panas kering, pirogen dapat dihilangkan melalui
pembilasan wadah dengan baik dengan air untuk injeksi bebas pirogen, pirogen
larut air, dipindahkan melalui pembilasan yang diulang.
3. RPS 18th:
1850
Pirogen
dapat dihancurkan melalui pemanasan pada temperatur tinggi. Prosedur yang
direkombinasikan untuk depirogenasi gelas dan peralatan adalah pemanasan pada
suhu 250oC selama 45 menit. Telah dilaporkan bahwa 650oC
selama 1 menit atau selama 4 jam diharapkan dapat menghancurkan pirogen. Hal
itu dipastikan bahwa pencucian yang teliti dengan deterjen akan menjadikan
wadah gelas bebas pirogen jika dilindungi selama proses produksi dan
penyimpanan dari kontaminasi pirogen berat. Putaran autoklaf biasa tidak bisa
melakukan hal ini. Pemanasan dengan alkali kuat dan atau larutan oksidasi akan
menghancurkan pirogen. Suatu metode yang digunakan untuk memindahkan pirogen
dari larutan adalah adsobsi dalam bahan adsortif. Namun, karena fenomena
adsorbsi juga dapat menyebabkan pemindahan selektif dari bahan kimia dari
larutan dan filtrat dapat dikontaminasi dengan bahan, metode ini dibatasi
penggunaannya.
2.8
Metode Uji
Aktivitas Pirogen
Uji pirogen
dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi
pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara i.v dan
ditujukan untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya
perlu kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing
monografi.
Alat dan
pengencer. Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebas pirogenkan dengan pemanasan
pada suhu 250oC selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara
lain sesuai dengan perlakuan semua pengencer dan larutan untuk pencuci dan
pembilas alat suntik dengan cara sedemikian rupa yang dapat menjamin alat
tersebut steril dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen terhadap pengencer dan
larutan pencuci dan pembilas secara berkala. Apabila digunakan injeksi NaCl
sebagai pengencer, gunakan injeksi yang mengandung larutan NaCl PO 9 %.
1.
Rabbit Test
a.
Rekaman suhu
Gunakan alat pengukur
suhu yang teliti seperti termometer klinik atau termistor atau alat sejenis
yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 yang
telah diuji bahwa pembacaan suhu maximum tercapai <5 menit masukkan alat
pengukur suhu kedalam anus kelinci dengan kedalam tidak <7,5 cm dan
sesudah jangka waktu tidak kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, tekan
suhu tubuh kelinci.
b.
Hewan uji
Gunakan kelinci
dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam ruang
dengan suhu yang seragam antara 20-23oC dan bebas dari gangguan yang menimbulkan
kegelisahan. Beda suhu tidak boleh berbeda kurang lebih 3oC dari suhu yang telah ditetapkan. Untuk
kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci
tidak boleh lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua
tahap pengujian yang tertera pada prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak
boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau
sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan
suhu maksimal 0,6oC atau lebih.
c.
Prosedur
Lakukan
pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi
lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan
kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum
dibolehkan pada tiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila
pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap
sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar
sehingga dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum
penyuntikan larutan uji, tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang
merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam
satu kelompok tidak boleh lebih 1oC dan suhu awal setiap kelinci tidak
boleh lebih dari 39,8oC. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
monografi, suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan
penyuntikan dilakukan waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila
perlu yang dikonstitusi seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan
disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji pirogen alat atau
perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau bilasan dari
permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral, tempat
penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari
kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o + 2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu
berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikan dengan selang
waktu.
d.
Penafsiran hasil
Setiap penurunan suhu dengan
nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci pun menunjukkan
kenaikan suhu 0,5oC atau
lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5oC atau lebih. Lanjutkan pengujian dengan
menggunakan lima ekor kelinci. Jika tidak lebih dari tiga ekor dari 8 ekor
kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5oC atau lebih dan jumlah kenaikan suhu
maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3oC sediaan dinyatakan memenuhi syarat
bebas pirogen
2. LAL (Limulus amebocyte lysate)
Baru-baru ini
telah ditemui bahwa ekstrak sel darah ketam sepatu kuda (Limulus polyphemus) mengandung sistem enzim dan protein yang
menggumpal bila ada liposakarida dalam jumlah kecil. Penemuan ini, merangsang
perkembangan uji Limulus amebocyte lysate
(LAL) untuk mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan pengawasan
selama proses berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat dengan LAL
sedang dipertimbangkan oleh FDA (Ansel, 1989).
Uji LAL adalah
metode spesifik untuk bakteri endotoksin, hanya untuk pirogen yang signifikan
pada kebanyakan pabrik farmasetikal dan peralatan medis. Test didasarkan pada
mekanisme primitif penggumpalan darah dari kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus polyphemus). Berberapa enzim
diletakkan pada sel darah amoeba kepiting yang dipicuh oleh endotoksin
perpanjangan koagulasi enzimatik yang di akhiri dengan produksi di gel
protenose (Aulton, 1990).
Test harus
dihindarkan dari kontaminasi antimikroba sebelum dihindarkan, test ini penting
untuk memastikan bahwa tidak ada factor campuran dalam sediaan, peralatan tidak
menyerap endotoksin (seperti pada beberapa plastic) dan sensitifitas dari lisat
diketahui (Aulton, 1990).
Reagen test LAL
disediakan dengan lyopilisasi sel di mubasit limulus. Volume setara reagen LAL
dan larutan test (0,1 mikron per masing-masing) dicampurkan dalam gelas tube
test elipirogenasi. Tube diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 jam,
setelah test wadah dibaca. Tube diambil dari inkubator dan diubah. Bekuan oleh
yang rusak mengandung energi padatan merupakan factor dari test positif. Ketika
digunakan pada bagian ini bekuan gel uji awalnya, melewati test kegagalan
dibatasi dan reagen sensitive LAL (Aulton, 1990).
Test LAL
tambahan test ini dapat digunakan dalam laboratorium farmaseutikal. Test ini
spesifik untuk endotoksin gram negatif, dimana test pirogen kelinci sensitif
untuk semua pirogen endotoksin dan sumber lain disbanding gram negatif (Aulton,
1990).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Steril
adalah suatu keadaan dimana tidak terdapat lagi mikroorganisme. Sterilitas
didefinisikan sebagai ketidakhadiran dari semua bentuk organisme. Sedangkan
sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan bakteri dan
mikroorganisme lain.
2. Uji
sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan
melakukan kontrol kualitas sediaan steril.
3. Metode
pengujian sterilitas, yaitu Direct inoculation of
culture medium dan membran filtrasi.
4. Pirogen
merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari bakteri gram
negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida.
5. Sumber-sumber
pirogen pada prinsipnya sumber pirogen adalah
air destilat yang terlalu terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang
tumbuh dan menghasilkan endotoksin.
6. Cara
pencegahan pirogen yaitu dengan
tepat merancang dan pengoperasian penyulingan, dicocokkan untuk mencegah tetesan
dari air mendidih kedalam destilat.
7. Cara
menghilangkan pirogen yaitu dengan cara memindahkan dari suatu
larutan melalui destilasi.
8. Metode
Uji Aktivitas Pirogen yaitu Rabbit Test dan LAL (Limulus amebocyte lysate).
3.2
Saran
Semoga dengan
adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang uji sterilitas, pirogen dan uji
pirogen, sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut. Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. London: Oritic Livingston.
Ganong, W.F.
2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera.
Dalam : Widjajakusumah M.D., Editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: EGC.
Gennaro, A. R, et al. 1990. Remingons Pharmaceutical Science 18th Edition. Pensylvania:
Marck publishing company.
Lachman, et al. 1986. Teori dan Praktek Industri
Farmasi Third Edition. Philadelphia: Lea and Febiger.
Parrot, L. Eugene. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Minnepolis: Burgess
Publishing Company.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus
Amebocyt Lysate. Cermin Dunia Kedokteran
no.52.
Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. London : Published in Great Britain by Henry Kimpton
Publishers.
Walter F., PhD. Boron. 2003. Medical
Physiology: A Cellular And Molecular Approaoch. Elsevier/Saunders.
p. 1300. ISBN 1-4160-2328-3. Jenkins, G.L. Scoville's:The
Art of Compounding. USA: Burgess Publishing.
Komentar
Posting Komentar