laporan pkl b2p2toot dan javaplant

Brebes, Jawa Tengah

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal, Indonesia juga memiliki obat tradisinal yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang kita yaitu Jamu. Obat herbal dianggap dan diharapkan berperan dalam usaha-usaha pencegahan  dan pengobatan penyakit, serta peningkatan taraf kesehatan masyarakat disamping tujuan yang lain.
Dunia kedokteran kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat obatan herbal salah satu contohnya adanya klinik Hortus Medicus yang melayani pasien dengan menerapkan obat herbal sebagai obat dalam mengobati pasien. Tentunya obat herbal ini telah mengalami standarisasi dan uji klinik sebelum digunakan sebagai obat, sehingga dapat dinyatakan aman untuk dikosumsi.
Obat herbal murni diambil dari saripati tumbuhan atau hewan yang mempunyai manfaat untuk pengobatan, tanpa ada campuran bahan kimia buatan (sintetis). Obat Herbal yang berasal dari tumbuhan (nabati) misalnya temulawak, jahe, daun sirsak, jahe merah, teh hijau, dan sebagainya di Javaplant lah macam-macam ekstrak tumbuhan diproduksi. Javaplant telah banyak terserap industri farmasi, jamu, makanan, minuman bahkan industri kosmetik baik di tanah air maupun internasional.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa S1 Farmasi diharapakn untuk mengetahui tanaman apa saja yang mempunyai khasiat untuk mengobati serta bisa digunakan untuk mengobati penyakit apa saja dan mengtahui cara mengekstraksi tanaman obat menjadi bubuk ekstrak yang dapat digunakan untuk ramuaan obat herbal, kosmetik atau makanan minuman. Praktikum kegiatan Lapangan melalui kunjungan ke Balai Besar Tanaman Obat Dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) dan Pt. Javaplant merupakan salah satu cara untuk lebih  mengenal, mengetahui dan menambah pengetahuan akan keanekaragaman tanaman obat yang bisa hidup di Indonesia. Melihat secara langsung bagaimana tanaman obat tersebut tumbuh, bagian mana dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat serta cara penggunaan tanaman sebagai obat atau proses pembuatan obat herbal sampai siap diberikan kepada pasien untuk dikonsumsi dan mengetahui cara mengekstraksi beserta peralatan skala industri.
Sedikit gambaran dari kedua tujuan PKL tersebut B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal) merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal. Herbal merupakan salah satu jenis pengobatan medis yang menggunakan tanaman alam yang sudah melalui penelitian dan terbukti khasiatnya. Selain itu B2P2TOOT tidak hanya memiliki kebun tanaman obat tapi juga laboratorium untuk penelitian bahkan klinik Hortua Medicus dengan jumlah pasien rata – rata 30 – 50 pasien. jadi bisa dikatakan cukup lengkap.
PT. Javaplant merupakan produsen terbesar untuk ekstrak bubuk di Indonesia. Mampu memproduksi 15 ton perbulan untuk ekstrak herbal, dan 100 ton/bulan untuk green tea dan black tea. Dengan kapasitas sebesar itu, “Bahkan PT. Javaplant bisa dibilang produsen ekstraksi terbesar di Asia Tenggara, dan khusus ekstrak kayu manis dan pasak bumi merupakan yang terbesar di dunia”. Sehingga sangat cocok untuk tempat kunjungan ilmiah. Kita bisa belajar dan menimba ilmu sekaligus refreshing.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana sejarah, profil serta visi misi dari B2P2TOOT?
2.        Bagaimana struktur organisasi dari B2P2TOOT?
3.        Bagaimana proses, dan hasil produksi dari B2P2TOOT?
4.        Bagaimana sejarah, profil serta visi misi dari PT. Javaplant?
5.        Bagaimana struktur organisasi dari PT. Javaplant?
6.        Bagaimana proses, dan hasil produksi dari PT. Javaplant?

C.      Tujuan PKL
Tujuan dari kegiatan lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant adalah:
1.        Mahasiswa diharapkan mengetahui sejarah, profil, serta visi-misi B2P2TOOT.
2.        Mahasiswa diharapkan mengetahui  struktur organisasi B2P2TOOT.
3.        Mahasiswa diharapkan mengetahui proses, dan hasil produksi dari B2P2TOOT.
4.        Mahasiswa diharapkan mengetahui sejarah, profil, serta visi misi dari PT. Javaplant.
5.        Mahasiswa diharapkan mengetahui strusktur organisasi dari PT. Javaplant.
6.        Mahasiswa diharapkan mengetahui proses, dan hasil produksi dari PT. Javaplant.

D.      Manfaat PKL
Manfaat dari kegiatan lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant antara lain :
1.        Mengetahui sejarah, profil, serta visi-misi B2P2TOOT.
2.        Mengetahui  struktur organisasi B2P2TOOT.
3.        Mengetahui proses, dan hasil produksi dari B2P2TOOT.
4.        Mengetahui sejarah, profil, serta visi misi dari PT. Javaplant.
5.        Mengetahui strusktur organisasi dari PT. Javaplant.
6.        Mengetahui proses, dan hasil produksi dari PT. Javaplant.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional).
1.        Sejarah B2P2TOOT ( Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan pengembangan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO),serta merupakan unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan yang berdiri sejak tahun 1948. Pada awalnya balai ini bernama Hortus Medicus Tawangmangu yang di dirikan oleh RM.Santoso (almarhum), yang di bantu oleh Prof. Dr. Sutarman sebagai cabang laboraturium pharmacotherapie, Klaten. Atas kerja keras dan semangat serta jasa RM.Santoso  Hortus Medicus Tawangmangu secara resmi  administratif di hidupkan pada tahun 1950 dalam lingkungan lembaga Eijkman.
Secara berturut-turut dengan berubahanya kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Juni 1955, 8 Juni 1963, 25 Juli 1968, dan 8 November 1968 Hortus  Medicus Tawangmangu berada di bawah pengawasan dan tangungg jawab Lembaga Farmakoterapi Departemen kesehatan c.q. Direktorat Jendral Farmasi dan Lembaga Farmasi nasional di Jakarta. Sejak tanggal 9 Juli 1975 Hortus Medicus Tawangmangu berada di bawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jendral Pengawasan obat dan Makanan di Jakarta.
Dasar pertimbangan bahwa Hortus Medicus Tawangmangu adalah tempat penelitian tanaman obat, dan sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 149/Men.Kes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978, maka Hortus Medicus Tawangmangu diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep. Kes. RI dam dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang bertangung jawab  kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Transformasi I sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan  Permenkes No. 491 tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II tersebut memberikan amanah untuk melestarikan, membudidayakan, dan mengembangkan TOOT dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT, dengan Permenkes No. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU, dari hulu ke hilir, mulai dari riset tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan JAMU, penelitian iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan community empowerment.
2.    Profil B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) terletak di Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah Telp. 0271-697010, Fax.0271-697451 Email: b2p2to2t@litbang.depkes.go.id b2p2to2t@gmail.com
3.    Visi dan Misi
Visi :  “ Masyarakat sehat dengan jamu yang aman dan berkhasiat”
Misi :
a.    Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional
b.    Mengembangkan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
c.    Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional.
4.    Tugas dan Fungsi B2P2TOOT
a.    Tugas : “ Melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional’’
b.    Fungsi :
1)   Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan atau pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
2)   Pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi, adaptasi dan koleksi plasma nutfah tanaman obat.
3)   Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat.
4)   Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standarisasi tanaman obat dan obat tradisional.
5)   Pelaksanaan pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraaan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
6)   Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pembibitan, budidaya, pasca panen, analisis, koleksi spesimen tanaman obat serta uji keamanan dan kemanfaatan obat tradisional.
7)   Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

5.    Susunan Organisasi
Susunan Organisasi B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) Kedudukan tertinggi adalah ketua B2P2TOOT Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes, Akhmad saikhu,SKM,M,StPH sebagai Ka bagian tata usaha, Fauzi MP sebagai Ka subag umum, Edwin K Setyawan,SKM sebagai Ka subag keuangan, Drs. Slamet wahyono,Apt sebagai Ka  bidang pelayanan penelitian, Nagiot C. tambunan ,ME sebagai Ka bidang program, kerjasama dan informasi, Harto widodo sebagai Ka Sie. Sarana penelitian , amalia damayanti sebagai  Ka. Sie kerjasama dan informasi , Tri widayat sebagai Ka sie pelayanan penelitian , indah laksimiwati sebagai Ka sie program dan evaluasi.
Tugas jabatan struktur organisasi B2P2TOOT sebagai beririkut:
a.    Ketua: Mempin, menjalankan dan memegang Balai, sehingga dapat mencapai Visi Misi. Menetapkan tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap pejabat serta memberikan bimbingan dan pengarahan umum kepada bawahanya.
b.    Tata Usaha: Mengatur jalanya rencana kerja B2P2TOOT.
c.    Ka Subag Umum :Menyediakan kebutuhan- kebutuhan signifikan para staff. Mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan dibidang administrasi, kepegawain/ personalia serta keskertasisan.
d.   Ka Subag Keuangan : Mengatur dan mengawasi keluar masuknya kas perusahaan. Membuat keputusan yang berhubungan dengan bagian keuangan perusahaan
e.    Ka Subag Pelayanan dan Penelitian: Mengatur dan mengawasi pelayanan serta mengadakan penelitian yang bermanfaat sesuai visi misi.
f.      Ka bidang program, Kerjasama dan informasi : Mengatur kerjasama Balai dengan instasi lain untuk kemajuan Balai. Memberikan informasi kepada staf lain atau kepada masyarakat.
g.    Ka sie Prasarana Penelitian: Menyediakan prasarana untuk kebutuhan Penelitian.
h.    Ka Sie Evaluasi : Melaksanakan evaluasi taunan atau setiap program kerja dilaksanakan.



Kepala B2P2TO-OT
Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes

Ka. BagianTata Usaha
Akhmad Saikhu, SKM,M.StPH

Ka.Subag.Umum
Fauzi MP
Ka.Subag. Keuangan
Edwin F. Setyawan, SKM
Ka. Bidang Program, Kerjasama dan Informasi
Nagiot C. Tambunan, M.E.
Ka. Bidang Pelayanan Penelitian
Drs. Slamet Wahyono, Apt.
Ka. Sie Kerjasama dan Informasi
Amalia Damayanti
Ka. Sie Sarana Penelitian
Harto Widodo
Ka. Sie Program dan Evaluasi
Indah Laksimiwati
Ka. Sie Pelayanan Penelitian
Tri Widayat
Instalasi dan Laboratorium
Kelompok Fungsional Peneliti
 




















Bagan 1. Struktur Organisasi B2P2TOOT

6.    Sarana dan Prasarana
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu dalam melaksnakan tugas dan fungsinya didukung oleh sarana dan prasarana yang meliputi 1 unit gedung kantor untuk administrasi, 1 unit gedung pertemuan dengan daya tampung  400 orang, perpustakaam dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan buku-buku terbitan dalam dan luar negeri, website, mess peneliti 15 kamar, gedung laboratorium, rumah kaca 2 unit, rumah karantina, kebun koleksi dengan kurang lebih 2 ha pada ketinggian 12000 meter diatas permukaan laut (dpl) dan kurang lebih 12 ha pada ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut (dpl), dan kebun percobaan. Sampai saat ini telah terkoleksi kurang lebih 950 speies tanaman obat yang terdiri dari tanaman keras, pohon, perdu, semak, serta tanaman semusim. Disamping itu juga di lengkapi mini museum obat tradisional, herbarium, wisata ilmiah/etalase tanamn obat serta laboratorium litbang herbal.
Pengembangan sarana dan prasarana litbang merupakan program utama dengan penyediaan fasilitas penelitian berupa gedung laboratorium beserta fasilitasnya yang reprenstatif agar mampu mewujudkan visi dan misi B2P2TOOT tawangmangu Peralatan laboratorium utama yang mendukung pelaksanaan kegiatan laboratorium. Berikut labratorium yang ada di B2P2TOOT :


a.    Laboratorium Sistematika Tumbuhan.
Laboratorium sistematika tumbuhan yaitu untuk mengidentifikasi tumbuhan / determinasi, pembuatan spesimen (herbarium, simplisia) serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat. Tanaman obat yang akan dibuat simplisia atau jamu harus diketahui semua informasi dan di dokumentasi.
b.    Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman.
Laboratorium hama dan penyakit tanaman digunakan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman dan penelitian tentang cara pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Hama merupakan penyakit pada tanaman yang dapat merusak pertumbuhan tanaman.
c.    Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia.
Analisis makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia. Laboratorium ini digunakan untuk mengetahui khasiatdari suat tanaman yang akan di produksi.
d.   Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi
Laboratorium kultur jaringan dan Mikrobiologi untuk memperoleh bibit dan meningkatkan kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka lempeng total), identifikasi mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak tanaman obat. Hal ini perlu dilakukan karna agar hasil panen yang didapat memenuhi syarat dan obat hebal yang diperolehnya menimbulkan efek terapi yang baik.
e.    Laboratorium Eksperimental & Animal House
Laboratorium eksperimental dan animal house yaitu tempat pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house). Serta melakukan uji praklinik khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.
f.     Laboratorium Bioteknologi
Penelitian rekayasa gentik untuk memperoleh bibit unggul dan rekayasa untuk memperoleh protein terapeutik. Bibit unggul sangatlah penting untuk hasil panen yang unggul , sehingga diperlukan penelitian untuk memperoleh bibit yang unggul

7.        Produk B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
a.         CPOB dan CPOTB B2P2TOOT
Mendirikan suatu usaha industri obat tradisional diperlukan izin kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin usaha industri Obat Tradisional salah satunya adalah wajib mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Cara Peembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang diproduksi. CPOB dimiliki oleh semua industry dalam memproduksi obat. Produksi obat tradisional juga memiliki pedoman cara pembuatan obat yang baik yang disebut CPOTB.
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat kembalian.
b.        Proses Produksi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal (B2P2TOOT) merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal, B2P2TOOT juga terdapat klinik Hortus Medicus yang melayani pasien dengan menerapkan obat herbal sebagai obat dalam mengobati pasien, obat herbal itu sendiri adalah obat yang diramu dari tanaman-tanaman tradisonal berkhasiat yang digunakan  untuk pengobatan penyakit-penyakit tertentu. Menurut Farmakope III Simplisia Vegetabilis adalah berupa tanaman utuh, bagian bagian tanaman dan eksudat tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan obat yang diperlukan klinik, B2P2TOOT memproduksi obat herbal/ simplisia dan jamu didalam instalasi pasca panen.
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi obat herbal dilakukan dilakukan oleh tenaga profesional sesuai ahlinya dan obat yang digunakan sudah teruji khasiat dan keamananya karna sudah melewati uji praklinik, berikut proses pembuatan obat hebal/ simplisia di B2P2TOOT :
 






Bagan 2. Proses Produksi

1)        Pengadaan Bahan Baku
Proses produksi obat herbal di B2P2TOOT yang pertama pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman di kebun tanaman obat B2P2TO-OT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri dari 950 spesies tanaman obat.


2)        Pengumpulan Bahan Baku
Proses kedua setelah penanaman tanaman yaitu proses pemanenan. Pengumpulan bahan baku dilakukan di gedung pasca panen tanaman obat di setor dari petani sekitar yang sudah mendapat bimbingan, pengetahuaan, dan izin untuk menanam tanaman obat yang lalu disetorkan ke pihak B2P2TOOT untuk diolah menjadi obat herbal. Setelah bahan terkumpul dilakukan QC (Quality Control) hanya tanaman yang masih segar dan baru dipanen lah yang lolos kepengolahan selanjutnya. Penyimpanan bahan baku setelah dipanen yaitu disimpan di Instalasi Pasca Panen.
3)        Sortasi Basah
Tahapan selanjutnya adalah sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
4)        Pencuciaan
Pencucian adalah tahap selanjutnya setelah sortasi basah dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Serelah bahan baku dicuci selanjutnya tiriskan untuk menghilangkan air yang menempel di permukaan bahan, diletakan ditempat kusus seperti keranjang besar beertingat.
  
5)        Perubahan Bentuk atau Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Setelah perajangan dan sebelum bahan melanjutkan proses selanjutnya bahan baku harus ditimbang.
6)        Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
7)        Sortasi Kering
Sortasi kering sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual dilakukan oleh beberapa karyawan, simplisia di sortir yang dan dipisahkan jika tidak layak dan dari benda-benda asing, ditimbang dan dilanjutkan proses selanjutnya.


8)        Pengemasan/ Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan simplisia dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan obat herbal/ isi. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan simplisia sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah yang digunakan di B2P2TOOT tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi. Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
9)        Cara Penyimpanan
Produk yang sudah dikemas didaam kantong plastik besar disimpan ke dalam gudang. Penyimpanan dilakukan diruangan tertutup namun pencahayaan masih cukup terhadap serangan serangga serta suhu yang sesuai dengan suhu kamar. Gudang penyimpanan produk di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) didalamnya terdapat rak besar untuk menyimpan dan menyusun produk. Hal ini bertujuan agar produk tidak bersentuhan dengan lantai.



c. Daftar Produk
Daftar produk yang dihasilkan dari B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Jamu Hipertensi
b.    Jamu Hiperglikemi
c.    Jamu Hiper-kolesterolemi
d.   Jamu Hiper-urisemi
8.        Lay Out Bangunan
                 Lay out bangunan yang ada di B2P2TOOT (Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisiona) meliputi:
a.    Gedung laboratorium terpadu 3 lantai.
b.    Gedung laboratorium pasca panen.
c.    Gedung kantor untuk manajemen litbang 3 lantai.
d.   Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus yang telah ditetapkan sebagai Klinik Tipe gedung pertemuan berdaya tampung 400 orang.
e.    Perpustakaan dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah dan buku-buku terbitan dalam dan luar negeri.
f.     Rumah kaca 2 unit untuk adaptasi dan pelestarian.
g.    Kebun penelitian, Etalase Tanaman Obat dan Kebun Produksi:
1)   Kebun Karangpandan seluas 1,8 Ha pada ketinggian 600 m dpl.
2)   Kebun Kalisoro dengan luas sekitar 2 Ha pada ketinggian 1200 m dpl.
3)   Kebun Tlogodingo seluas 12 Ha pada ketinggian 1800 m dpl.
h.    Sinema Fitomedika, untuk visualisasi penyebarluasan informasi
Museum Mini Obat Tradisional Herbarium kering dan basah

B.       PT. Javaplant
1.        Sejarah
Berawal dari keinginan untuk memenuhi pasar herbal di Tanah Air, keluarga Rahardjo yang dikenal sebagai pemegang merek jamu kuat Pilkita tergelitik untuk masuk ke pasar ekstrak herbal. Tentu ada alasan kuat mereka tertarik dengan produk ini.
Jauh hari sebelumnya, BPOM pernah memberikan gagasan untuk memproduksi ekstrak herbal karena dinilai lebih terjamin dari segi mutu produk. Berangkat dari hal itu, Purwanto Rahardjo, Mulyo Rahardjo, dan Junius Rahardjo, memutuskan untuk mendirikan pabrik ekstrak herbal senilai Rp50 miliar  di Tawangmangu, Solo, bernama PT. Javaplant awal dari keinginan untuk memenuhi pasar herbal di Tanah Air, keluarga Rahardjo yang dikenal sebagai pemegang merek jamu kuat Pilkita tergelitik untuk masuk ke pasar ekstrak herbal. Tentu ada alasan kuat mereka tertarik dengan produk ini.
Perusahaan ini memproduksi aneka ekstrak herbal, lalu memasarkan produknya ke berbagai produsen jamu. Sayangnya, yang berminat pada produk PT. Javaplant hanya sedikit.
Permintaan malah datang dari beberapa perusahaan multilevel marketing dan industri herbal rumahan, tetapi jumlahnya memang tidak terlalu besar. Lantaran pasar lokal dianggap belum bisa menerima produknya, PT. Javaplant pun beralih membidik pasar luar negeri.
Menembus pasar internasional tidak mudah. Butuh waktu tiga tahun bagi PT. Javaplant untuk bisa menembus pasar ekspor. Tepatnya tahun 2006 menjadi milestone perusahaan ini untuk berkancah di pasar global. Saat itu, PT. Javaplant mendapat pesanan dari sebuah perusahaan asal Amerika Serikat bernama Integrity Nutraceuthicals International (INI). Perusahaan tersebut memesan ekstrak kayu manis dalam jumlah lumayan besar untuk keperluan uji klinis, yang hasilnya nanti akan dijual kembali ke berbagai peritel maupun perusahaan herbal di Amerika Serikat dan beberapa negara lain di seluruh dunia. Sampai sekarang, INI menjadi pelanggan terbesar PT. Javaplant.
Total ekspor ke sana mencapai 70–80 juta ton per tahun, setelah Amerika Serikat, setahun berikutnya Jepang berhasil ditembus. Menyusul kemudian negara-negara seperti Korea, Australia, Malaysia, dan lain-lain. Saat ini, 60% dari total produksi PT. Javaplant diserap oleh Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di Asia Tenggara, sisanya baru di pasar domestik. Tahun 2008, perusahaan yang berada di bawah bendera PT Tri Prihardja ini membangun pabrik untuk memproduksi ekstrak tanaman yang sering menjadi bahan dasar makanan dan minuman.

2.        Profil
PT. Javaplant merupakan perusahaan produsen ekstrak terbesar di Indonesia, PT. Javaplant beralamat di Jl. Raya Solo Tawangmangu Km. 32 No33 Desa Salam, Karang Pandas Karanganyar, Surakarta 57791 Indonesia.
info : javaplant.co.id
3.        Visi  dan Misi
a.    Visi
“Sebagai provider herbal asli indonesia berstandar internasional”.
b.    Misi
“Membawa jamu herbal asli Indonesia ke pasar internasional”.
4.        Struktur organisasi
direktur R&D javaplant
Ir. Budi santoso

direktur pengelola deltomed laboratories
Mulyo rahardjo sebagai

Chief Operating Officer (COO)
PT. Javaplant
Junius Rahardjo

 







             Bagan 3. Struktur Organisasi PT. Javaplant
Keterangan bagan struktur organisasi PT. Javaplant:
a.    Direktur Research and Development: Melakukan berbagai penelitian, pengembangan dan inovasi produk yang telah ada agar sesuai dengan keinginan pasar, bahkan jika perlu mengeluarkan produk baru demi kesinambungan bisnis.
b.    Direktur pengelola laboratorium: Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan dan program pengembangan laboratorium serta membuat rancangan ke depan atas kelangsungan produknya.
c.    Chief Operating Officer (COO): Memimpin dan mengurus kegiatan perusahaan dan membina hubungan baik dengan seluruh pihak yang diperlukan.

5.        Sarana prasarana PT. Javaplant
          PT. Javaplant merupakan produsen ekstrak bubuk tanaman herbal terbesar di Indonesia, untuk memenuhi produk pesanan ada beberapa gedung yang memiliki fungsi spesifik sesuai tujuan produksi. Berikut keterangan gedung dan alat yang terdapat didalamnya serta fungsinya.
a.    Plant I: Merupakan tempat produksi khusus ekstrak bubuk tanaman herbal seperti curcuma, ginger, kencur, dan temu ireng, terdapat beberapa alat industri didalamnya.
b.    Plant II: merupakan tempat produksi khusus ekstrak kopi dan teh. Tujuan dari dipisahnya plant 1 dan plant 2 yaitu untuk menghindari tercampurnya bau dari produk yang dihasilkan.

c.    Ruang pilot
Pilot plant yaitu berfungsi  untuk memprodukai eksrak yang sudah melewati pengujian dan analisa di laboratorium. Pilot plant digunakan memproduksi ekstrak dalam skala kecil sebelum melakukan produksi dalam skala industri.
c.    Laboratorium
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium di Javaplant digunakan untuk analisa aatau menguji bahan baku apakah layak untuk di gunakan atau hasil produksi yang sudah jadi di uji kelayakan, keamanan, khasiat maupun ke halalan produk. Berikut adalah laboratorium yang ada di PT. Javaplant.
1)      Laboratorium Fitokimia : Yaitu untuk menganalisa kadar air, menguji kadar debu, kelarutan dalam alkohol,kelarutan dalam air. Alat yang digunakan yaitu krimetik chamber berfungsi untuk menentukan masa kadaluarsa suatu produk.
2)      Laboratorium Instrumen
Berikut adalah daftar alat yang ada di Laboratorium Instrumen PT. Javaplant
a)        Spektrofotometri uv / vis yaitu untuk menganalisa zat aktif per golongan.
b)        KLT (Kromatografi Lapis Tipis)yaitu untuk uji kualitatif zat aktif.
c)        KCKT yaitu untuk menganalisis zat aktif dengan lebih spesifik lagi
d)       GCMS yaitu untuk menguji zat aktif yang lebih mudah menguap. Di PT. Javaplant belum pernah menggunakan GCMS karena pada pembuatan suatu bahan baku belum menggunakan dengan  bahan yang mudah menguap.
3)      Laboratorium mikrobiologi
Beberapa alat-alat yang ada pada lab mikrobiologi yaitu:
a)    ALT (angka lempeng total) digunakan untuk mengetahui beberapa bakteri yang terdapat / terkandung.
b)   AKK diguakan untuk mengetahui berapa banyaknya jamur dan kapang dalam suatu produk. Kepekaannya maksimal 1000.

3.        Produk PT. Javaplant
a.    CPOB dan CPOTB
Produk PT. Javaplant menjaga kualitasnya mulai dari pencucian bahan baku herbal hingga menjadi ekstrak dengan teknologi modern dari Jerman bernama Quadra Extraction System. Javaplant telah mengantongi sertifikat standar intera­sional, seperti GMI, ISO, dan juga FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika, mengikuti standar-standar dalam CTPAT (Custom Trade Against Terrorism) dan tak ketinggalan sertifikat Halal dari MUI. Selain itu, bahan baku  diproduksi secara GMP sesuai CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary Foundation USA. dan sertifikat inilah yang menjadikan PT. Javaplant sebagai satu-satunya pabrik ekstrak  berstandar farmasi
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang diproduksi. CPOB dimiliki oleh semua industry dalam memproduksi obat. Produksi obat tradisional juga memiliki pedoman cara pembuatan obat yang baik yang disebut CPOTB.
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan proses pembuatan. Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) mencakup seluruh aspek produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat kembalian, validasi dan kualifikasi.
b.        Proses Produksi
Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, Alat, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Proses produsi di PT. Javaplant bahan baku yaitu bagian tanaman herbal atau bagian tanaman lainya selain herbal di peroleh dari petani sekitar kawasan industri PT Javaplant. Proses produksi di PT. Javaplant memiliki rangkain tahapan yang prosedural semuanya penting dan mempengaruhi hasil baik kualitas maupun kuantitas, berikut proses pembuatan ekstrak bubuk di PT. Javaplant.
1)        Fase Uji Coba
Proses produksi di PT. Javaplant diawali dari laboratorium. Sebelum di bawa ruang produksi ekstrak, di ruangan steril sebuah produk mengalami serangkaian uji coba di lab terlebih dahulu, untuk mengetahui kandungan zat dan kadar nya. Selain itu, tujuannya adalah untuk menghasilkan ekstraksi berkualitas sesuai permintaan pelanggan.
Proses ini, mengidentifikasi senyawa aktif menggunakan beragam peranti seperti spektrometer, high performance liquid chromatography (HPLC), dan ultra performance liquid chromatography (UPLC), dan piranti lainnya. Pengujian juga untuk mengetahui kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada ekstrak karena menyangkut keamanan produk. Dikhawatirkan mempengaruhi kehalalan produk, Juga pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal dalam skala laboratorium, selanjutnya menguji coba ekstraksi dalam skala lebih besar yakni skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah perkolasi. Hasil ekstrak kemudian mengalir ke destilator dalam kondisi vakum untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya kembali melakukan uji kandungan senyawa aktif dan bahan berbahaya. Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai , baru proses ekstraksi skala produksi dimulai.
2)        Fase Produksi
Proses produksi yang pertama yaitu material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masing-masing 2000 liter, yang masing-masing terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi, mulai dari berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak, crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara otomatis dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau konsentrat benar-benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi crude extract yang dialirkan melalui pipa-pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000 liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Mesin evaporator inilah mulai ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan produk powder.
3)        Proses Purifikasi
PT. Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi. Mesin yang bernama liquid to liquid extraction ini memiliki sebuah tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang berada di atas rangkaian mesinnya. Proses inilah kami di demonstrasikan pemrosesan tamulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole nya. Dimana hasil terlihat hasil ekstrak temulawak dilarutkan bersama solvent organic dengan menggunakan proses solvent separasi kemudian terjadi pemisahan antara xanthorrizole dengan curcumin serta zat lain yang terkandung dalam temulawak.
4)        Fase Sterilisasi
Menurut J.B. Harborne ekstraksi yang tepat sudah bergantng pada testur dan kandungan air. Umumnya kitaperlu membunuh jaringan tumbuhan jaringan tumbuhan untuk menghindari oksidasi enzim atau hidrolisis.
Dalam proses produksi terdapat proses tambahan sebelum pengeringan hasil ekstrak, yakni proses sterilisasi. Ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat celsius selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan-kandungan berbahaya dari pelarut. pemanasan tinggi dalam waktu singkat tidak merusak senyawa aktif. Dalam proses produksi pengeringan menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 miliar. Pada tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yang dimiliki Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20o celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak, dengan berbagai teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak herbal terstandar internasional sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary Foundation USA, ISO, FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika, serta standart produk Halal dari MUI. Sehingga produk- produk yang dihasilkan oleh PT. Javaplant dipastikan memiliki kualitas yang tinggi.
c.         Hasil Produksi
Contoh produk PT Javaplant antara lain:
1)        Tongkat ali (EURYCO8)
2)        Tongkat Ali (EURYCOMANONE)
3)        Curcuma (KUSIR-UKON 50)
4)        Curcuma (JAVA CURCUMA XANTHORHIZOL)
5)        Ginger (GINGERY)
6)        Purwoceng (PURWOCENG)
7)        Black cumin (HABATUSAUDA)
8)        Kacip fatimah (KACIP FATIMAH)

4.             Lay Out Bangunan PT Javaplant
Rancangan bangunan di kompleks Javaplant memadukan bahan alami dengan material mutakhir. Bangunan kantor yang hanya satu lantai ditandai oleh atap model pelana sedangkan bangunan pabrik yang terdiri dari dua lantai ditutup oleh sebidang atap miring.
Bagian muka kantor ditata untuk area penerima tamu dan bagian belakang untuk ruang rapat serta ruang pimpinan. Untuk layout laboratorium, susunan ruangnya dirancang linier tetapi jalur sirkulasi berada di sisi bangunan yang bersebelahan dengan jalan agar kegiatan dalam laboratorium tidak terganggu.
Dinding luar bangunan kantor ataupun laboratorium dirancang secara transparan berupa jendela kaca lebar.Yang menjadi ciri khas dari kompleks Javaplant ini adalah dinding pengisi bangunan yang terdiri dari dua macam material yaitu susunan batu bata dengan acian halus dan beton.


BAB III
PEMBAHASAN
            Praktik kegiatan lapangan merupakan salah satu kegiatan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang diadakan sebagai praktik nyata dengan tujuan untuk memperluas wawasan  dan menambah pengalaman dalam mengaplikasikan materi dan teori, sebagai mahasiswa program studi S1 Farmasi Sekoah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi dituntut aktif  dalam kegiatan lapangan untuk menimba ilmu sebanyak- banyaknya untuk menambah wawasan tentang ilmu Farmasi khususnya bidang Industri Farmasi yang sebagimana  STIKes BHAMADA Slawi merupakan satu lembaga pendidikan yang mencetak dan menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya, dengan memberi bekal yang cukup kepada mahasiswa, diantaranya dengan melakukan Praktik Kegiatan Lapangan (PKL) yang dilaksankan pada tanggal 27 Juli 2015 di B2P2TOOT Tawangmangu dan PT. Javaplant Karanganyar.
            Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk menambah pengalaman mahasiswa tentang dunia perindustrian. Mahasiswa dituntut aktif menggali informasi tentang Industri Farmasi untuk memperoleh pengetahuan mulai dari sejarah, profil, visi misi, lay out bangunan perusahaan, sampai proses produksi, pengemasa, distribusi yang ada di B2P2TOOT dan PT. Javaplant, kualitas belajar mengajar dalam mengaplikasikan teori yang diajarkan dan dipelajari.
            Pelaksanaan Praktik Kegiatan Lapangan, tempat pertama yang kami kunjungi yaitu B2P2TOOT yang berada di Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tempat pertama di B2P2TOOT yang  kami kami singgahi yaitu gedung sinema , di mana mahasiswa memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai B2P2TO-OT dan perkembangannya, kegiatan dan sarana dan prasarana di B2P2TOOT. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan pengembangan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO), serta merupakan unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan yang berdiri sejak tahun 1948. Ada banyak kegiatan yang sangat bermanfaat disini terutama untuk menambah wawasan tanaman herbal indonesia.
            Etalase tanaman obat merupakan kegiatan kedua kunjungan kami di B2P2TOOT etalase tanaman obat merupakan salah satu fasilitas wisata jamu disini banyak tanaman yang tidak hanya indah tapi juga berkhasiat. Koleksi tanaman obat di sini mayoritas merupakan tanaman asli Indonesia. Berbagai macam tanaman obat juga berkhasiat untuk mencegah hingga mengobati penyakit kronik seperti jantung. Misalnya daun digitalis purpurea yang berkhasiat sebagai obat lemah jantung/ cardio tonik.
Cukup mudah mengenal sejumlah tanaman ini karena dilengkapi dengan papan nama tanaman dan khasiatnya. Semua tanaman obat di kebun  ini pun tanpa campur tangan bahan kimia, dengan kondisi alam yang sejuk dan tercukupinya jumlah air, tanaman disini tumbuh subur dan rindang meski hanya mendapatkan pemupukan dari pupuk kompos.
Etalase tanaman obat ini menjadi salah satu lokasi penelitian para dokter yang mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk saintifikasi jamu. Sejumlah tanaman di sini juga diproduksi dan dijadikan jamu atau obat tradisional. Jamu tersebut bisa diberikan pada sejumlah warga yang berobat ke Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Kemenkes RI. Adapun resep jamu akan diberikan oleh para dokter yang pernah menjalani pendidikan dan pelatihan di B2P2TOOT Kemenkes RI. Mulai dari penanaman tanaman obat, panen, pengumpulan bahan jamu, proses racikan, hingga pemanfaatan jamu memang dilakukan di B2P2TOOT Kemenkes RI.
Perjalanan kemudiaan dilanjutkan ke gedung instalasi pasca panen yaitu tempat penanganan hasil panen tanaman obat meliputi pencucian, sortasi, pengubahan bentuk, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan serta stok/ gudang simplisia. Sebelum masuk ke instalasi pasca panen kami harus mengganti alas kaki yang sudah disediakan pihak B2P2TOOT ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari alas kaki pengunjung yang tentunya dapat berbahaya jika itu terjadi, bisa mengurangi khasiat, menghilangkan atau sampai membahayakan pasien yang mengkosumsi obat. Tempat pertama yag kami lihat yaitu tempat sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal, sortasi basah di dilakukan seecara manual dikerjakan oleh beberapa karyawan mengenakan sarung tangan, masker, penutup kepala dan baju khusus, ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi silang antara bahan baku dan dan karyawan. Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual.
Tahap selanjutnya pencuciaan setelah sortasi basah bahan dikumpulkan di suatu ranjang dan dicuci di kolam pencuciaan, dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir. Simplisia yang sudah di cuci angkat dan letakan pada tempat penirisan hal ini dimaksudkan untuk menghilagkan air sisa pencucian yang menempel di permukaan simplisia, tempat penirisan berbentuk persegi panjang tersusun atas beberapa ranjang.
Penirisan dilakukan beberapa menit sampai sekiranya kadar air sisa pencucian berkurang, penirisan dilakukan disamping kolam pencucian untuk dilanjut proses selanjutnya yaitu penjemuran atau pengeringan. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan, proses pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di lantai paling atas instalasi pasca panen, atapnya sengaja dibuat transparan bertujuan untuk masuknya sinar matahari sehingga matahari tidak mengenai simplisia secara langsung karna dapat merusak kandungan simplisia, cara lain pengeringan yaitu dengan menggunakan ovent, di B2P2TOOT terdapat 2 ovent.
Sortasi kering merupakan proses selanjutnya, merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual dilakukan oleh beberapa karyawan, simplisia di sortir yang dan dipisahkan jika tidak layak dan dari benda-benda asing, ditimbang dan dilanjutkan proses selanjutnya.
Penyimpanan hasil produsi diletakan di gudang penyimpanan berada di lantai 2 instalasi pasca panen, penyimpanan diruangan tertutup namun pencahayaan masih cukup terhadap serangan serangga serta suhu yang sesuai dengan suhu kamar. Gudang penyimpanan produk di B2P2TOOT didalamnya terdapat rak besar untuk menyimpan dan menyusun produk. Hal ini bertujuan agar produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai, sehingga hal tersebut dapat mengurangi kerusakan pada produk yang diakibatkan oleh bakteri maupun jamur, disamping itu mempermudah pengambilan barang.
Setelah berkeliling instalasi pasca panen kami melanjutkan perjalanan menuju laboratorium terpadu, terdapat Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia digunakan untuk analisis makroskopis dan mikroskopis, skrining fitokimia, pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia.
Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi juga melengkapi fasilitas di B2P2TOOT, kultur jaringan tanaman (KJT) untuk memperoleh bibit dan meningkatkan kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka lempeng total), identifikasi mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak tanaman obat. Selanjutnya Laboratorium Eksperimental & Animal House. Pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house), serta melakukan uji praklinik khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional. Laboratorium Bioteknologi merupakan tempat penelitian rekayasa gentik untuk memperoleh bibit unggul dan rekayasa untuk memperoleh protein terapeutik.
Museum jamu Hortus Medicus adalah institusi permanen, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata yang berhubungan dengan jamu atau obat herbal, serta sejarah berdirinya B2P2TOOT  kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi keistimewaan jamu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Museum jamu terletak di samping laboratorium terpadu dan dibawah gedung sinema fitomedika terdapat beberapa koleksi alat pembuatan jamu tradisional, bahan pembuatan jamu, ramuan jamu dari seluruh indonesia, teks kuno tentang jamu dan masih banyak koleksi yang sangat berharga Museum Hortus Medicus.
              Agenda Praktik Kegiatan Lapangan selanjutnya di PT Javaplant yang dilakukan pada Selasa, 28 Juli 2015 dimulai pukul 13.00. Agenda kegiatan yang akan dilakukan  pertama adalah penjelasan oleh petugas mengenai profil PT Javaplant, tentang sejarah, Penjelasan Bagian-Bagian Dalam Pabrik, Penjelasan dan Proses Pembuatan.
       Kegiatan selanjutnya mengunjungi ruangan proses pembuatan ekstrak bubuk tanaman yang ada di PT. Javaplant. Terdapat 2 ruang proses pembuatan ekstrak yaitu ruang plant I dan plant II. Ruangan ini di pisah berdasarkan jenis tanaman yang digunakan. Tujuannya adalah agar menghindari bau dan rasa yang ditimbulkan dari tanaman yang akan di ekstrak tidak tercampur satu sama lain.
Ruang pertama yang dikunjungi adalah ruang plant 1 yang digunakan untuk mengekstraksi tanaman herbal. Diruangan ini terdapat mesin ekstraktor (Perkolator). Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masing-masing 2000 liter/200 kg sehingga kapasitasnya 8000 liter yang terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak yang masih berupa ekstrak setengah jadi/ mentah tersebut dimasukkan dalam sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut ekstrak mentah diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang memiliki kapasitas 1000 liter/jam dengan suhu 60°C. Semua bahan produksi, mulai dari raw material, ekstrak mentah, resin, maupun liquid dimasukkan ke dalam mesin ekstrak, semuanya terproses secara otomatis dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau konsentrat benar-benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi ekstrak mentah yang dialirkan melalui pipa-pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000 liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator inilah mulai ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan produk powder. Proses akhir yaitu itu hasil ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130°C selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan-kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 milibar.
Ruangan selanjutnya yang kami kunjungi adalah ruang plant 2 yang digunakan untuk mengekstraksi teh hijau dan teh hitam dan juga kopi. Pada dasarnya prinsip pembuatan ekstrak bubuk Plant 1 dan Plant 2 sama, menggunakan mesin ekstraktor (perkolator) hanya yang membedakan kapasitasnya mencapai 1600 L. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masing-masing 4000 liter/400 kg yang terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstraksi yang masih berupa ekstrak mentah kemudian di proses sama seperti di Plant 1.
Ruang ketiga yang dikunjungi adalah ruang pilot plant. Ruangan ini merupakan tempat untuk melakukan ekstraksi dalam skala lebih kecil untuk menguji coba sebelum diproduksi skla industri. Pada ruangan terdapat alat pembuatan ekstrak yang sama seperti pada ruang plant 1 dan plant 2, akan tetapi alat tersebut memiliki kapasitas  500 liter/50 kg. Ruangan ini digunakan untuk menguji coba ekstraksi tanaman yang telah ditemukan prosedur ekstraksi optimalnya dalam skala laboratorium. Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai yang diinginkan, proses ekstraksi dilanjut dalam skala produksi.
Ruangan terakhir yang dikunjungi yaitu ruang laboratorium. Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan industri secara terkendali. Laboratorium di PT. Javaplant digunakan untuk menghasilkan ekstraksi berkualitas sesuai permintaan pelanggan. Ada beberapa laboratorium diantaranya, laboratorium Fitokimia Yaitu untuk menganalisa kadar air, menguji kadar debu, kelarutan dalam alkohol,kelarutan dalam air. Alat yang digunakan di lanoratorium ini salah satunya krimetik chamber berfungsi untuk menentukan masa kadaluarsa suatu produk. Laboratorium Instrumen merupakan laboratorium yang digunakan untuk analisis sampel dengan menggunakan instrumen - instrumen  untuk kegiatan praktikum kimia instrumen, dan kimia pemisahan lanjut.
Produk yang dihasilkan PT. Javaplant adalah ekstrak bahan aktif dalam berbagai macam rupa seperti Vacum dried ectracts, essential oils dan oleorensins untuk berbagai aplikasi kedalam produk jadi. Beberapa contoh produk dari PT. Javaplant adalah Kacip Fatimah, Java Curcuma Xanthorizol,  Ginggery, Habatusaudah dan masih banyak lagi, PT. Javaplant juga memproduksi eksrak yang digunakan untuk hewan ternak yaitu  Java Curcuma Xanthorrhizol 2 terbuat dari ekstrak alam temulawak yang berkhasiat. Xanthorrizol merupakan zat aktif paling dominan yang terkandung dalam Java Curcuma yang juga dikenal sebagai temulawak. Produk ini secara efektif dapat meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh hewan ternak dalam bentuk ekstrak kering.





BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan lapangan adalah sebagai berikut:
1.        Kegiatan di B2P2TO-OT meliputi penanaman tanaman herbal, proses pemanenan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, penelitian tentang kandungan dan khasiat tentang tanaman herbal, sampai pada pengobatan dan peresepan tanaman herbal untuk aplikasi klinis.
2.      Laboratorium terpadu B2P2TO-OT berperan penting dalam pengolahan obat herbal sehingga aman digunakan masyarakat. Balai ini memiliki tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman, biomolekuler, dan mikrobiologi.
3.        Klinik saintifikasi jamu yang berada di B2P2TO-OT berbeda dengan klinik pada umumnya karena pasien pada klinik saintifikasi jamu dianggap sebagai pasien sebenarnya dan juga sebagai kriteria inklusi penelitian (observasi klinis).
4.        PT. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli Indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utama dan bahan tambahan bagi industri farmasi, kesehatan dan kosmetik, dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman
5.        Dalam  PT. Javaplant terdapat beberapa laboratorium antara lain laboratorium instrumen dan laboratorium mikrobiologi dan laboratorium fitokimia
B.       Saran
Setelah melakukan praktik Kegiatan Lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant, maka dalam kesempatan ini penyusun ingin memberikan saran kepada pihak B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant. Saran saya antara lain sebagai berikut:
1.        Fasilitas di klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” dapat ditambah sehingga dapat menunjang pengembangan dan penelitian di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)  .
2.        Penggunaan obat herbal harus dilestarikan karena obat herbal memiliki efek samping yang minimal bahkan tidak ditemukan adanya efek samping bila digunakan sesuai dengan dosis.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Ditjen POM 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Syamsuni. 2005. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.






LAMPIRAN
Lampiran 1.Ruang sinema Fitomedika
Gambar. Pengenalan B2P2TOOT












Lampiran 2. Etalase tanaman obat
Gambar. Etalase Tanaman Obat
Gambar Daun Digitalis






Lampiran 3.Instalasi Pasca Panen
Gambar Sortasi Basah
Gambar Ruang Pencucian
Gambar Ruang Penirisan
Gambar Tempat Penjemuran
Gambar Ruang Ovent
Gambar Sortasi kering
Gambar Pengemasan Dan Penyimpanan












Lampiran 4. Laboratorium Terpadu
Gambar Laboratorium Terpadu
Gambar Laboratorium Fitokimia





Lampiran 5. Museum Jamu





Gambar Pohon Herbarium
 






Gambar Herbarium Basah
Gambar Alat Pembuatan Jamu
Lampiran 5. PT Javaplant
Gambar Alat Ekstraksi Skla Industri
Gambar Alat Ekstrraksi Skla Pilot
Gambar Ruangan Laboratorium

Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum analgetik

kunci determinasi kunyit

MAKALAH TEKNIK SAMPLING