laporan kunjungan industri di b2p2toot dan PT Javaplant
Brebes, Jawa Tengah
Lampiran
5. Museum Jamu
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai
lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung
bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai
herbal, Indonesia juga memiliki obat tradisinal yang secara turun temurun
diwariskan oleh nenek moyang kita yaitu Jamu.
Obat herbal
dianggap dan diharapkan berperan dalam usaha-usaha pencegahan dan
pengobatan penyakit, serta peningkatan taraf kesehatan masyarakat disamping
tujuan yang lain.
Dunia
kedokteran kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat obatan herbal salah satu
contohnya adanya klinik Hortus Medicus yang melayani pasien dengan menerapkan
obat herbal sebagai obat dalam mengobati pasien. Tentunya obat herbal ini telah
mengalami standarisasi dan uji klinik sebelum digunakan sebagai obat, sehingga
dapat dinyatakan aman untuk dikosumsi.
Obat herbal murni diambil dari saripati tumbuhan atau hewan yang
mempunyai manfaat untuk pengobatan, tanpa ada campuran bahan kimia buatan
(sintetis). Obat Herbal yang berasal dari tumbuhan (nabati) misalnya temulawak,
jahe, daun sirsak, jahe merah, teh hijau, dan sebagainya di Javaplant lah macam-macam
ekstrak tumbuhan diproduksi. Javaplant
telah banyak terserap industri farmasi, jamu, makanan, minuman bahkan industri
kosmetik baik di tanah air maupun internasional.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa S1
Farmasi diharapakn untuk mengetahui tanaman apa saja yang mempunyai khasiat
untuk mengobati serta bisa digunakan untuk mengobati penyakit apa saja dan
mengtahui cara mengekstraksi tanaman obat menjadi bubuk ekstrak yang dapat
digunakan untuk ramuaan obat herbal, kosmetik atau makanan minuman. Praktikum
kegiatan Lapangan melalui kunjungan ke Balai Besar Tanaman Obat Dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) dan Pt. Javaplant merupakan salah satu cara untuk
lebih mengenal, mengetahui dan menambah pengetahuan akan
keanekaragaman tanaman obat yang bisa hidup di Indonesia. Melihat secara
langsung bagaimana tanaman obat tersebut tumbuh, bagian mana dari tumbuhan yang
digunakan sebagai obat serta cara penggunaan tanaman sebagai obat atau proses
pembuatan obat herbal sampai siap diberikan kepada pasien untuk dikonsumsi dan
mengetahui cara mengekstraksi beserta peralatan skala industri.
Sedikit gambaran dari kedua tujuan
PKL tersebut B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisonal) merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian
serta pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal. Herbal merupakan
salah satu jenis pengobatan medis yang menggunakan tanaman alam yang sudah
melalui penelitian dan terbukti khasiatnya. Selain itu B2P2TOOT tidak hanya
memiliki kebun tanaman obat tapi juga laboratorium untuk penelitian bahkan
klinik Hortua Medicus dengan jumlah pasien rata – rata 30 – 50 pasien. jadi bisa dikatakan cukup lengkap.
PT. Javaplant merupakan produsen terbesar
untuk ekstrak bubuk di Indonesia. Mampu memproduksi 15 ton perbulan untuk
ekstrak herbal, dan 100 ton/bulan untuk green tea dan black tea. Dengan
kapasitas sebesar itu, “Bahkan PT. Javaplant bisa dibilang produsen ekstraksi
terbesar di Asia Tenggara, dan khusus ekstrak kayu manis dan pasak bumi
merupakan yang terbesar di dunia”. Sehingga sangat cocok
untuk tempat kunjungan ilmiah. Kita bisa belajar dan menimba ilmu sekaligus
refreshing.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar
belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana sejarah, profil serta visi misi dari
B2P2TOOT?
2.
Bagaimana struktur organisasi dari B2P2TOOT?
3.
Bagaimana proses, dan hasil produksi dari B2P2TOOT?
4.
Bagaimana sejarah, profil serta visi misi dari PT.
Javaplant?
5.
Bagaimana struktur organisasi dari PT. Javaplant?
6.
Bagaimana proses, dan hasil produksi dari PT.
Javaplant?
C.
Tujuan
PKL
Tujuan
dari kegiatan lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant adalah:
1.
Mahasiswa diharapkan mengetahui sejarah,
profil, serta visi-misi B2P2TOOT.
2.
Mahasiswa diharapkan mengetahui struktur organisasi B2P2TOOT.
3.
Mahasiswa diharapkan mengetahui proses, dan hasil
produksi dari B2P2TOOT.
4.
Mahasiswa diharapkan mengetahui sejarah, profil, serta
visi misi dari PT. Javaplant.
5.
Mahasiswa diharapkan mengetahui strusktur organisasi
dari PT. Javaplant.
6.
Mahasiswa diharapkan mengetahui proses, dan hasil
produksi dari PT. Javaplant.
D.
Manfaat
PKL
Manfaat
dari kegiatan lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan PT. Javaplant antara lain :
1.
Mengetahui sejarah, profil, serta
visi-misi B2P2TOOT.
2.
Mengetahui struktur organisasi B2P2TOOT.
3.
Mengetahui proses, dan hasil produksi dari B2P2TOOT.
4.
Mengetahui sejarah, profil, serta visi misi dari PT.
Javaplant.
5.
Mengetahui strusktur organisasi dari PT. Javaplant.
6.
Mengetahui proses, dan hasil produksi dari PT.
Javaplant.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
B2P2TOOT
(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional).
1.
Sejarah B2P2TOOT ( Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan
pengembangan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO),serta merupakan
unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan yang berdiri sejak tahun 1948.
Pada awalnya balai ini bernama Hortus
Medicus Tawangmangu yang di dirikan oleh RM.Santoso (almarhum), yang di
bantu oleh Prof. Dr. Sutarman sebagai cabang laboraturium pharmacotherapie, Klaten. Atas kerja keras dan semangat serta jasa
RM.Santoso Hortus Medicus
Tawangmangu secara resmi administratif di hidupkan pada tahun 1950 dalam
lingkungan lembaga Eijkman.
Secara berturut-turut dengan
berubahanya kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Juni 1955, 8 Juni 1963, 25 Juli
1968, dan 8 November 1968 Hortus
Medicus Tawangmangu berada di bawah pengawasan dan tangungg jawab Lembaga
Farmakoterapi Departemen kesehatan c.q. Direktorat Jendral Farmasi dan Lembaga
Farmasi nasional di Jakarta. Sejak tanggal 9 Juli 1975 Hortus Medicus Tawangmangu berada di bawah pengawasan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jendral Pengawasan obat dan Makanan di
Jakarta.
Dasar pertimbangan bahwa Hortus Medicus Tawangmangu adalah tempat
penelitian tanaman obat, dan sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 149/Men.Kes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978, maka Hortus Medicus Tawangmangu diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman
Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi, Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep. Kes. RI
dam dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang bertangung jawab kepada
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Transformasi I sebagai lembaga Iptek
memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan
potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk pencegahan, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan masyarakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada
tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006,
BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II tersebut memberikan
amanah untuk melestarikan, membudidayakan, dan mengembangkan TOOT dalam
mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Era persaingan, globalisasi dan
keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali, memanfaatkan, mengembangkan
budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk pembangunan kesehatan. Ini
berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT, dengan Permenkes No. 003 tahun 2010
pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis
Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU,
dari hulu ke hilir, mulai dari riset tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian,
budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan
JAMU, penelitian iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan community empowerment.
2. Profil
B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional)
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) terletak di Jl. Raya
Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah Telp. 0271-697010, Fax.0271-697451
Email: b2p2to2t@litbang.depkes.go.id b2p2to2t@gmail.com
3. Visi
dan Misi
Visi :
“ Masyarakat sehat
dengan jamu yang aman dan berkhasiat”
Misi :
a.
Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat
tradisional
b. Mengembangkan
hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
c. Meningkatkan
pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional.
4.
Tugas dan Fungsi B2P2TOOT
a.
Tugas : “
Melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional’’
b.
Fungsi :
1)
Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan atau
pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
2)
Pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi,
adaptasi dan koleksi plasma nutfah tanaman obat.
3)
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi
dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat.
4)
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
standarisasi tanaman obat dan obat tradisional.
5)
Pelaksanaan pengembangan jejaring kerjasama dan
kemitraaan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
6)
Pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pembibitan,
budidaya, pasca panen, analisis, koleksi spesimen tanaman obat serta uji
keamanan dan kemanfaatan obat tradisional.
7)
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
5.
Susunan Organisasi
Susunan Organisasi B2P2TOOT (Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) Kedudukan
tertinggi adalah ketua B2P2TOOT Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes, Akhmad
saikhu,SKM,M,StPH sebagai Ka bagian tata usaha, Fauzi MP sebagai Ka subag umum,
Edwin K Setyawan,SKM sebagai Ka subag keuangan, Drs. Slamet wahyono,Apt sebagai
Ka bidang pelayanan penelitian, Nagiot
C. tambunan ,ME sebagai Ka bidang program, kerjasama dan informasi, Harto
widodo sebagai Ka Sie. Sarana penelitian , amalia damayanti sebagai Ka. Sie kerjasama dan informasi , Tri widayat
sebagai Ka sie pelayanan penelitian , indah laksimiwati sebagai Ka sie program
dan evaluasi.
Tugas jabatan struktur organisasi B2P2TOOT sebagai
beririkut:
a.
Ketua: Mempin, menjalankan dan memegang Balai,
sehingga dapat mencapai Visi Misi. Menetapkan tugas, tanggung jawab dan
wewenang setiap pejabat serta memberikan bimbingan dan pengarahan umum kepada
bawahanya.
b.
Tata Usaha: Mengatur jalanya rencana kerja B2P2TOOT.
c.
Ka Subag Umum :Menyediakan kebutuhan- kebutuhan
signifikan para staff. Mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan dibidang
administrasi, kepegawain/ personalia serta keskertasisan.
d.
Ka Subag Keuangan : Mengatur dan mengawasi keluar
masuknya kas perusahaan. Membuat keputusan yang berhubungan dengan bagian
keuangan perusahaan
e.
Ka Subag Pelayanan dan Penelitian: Mengatur dan
mengawasi pelayanan serta mengadakan penelitian yang bermanfaat sesuai visi
misi.
f.
Ka bidang
program, Kerjasama dan informasi : Mengatur kerjasama Balai dengan instasi lain
untuk kemajuan Balai. Memberikan informasi kepada staf lain atau kepada
masyarakat.
g.
Ka sie Prasarana Penelitian: Menyediakan prasarana
untuk kebutuhan Penelitian.
h.
Ka Sie Evaluasi : Melaksanakan evaluasi taunan atau
setiap program kerja dilaksanakan.
Kepala
B2P2TO-OT
Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes
|
Ka. BagianTata Usaha
Akhmad Saikhu, SKM,M.StPH
|
Ka.Subag.Umum
Fauzi
MP
|
Ka.Subag. Keuangan
Edwin
F. Setyawan, SKM
|
Ka. Bidang Program, Kerjasama
dan Informasi
Nagiot
C. Tambunan, M.E.
|
Ka. Bidang Pelayanan Penelitian
Drs.
Slamet Wahyono, Apt.
|
Ka. Sie Kerjasama dan Informasi
Amalia
Damayanti
|
Ka. Sie Sarana Penelitian
Harto
Widodo
|
Ka. Sie Program dan Evaluasi
Indah
Laksimiwati
|
Ka. Sie Pelayanan Penelitian
Tri
Widayat
|
Instalasi
dan Laboratorium
|
Kelompok
Fungsional
Peneliti
|
Bagan 1. Struktur Organisasi
B2P2TOOT
6.
Sarana dan Prasarana
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu dalam melaksnakan tugas dan fungsinya
didukung oleh sarana dan prasarana yang meliputi 1 unit gedung kantor untuk
administrasi, 1 unit gedung pertemuan dengan daya tampung 400 orang,
perpustakaam dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah,
dan buku-buku terbitan dalam dan luar negeri, website, mess peneliti 15 kamar,
gedung laboratorium, rumah kaca 2 unit, rumah karantina, kebun koleksi dengan
kurang lebih 2 ha pada ketinggian 12000 meter diatas permukaan laut (dpl) dan kurang
lebih 12 ha pada ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut (dpl), dan kebun
percobaan. Sampai saat ini telah terkoleksi kurang lebih 950 speies tanaman
obat yang terdiri dari tanaman keras, pohon, perdu, semak, serta tanaman
semusim. Disamping itu juga di lengkapi mini museum obat tradisional,
herbarium, wisata ilmiah/etalase tanamn obat serta laboratorium litbang herbal.
Pengembangan sarana dan prasarana litbang merupakan program
utama dengan penyediaan fasilitas penelitian berupa gedung laboratorium beserta
fasilitasnya yang reprenstatif agar mampu mewujudkan visi dan misi B2P2TOOT
tawangmangu Peralatan laboratorium utama yang mendukung pelaksanaan kegiatan
laboratorium. Berikut labratorium yang ada di B2P2TOOT :
a.
Laboratorium
Sistematika Tumbuhan.
Laboratorium sistematika tumbuhan
yaitu untuk mengidentifikasi tumbuhan / determinasi, pembuatan spesimen
(herbarium, simplisia) serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat. Tanaman obat
yang akan dibuat simplisia atau jamu harus diketahui semua informasi dan di
dokumentasi.
b.
Laboratorium
Hama dan Penyakit Tanaman.
Laboratorium hama dan penyakit
tanaman digunakan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman dan
penelitian tentang cara pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Hama merupakan
penyakit pada tanaman yang dapat merusak pertumbuhan tanaman.
c.
Laboratorium
Farmakognosi dan Fitokimia.
Analisis makroskopis dan mikroskopis,
pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder
serta penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia. Laboratorium ini
digunakan untuk mengetahui khasiatdari suat tanaman yang akan di produksi.
d.
Laboratorium
Kultur Jaringan dan Mikrobiologi
Laboratorium kultur jaringan dan
Mikrobiologi untuk memperoleh bibit dan meningkatkan kandungan senyawa aktif,
penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka lempeng total), identifikasi
mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak tanaman obat. Hal ini perlu
dilakukan karna agar hasil panen yang didapat memenuhi syarat dan obat hebal
yang diperolehnya menimbulkan efek terapi yang baik.
e.
Laboratorium
Eksperimental & Animal House
Laboratorium eksperimental dan
animal house yaitu tempat pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house). Serta
melakukan uji praklinik khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.
f.
Laboratorium
Bioteknologi
Penelitian rekayasa gentik untuk
memperoleh bibit unggul dan rekayasa untuk memperoleh protein terapeutik. Bibit
unggul sangatlah penting untuk hasil panen yang unggul , sehingga diperlukan
penelitian untuk memperoleh bibit yang unggul
7.
Produk B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
a.
CPOB dan CPOTB B2P2TOOT
Mendirikan suatu usaha industri obat tradisional diperlukan izin
kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). Persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin usaha industri Obat Tradisional
salah satunya adalah wajib mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB).
Cara Peembuatan Obat
yang Baik (CPOB) merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi untuk
menjamin mutu obat yang diproduksi. CPOB dimiliki oleh semua industry dalam
memproduksi obat. Produksi obat tradisional juga memiliki pedoman cara
pembuatan obat yang baik yang disebut CPOTB.
Cara Pembuatan
Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di
Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan
produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan
proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari personalia,
dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi dan
higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat
kembalian.
b.
Proses Produksi
Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisonal (B2P2TOOT) merupakan sebuah
institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta pengembangan ilmu
kesehatan khususnya mengenai herbal, B2P2TOOT juga terdapat klinik Hortus
Medicus yang melayani pasien dengan menerapkan obat herbal sebagai obat dalam
mengobati pasien, obat herbal itu sendiri adalah obat yang diramu dari
tanaman-tanaman tradisonal berkhasiat yang digunakan untuk pengobatan
penyakit-penyakit tertentu. Menurut Farmakope III Simplisia Vegetabilis adalah berupa
tanaman utuh, bagian bagian tanaman dan eksudat tanaman. Untuk memenuhi
kebutuhan obat yang diperlukan klinik, B2P2TOOT memproduksi obat herbal/
simplisia dan jamu didalam instalasi pasca panen.
Produksi merupakan suatu kegiatan
yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda
baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi obat herbal
dilakukan dilakukan oleh tenaga profesional sesuai ahlinya dan obat yang
digunakan sudah teruji khasiat dan keamananya karna sudah melewati uji
praklinik, berikut proses pembuatan obat hebal/ simplisia di B2P2TOOT :
Bagan 2. Proses Produksi
1)
Pengadaan Bahan Baku
Proses produksi obat
herbal di B2P2TOOT yang pertama pengadaan bahan baku. Pengadaan
bahan baku diperoleh melalui proses penanaman di kebun tanaman obat B2P2TO-OT
dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri dari 950 spesies tanaman
obat.
2)
Pengumpulan Bahan Baku
Proses kedua
setelah penanaman tanaman yaitu proses pemanenan. Pengumpulan bahan baku
dilakukan di gedung pasca panen tanaman obat di setor dari petani sekitar yang
sudah mendapat bimbingan, pengetahuaan, dan izin untuk menanam tanaman obat
yang lalu disetorkan ke pihak B2P2TOOT untuk diolah menjadi obat herbal.
Setelah bahan terkumpul dilakukan QC
(Quality Control) hanya tanaman yang masih segar dan baru dipanen lah yang
lolos kepengolahan selanjutnya. Penyimpanan bahan baku setelah
dipanen yaitu disimpan di Instalasi Pasca Panen.
3)
Sortasi Basah
Tahapan selanjutnya
adalah sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.
4)
Pencuciaan
Pencucian adalah tahap
selanjutnya setelah sortasi basah dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian tidak
dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Serelah bahan
baku dicuci selanjutnya tiriskan untuk menghilangkan air yang menempel di
permukaan bahan, diletakan ditempat kusus seperti keranjang besar beertingat.
5)
Perubahan Bentuk atau Perajangan
Beberapa jenis bahan
simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia
dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan
utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang
akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga
mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Setelah perajangan dan
sebelum bahan melanjutkan proses selanjutnya bahan baku harus ditimbang.
6)
Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah
untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat merupakan media pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Enzim
tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat
setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air
tertentu.
Pengeringan simplisia
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat
pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah
suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan
sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan
oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu
tinggi, atau oleh suatu keadaan lain, sehingga permukaan bahan menjadi keras
dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn
bahan yang dikeringkan.
7)
Sortasi Kering
Sortasi kering
sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di B2P2TOOT
dapat dilakukan dengan atau secara manual dilakukan oleh beberapa karyawan,
simplisia di sortir yang dan dipisahkan jika tidak layak dan dari benda-benda
asing, ditimbang dan dilanjutkan proses selanjutnya.
8)
Pengemasan/ Wadah
Wadah adalah tempat
penyimpanan simplisia dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
obat herbal/ isi. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan simplisia sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak
bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah yang digunakan di
B2P2TOOT tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara
fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi. Wadah tertutup baik:
harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan
bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
9)
Cara Penyimpanan
Produk yang sudah
dikemas didaam kantong plastik besar disimpan ke dalam gudang. Penyimpanan
dilakukan diruangan tertutup namun pencahayaan masih cukup terhadap serangan
serangga serta suhu yang sesuai dengan suhu kamar. Gudang penyimpanan produk di
B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional) didalamnya terdapat rak besar untuk menyimpan dan menyusun produk.
Hal ini bertujuan agar produk tidak bersentuhan dengan lantai.
c. Daftar Produk
Daftar produk yang dihasilkan dari
B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jamu Hipertensi
b. Jamu Hiperglikemi
c. Jamu Hiper-kolesterolemi
d. Jamu Hiper-urisemi
8.
Lay Out Bangunan
Lay out bangunan yang ada di
B2P2TOOT (Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Tanaman Obat dan Obat
Tradisiona) meliputi:
a.
Gedung laboratorium terpadu 3 lantai.
b. Gedung
laboratorium pasca panen.
c. Gedung
kantor untuk manajemen litbang 3 lantai.
d. Klinik Saintifikasi
Jamu Hortus Medicus yang telah ditetapkan sebagai Klinik Tipe gedung pertemuan
berdaya tampung 400 orang.
e. Perpustakaan
dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah dan buku-buku
terbitan dalam dan luar negeri.
f. Rumah kaca 2
unit untuk adaptasi dan pelestarian.
g. Kebun
penelitian, Etalase Tanaman Obat dan Kebun Produksi:
1) Kebun
Karangpandan seluas 1,8 Ha pada ketinggian 600 m dpl.
2) Kebun
Kalisoro dengan luas sekitar 2 Ha pada ketinggian 1200 m dpl.
3) Kebun
Tlogodingo seluas 12 Ha pada ketinggian 1800 m dpl.
h. Sinema
Fitomedika, untuk visualisasi penyebarluasan informasi
Museum Mini Obat Tradisional Herbarium kering dan
basah
B.
PT.
Javaplant
1.
Sejarah
Berawal
dari keinginan untuk memenuhi pasar herbal di Tanah Air, keluarga Rahardjo yang
dikenal sebagai pemegang merek jamu kuat Pilkita tergelitik untuk masuk ke
pasar ekstrak herbal. Tentu ada alasan kuat mereka tertarik dengan produk ini.
Jauh
hari sebelumnya, BPOM pernah memberikan gagasan untuk memproduksi ekstrak
herbal karena dinilai lebih terjamin dari segi mutu produk. Berangkat dari hal
itu, Purwanto Rahardjo, Mulyo Rahardjo, dan Junius Rahardjo, memutuskan untuk
mendirikan pabrik ekstrak herbal senilai Rp50 miliar di Tawangmangu,
Solo, bernama PT. Javaplant awal dari keinginan untuk memenuhi pasar herbal di
Tanah Air, keluarga Rahardjo yang dikenal sebagai pemegang merek jamu kuat
Pilkita tergelitik untuk masuk ke pasar ekstrak herbal. Tentu ada alasan kuat
mereka tertarik dengan produk ini.
Perusahaan
ini memproduksi aneka ekstrak herbal, lalu memasarkan produknya ke berbagai
produsen jamu. Sayangnya, yang berminat pada produk PT. Javaplant hanya
sedikit.
Permintaan
malah datang dari beberapa perusahaan multilevel
marketing dan industri herbal rumahan, tetapi jumlahnya memang tidak terlalu
besar. Lantaran pasar lokal dianggap belum bisa menerima produknya, PT. Javaplant
pun beralih membidik pasar luar negeri.
Menembus
pasar internasional tidak mudah. Butuh waktu tiga tahun bagi PT. Javaplant
untuk bisa menembus pasar ekspor. Tepatnya tahun 2006 menjadi milestone perusahaan ini untuk berkancah di
pasar global. Saat itu, PT. Javaplant mendapat pesanan dari sebuah perusahaan
asal Amerika Serikat bernama Integrity
Nutraceuthicals International (INI).
Perusahaan tersebut memesan ekstrak kayu manis dalam jumlah lumayan besar
untuk keperluan uji klinis, yang hasilnya nanti akan dijual kembali ke berbagai
peritel maupun perusahaan herbal di Amerika Serikat dan beberapa negara lain di
seluruh dunia. Sampai sekarang, INI menjadi pelanggan terbesar PT. Javaplant.
Total
ekspor ke sana mencapai 70–80 juta ton per tahun, setelah Amerika Serikat,
setahun berikutnya Jepang berhasil ditembus. Menyusul kemudian negara-negara
seperti Korea, Australia, Malaysia, dan lain-lain. Saat ini, 60% dari total produksi PT. Javaplant diserap oleh
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di Asia Tenggara, sisanya baru di
pasar domestik. Tahun 2008, perusahaan yang berada di bawah bendera PT Tri
Prihardja ini membangun pabrik untuk memproduksi ekstrak tanaman yang sering
menjadi bahan dasar makanan dan minuman.
2.
Profil
PT. Javaplant merupakan perusahaan
produsen ekstrak terbesar di Indonesia, PT. Javaplant beralamat di Jl. Raya
Solo Tawangmangu Km. 32 No33 Desa Salam, Karang Pandas Karanganyar, Surakarta
57791 Indonesia.
info : javaplant.co.id
3.
Visi
dan Misi
a.
Visi
“Sebagai
provider herbal asli indonesia berstandar internasional”.
b.
Misi
“Membawa
jamu herbal asli Indonesia ke pasar internasional”.
4.
Struktur organisasi
direktur R&D javaplant
Ir. Budi santoso
|
direktur pengelola deltomed laboratories
Mulyo rahardjo sebagai
|
Chief Operating Officer (COO)
PT. Javaplant
Junius Rahardjo
|
Bagan 3. Struktur Organisasi PT. Javaplant
Keterangan
bagan struktur organisasi PT. Javaplant:
a.
Direktur
Research and Development: Melakukan berbagai penelitian, pengembangan dan
inovasi produk yang telah ada agar sesuai dengan keinginan pasar, bahkan jika
perlu mengeluarkan produk baru demi kesinambungan bisnis.
b.
Direktur
pengelola laboratorium: Memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan dan program pengembangan laboratorium serta membuat rancangan ke depan atas kelangsungan produknya.
c. Chief Operating Officer (COO): Memimpin dan mengurus kegiatan
perusahaan dan membina hubungan baik dengan seluruh pihak yang diperlukan.
5.
Sarana prasarana PT. Javaplant
PT. Javaplant merupakan produsen
ekstrak bubuk tanaman herbal terbesar di Indonesia, untuk memenuhi produk
pesanan ada beberapa gedung yang memiliki fungsi spesifik sesuai tujuan
produksi. Berikut keterangan gedung dan alat yang terdapat didalamnya serta
fungsinya.
a.
Plant I: Merupakan tempat produksi khusus ekstrak
bubuk tanaman herbal seperti curcuma,
ginger, kencur, dan temu ireng,
terdapat beberapa alat industri didalamnya.
b.
Plant II: merupakan tempat produksi khusus ekstrak kopi
dan teh. Tujuan dari dipisahnya plant 1 dan plant 2 yaitu untuk menghindari
tercampurnya bau dari produk yang dihasilkan.
c.
Ruang pilot
Pilot plant
yaitu berfungsi untuk memprodukai eksrak
yang sudah melewati pengujian dan analisa di laboratorium.
Pilot plant digunakan memproduksi ekstrak dalam skala kecil sebelum melakukan
produksi dalam skala industri.
c.
Laboratorium
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan.
Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan
tersebut secara terkendali. Laboratorium di Javaplant digunakan untuk analisa
aatau menguji bahan baku apakah layak untuk di gunakan atau hasil produksi yang
sudah jadi di uji kelayakan, keamanan, khasiat maupun ke halalan produk. Berikut
adalah laboratorium yang ada di PT. Javaplant.
1) Laboratorium
Fitokimia : Yaitu untuk menganalisa kadar air, menguji kadar debu, kelarutan
dalam alkohol,kelarutan dalam air. Alat yang digunakan yaitu krimetik chamber
berfungsi untuk menentukan masa kadaluarsa suatu produk.
2)
Laboratorium Instrumen
Berikut adalah daftar alat yang ada
di Laboratorium Instrumen PT. Javaplant
a)
Spektrofotometri uv / vis yaitu untuk menganalisa zat
aktif per golongan.
b)
KLT (Kromatografi Lapis Tipis)yaitu untuk uji
kualitatif zat aktif.
c)
KCKT yaitu untuk menganalisis zat aktif dengan lebih
spesifik lagi
d)
GCMS yaitu untuk menguji zat aktif yang lebih mudah
menguap. Di PT. Javaplant belum pernah menggunakan GCMS karena pada pembuatan
suatu bahan baku belum menggunakan dengan
bahan yang mudah menguap.
3)
Laboratorium mikrobiologi
Beberapa alat-alat yang ada pada lab
mikrobiologi yaitu:
a)
ALT (angka lempeng total) digunakan untuk mengetahui
beberapa bakteri yang terdapat / terkandung.
b)
AKK diguakan untuk mengetahui berapa banyaknya jamur
dan kapang dalam suatu produk. Kepekaannya maksimal 1000.
3.
Produk PT.
Javaplant
a. CPOB dan CPOTB
Produk
PT. Javaplant menjaga kualitasnya mulai dari pencucian bahan baku herbal hingga
menjadi ekstrak dengan teknologi modern dari Jerman bernama Quadra Extraction System. Javaplant telah mengantongi
sertifikat standar interasional, seperti GMI, ISO, dan juga FDA (Food and Drugs Administration) di
Amerika, mengikuti standar-standar dalam CTPAT (Custom Trade Against Terrorism) dan tak ketinggalan
sertifikat Halal dari MUI. Selain itu, bahan baku diproduksi secara GMP sesuai CPOTB BPOM
Indonesia dan National Sanitary Foundation USA. dan sertifikat inilah yang
menjadikan PT. Javaplant
sebagai satu-satunya pabrik
ekstrak berstandar farmasi
Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri
farmasi untuk menjamin mutu obat yang diproduksi. CPOB dimiliki oleh semua
industry dalam memproduksi obat. Produksi obat tradisional juga memiliki
pedoman cara pembuatan obat yang baik yang disebut CPOTB.
Cara
Pembuatan
Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di
Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan
produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama keseluruhan
proses pembuatan. Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) mencakup seluruh aspek
produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen
mutu, produksi, sanitasi dan higiene,
pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat kembalian,
validasi dan kualifikasi.
b.
Proses
Produksi
Proses produksi merupakan kegiatan
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, Alat, bahan baku dan
dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Proses produsi di PT. Javaplant
bahan baku yaitu bagian tanaman herbal atau bagian tanaman lainya selain herbal
di peroleh dari petani sekitar kawasan industri PT Javaplant. Proses produksi
di PT. Javaplant memiliki rangkain tahapan yang prosedural semuanya penting dan
mempengaruhi hasil baik kualitas maupun kuantitas, berikut proses pembuatan
ekstrak bubuk di PT. Javaplant.
1)
Fase Uji Coba
Proses
produksi di PT. Javaplant diawali dari laboratorium. Sebelum di bawa ruang
produksi ekstrak, di ruangan steril sebuah produk mengalami serangkaian uji
coba di lab terlebih dahulu, untuk mengetahui kandungan zat dan kadar nya.
Selain itu, tujuannya adalah untuk menghasilkan ekstraksi berkualitas sesuai
permintaan pelanggan.
Proses
ini, mengidentifikasi senyawa aktif menggunakan beragam peranti seperti spektrometer, high performance liquid
chromatography (HPLC), dan ultra
performance liquid chromatography (UPLC), dan piranti lainnya. Pengujian
juga untuk mengetahui kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada
ekstrak karena menyangkut keamanan produk. Dikhawatirkan mempengaruhi kehalalan
produk, Juga pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang
membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal dalam skala
laboratorium, selanjutnya menguji coba ekstraksi dalam skala lebih besar yakni
skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah perkolasi. Hasil ekstrak
kemudian mengalir ke destilator dalam kondisi vakum untuk menghilangkan
pelarut. Selanjutnya kembali melakukan uji kandungan senyawa aktif dan bahan
berbahaya. Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai , baru proses ekstraksi skala
produksi dimulai.
2)
Fase Produksi
Proses
produksi yang pertama yaitu material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan
kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas
masing-masing 2000 liter, yang masing-masing terhubung oleh pipa-pipa besar
dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam
sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju
mesin evaporator yang memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi,
mulai dari berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak, crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara
otomatis dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau
konsentrat benar-benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun
terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya
bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini.
sehingga untuk memproduksi crude extract
yang dialirkan melalui pipa-pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000 liter,
dibutuhkan waktu 4 jam. Mesin evaporator inilah mulai ditentukan, apakah produk
tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi konsentrat, atau menjadi produk
liquid, pasta atau akan dijadikan produk powder.
3)
Proses Purifikasi
PT.
Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi. Mesin yang
bernama liquid to liquid extraction
ini memiliki sebuah tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang
berada di atas rangkaian mesinnya. Proses inilah kami di demonstrasikan
pemrosesan tamulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole nya. Dimana hasil terlihat hasil ekstrak temulawak
dilarutkan bersama solvent organic dengan menggunakan proses solvent separasi
kemudian terjadi pemisahan antara xanthorrizole
dengan curcumin serta zat lain yang
terkandung dalam temulawak.
4)
Fase Sterilisasi
Menurut
J.B. Harborne ekstraksi yang tepat sudah bergantng pada testur dan kandungan
air. Umumnya kitaperlu membunuh jaringan tumbuhan jaringan tumbuhan untuk
menghindari oksidasi enzim atau hidrolisis.
Dalam
proses produksi terdapat proses tambahan sebelum pengeringan hasil ekstrak,
yakni proses sterilisasi. Ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat
celsius selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir
kandungan-kandungan berbahaya dari pelarut. pemanasan tinggi dalam waktu
singkat tidak merusak senyawa aktif. Dalam proses produksi pengeringan
menggunakan mesin vacuum belt drying
(VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke sabuk berjalan vakum bertekanan udara
13 miliar. Pada tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yang
dimiliki Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20o
celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak, dengan berbagai
teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak herbal terstandar
internasional sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh CPOTB BPOM
Indonesia dan National Sanitary
Foundation USA, ISO, FDA (Food and
Drugs Administration) di Amerika, serta standart produk Halal dari MUI.
Sehingga produk- produk yang dihasilkan oleh PT. Javaplant dipastikan memiliki
kualitas yang tinggi.
c.
Hasil Produksi
Contoh produk PT Javaplant antara lain:
1)
Tongkat ali
(EURYCO8)
2)
Tongkat Ali
(EURYCOMANONE)
3)
Curcuma (KUSIR-UKON 50)
4)
Curcuma (JAVA CURCUMA XANTHORHIZOL)
5)
Ginger (GINGERY)
6)
Purwoceng (PURWOCENG)
7)
Black cumin (HABATUSAUDA)
8)
Kacip fatimah
(KACIP FATIMAH)
4.
Lay Out
Bangunan PT Javaplant
Rancangan bangunan di kompleks Javaplant memadukan bahan alami dengan material mutakhir. Bangunan kantor yang hanya
satu lantai ditandai oleh atap model pelana sedangkan bangunan pabrik yang
terdiri dari dua lantai ditutup oleh sebidang atap miring.
Bagian muka kantor ditata untuk area penerima tamu dan bagian
belakang untuk ruang rapat serta ruang pimpinan. Untuk layout laboratorium,
susunan ruangnya dirancang linier tetapi jalur sirkulasi berada di sisi
bangunan yang bersebelahan dengan jalan agar kegiatan dalam laboratorium tidak
terganggu.
Dinding luar bangunan kantor ataupun laboratorium dirancang secara
transparan berupa jendela kaca lebar.Yang menjadi ciri khas dari kompleks
Javaplant ini adalah dinding pengisi bangunan yang terdiri dari dua macam
material yaitu susunan batu bata dengan acian halus dan beton.
BAB III
PEMBAHASAN
Praktik
kegiatan lapangan merupakan salah satu kegiatan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan yang diadakan sebagai praktik nyata dengan tujuan untuk memperluas
wawasan dan menambah pengalaman dalam
mengaplikasikan materi dan teori, sebagai mahasiswa program studi S1 Farmasi
Sekoah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi dituntut aktif dalam kegiatan lapangan untuk menimba ilmu
sebanyak- banyaknya untuk menambah wawasan tentang ilmu Farmasi khususnya
bidang Industri Farmasi yang sebagimana
STIKes BHAMADA Slawi merupakan satu lembaga pendidikan yang mencetak dan
menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya, dengan memberi bekal
yang cukup kepada mahasiswa, diantaranya dengan melakukan Praktik Kegiatan
Lapangan (PKL) yang dilaksankan pada tanggal 27 Juli 2015 di B2P2TOOT
Tawangmangu dan PT. Javaplant Karanganyar.
Praktik kerja lapangan ini bertujuan
untuk menambah pengalaman mahasiswa tentang dunia perindustrian. Mahasiswa
dituntut aktif menggali informasi tentang Industri Farmasi untuk memperoleh
pengetahuan mulai dari sejarah, profil, visi misi, lay out bangunan perusahaan,
sampai proses produksi, pengemasa, distribusi yang ada di B2P2TOOT dan PT.
Javaplant, kualitas belajar mengajar dalam mengaplikasikan teori yang diajarkan
dan dipelajari.
Pelaksanaan Praktik Kegiatan
Lapangan, tempat pertama yang kami kunjungi yaitu B2P2TOOT yang berada di Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tempat
pertama di B2P2TOOT yang kami kami
singgahi yaitu gedung sinema , di
mana mahasiswa memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai B2P2TO-OT dan
perkembangannya, kegiatan dan sarana dan prasarana di B2P2TOOT. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan
pengembangan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO), serta merupakan
unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan yang berdiri sejak tahun 1948.
Ada banyak kegiatan yang sangat bermanfaat disini terutama untuk menambah
wawasan tanaman herbal indonesia.
Etalase
tanaman obat merupakan kegiatan kedua kunjungan kami di B2P2TOOT etalase
tanaman obat merupakan salah satu fasilitas wisata jamu disini banyak tanaman
yang tidak hanya indah tapi juga berkhasiat. Koleksi tanaman obat di sini
mayoritas merupakan tanaman asli Indonesia. Berbagai macam tanaman obat juga
berkhasiat untuk mencegah hingga mengobati penyakit kronik seperti jantung. Misalnya daun digitalis
purpurea yang
berkhasiat sebagai obat lemah jantung/ cardio tonik.
Cukup mudah
mengenal sejumlah tanaman ini karena dilengkapi dengan papan nama tanaman dan
khasiatnya. Semua tanaman obat di kebun ini pun tanpa campur tangan bahan
kimia, dengan kondisi alam yang sejuk dan tercukupinya jumlah air, tanaman
disini tumbuh subur dan rindang meski hanya mendapatkan pemupukan dari pupuk
kompos.
Etalase tanaman
obat ini menjadi salah satu lokasi penelitian para dokter yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan untuk saintifikasi jamu. Sejumlah tanaman di sini juga
diproduksi dan dijadikan jamu atau obat tradisional. Jamu tersebut bisa
diberikan pada sejumlah warga yang berobat ke Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Kemenkes RI.
Adapun resep jamu akan diberikan oleh para dokter yang pernah menjalani
pendidikan dan pelatihan di B2P2TOOT Kemenkes RI. Mulai
dari penanaman tanaman obat, panen, pengumpulan bahan jamu, proses racikan,
hingga pemanfaatan jamu memang dilakukan di B2P2TOOT Kemenkes RI.
Perjalanan kemudiaan dilanjutkan ke
gedung instalasi pasca panen yaitu tempat penanganan hasil panen
tanaman obat meliputi pencucian, sortasi, pengubahan bentuk, pengeringan,
pengemasan dan penyimpanan serta stok/ gudang simplisia. Sebelum masuk ke
instalasi pasca panen kami harus mengganti alas kaki yang sudah disediakan
pihak B2P2TOOT ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari alas kaki
pengunjung yang tentunya dapat berbahaya jika itu terjadi, bisa mengurangi
khasiat, menghilangkan atau sampai membahayakan pasien yang mengkosumsi obat.
Tempat pertama yag kami lihat yaitu tempat sortasi
basah, dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu
pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba
awal, sortasi basah di dilakukan seecara manual dikerjakan oleh beberapa
karyawan mengenakan sarung tangan, masker, penutup kepala dan baju khusus, ini
bertujuan untuk menghindari kontaminasi silang antara bahan baku dan dan
karyawan. Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada
dan tertinggal pada sirnplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal,
sortasi kering di B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual.
Tahap selanjutnya pencuciaan setelah sortasi basah bahan
dikumpulkan di suatu ranjang dan dicuci di kolam pencuciaan, dilakukan untuk
menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur
atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir. Simplisia yang sudah di cuci angkat dan letakan pada tempat
penirisan hal ini dimaksudkan untuk menghilagkan air sisa pencucian yang
menempel di permukaan simplisia, tempat penirisan berbentuk persegi panjang
tersusun atas beberapa ranjang.
Penirisan
dilakukan beberapa menit sampai sekiranya kadar air sisa pencucian berkurang,
penirisan dilakukan disamping kolam pencucian untuk dilanjut proses selanjutnya
yaitu penjemuran atau pengeringan. Tujuan pengeringan ialah
untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat merupakan media pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Enzim
tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat
setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air
tertentu.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya “Face
hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu
tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain,
sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan
kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan, proses
pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di lantai paling atas instalasi
pasca panen, atapnya sengaja dibuat transparan bertujuan untuk masuknya sinar
matahari sehingga matahari tidak mengenai simplisia secara langsung karna dapat
merusak kandungan simplisia, cara lain pengeringan yaitu dengan menggunakan
ovent, di B2P2TOOT terdapat 2 ovent.
Sortasi kering merupakan proses selanjutnya, merupakan
tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia
kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di B2P2TOOT dapat
dilakukan dengan atau secara manual dilakukan oleh beberapa karyawan, simplisia
di sortir yang dan dipisahkan jika tidak layak dan dari benda-benda asing,
ditimbang dan dilanjutkan proses selanjutnya.
Penyimpanan hasil produsi diletakan di gudang penyimpanan
berada di lantai 2 instalasi pasca panen, penyimpanan diruangan tertutup namun
pencahayaan masih cukup terhadap serangan serangga serta suhu yang sesuai
dengan suhu kamar. Gudang penyimpanan produk di B2P2TOOT didalamnya terdapat
rak besar untuk menyimpan dan menyusun produk. Hal ini bertujuan agar produk
tidak bersentuhan langsung dengan lantai, sehingga hal tersebut dapat
mengurangi kerusakan pada produk yang diakibatkan oleh bakteri maupun jamur,
disamping itu mempermudah pengambilan barang.
Setelah berkeliling instalasi pasca panen kami melanjutkan
perjalanan menuju laboratorium terpadu, terdapat Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
digunakan untuk analisis makroskopis dan mikroskopis, skrining
fitokimia, pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit
sekunder serta penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia.
Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi juga melengkapi
fasilitas di B2P2TOOT, kultur jaringan tanaman (KJT) untuk memperoleh bibit
dan meningkatkan kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka
jamur dan angka lempeng total), identifikasi mikroba dan uji aktivitas
antimikroba ekstrak tanaman obat. Selanjutnya Laboratorium Eksperimental & Animal
House. Pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house), serta melakukan uji praklinik khasiat dan keamanan
tanaman obat dan obat tradisional. Laboratorium Bioteknologi merupakan tempat penelitian
rekayasa gentik untuk memperoleh bibit unggul dan rekayasa untuk memperoleh
protein terapeutik.
Museum jamu Hortus Medicus adalah institusi permanen, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, meriset,
mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata yang berhubungan dengan jamu atau
obat herbal, serta sejarah berdirinya B2P2TOOT kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu bisa
menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi keistimewaan jamu, ataupun
dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Museum jamu terletak di
samping laboratorium terpadu dan dibawah gedung sinema fitomedika terdapat
beberapa koleksi alat pembuatan jamu tradisional, bahan pembuatan jamu, ramuan
jamu dari seluruh indonesia, teks kuno tentang jamu dan masih banyak koleksi
yang sangat berharga Museum Hortus Medicus.
Agenda Praktik Kegiatan Lapangan selanjutnya
di PT Javaplant yang dilakukan pada Selasa, 28 Juli 2015 dimulai pukul 13.00.
Agenda kegiatan yang akan dilakukan
pertama adalah penjelasan oleh petugas mengenai profil PT Javaplant,
tentang sejarah, Penjelasan Bagian-Bagian Dalam Pabrik, Penjelasan dan Proses
Pembuatan.
Kegiatan selanjutnya mengunjungi
ruangan proses pembuatan ekstrak bubuk tanaman yang ada di PT. Javaplant.
Terdapat 2 ruang proses pembuatan ekstrak yaitu ruang plant I dan plant II.
Ruangan ini di pisah berdasarkan jenis tanaman yang digunakan. Tujuannya adalah
agar menghindari bau dan rasa yang ditimbulkan dari tanaman yang akan di
ekstrak tidak tercampur satu sama lain.
Ruang pertama yang dikunjungi adalah ruang plant 1 yang
digunakan untuk mengekstraksi tanaman herbal. Diruangan ini terdapat mesin
ekstraktor (Perkolator). Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan
kapasitas masing-masing 2000 liter/200 kg sehingga kapasitasnya 8000 liter
yang terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil
ekstrak yang masih berupa ekstrak setengah jadi/ mentah tersebut
dimasukkan dalam sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut ekstrak
mentah diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang
memiliki kapasitas 1000 liter/jam dengan suhu 60°C. Semua bahan produksi, mulai
dari raw material, ekstrak mentah, resin, maupun liquid dimasukkan ke dalam
mesin ekstrak, semuanya terproses secara otomatis dan mechanical, Sehingga
raw material yang telah menjadi resin atau konsentrat benar-benar
higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun terproses di udara
terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan
mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini. sehingga untuk
memproduksi ekstrak mentah yang dialirkan melalui pipa-pipa dari mesin ekstrak
yang berkapasitas 8000 liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator
inilah mulai ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja,
menjadi konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan
produk powder. Proses akhir yaitu itu hasil ekstrak dialirkan melalui pipa
bersuhu 130°C selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir
kandungan-kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan
menggunakan mesin vacuum belt drying
(VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke sabuk berjalan vakum bertekanan udara
13 milibar.
Ruangan
selanjutnya yang kami kunjungi adalah ruang plant 2 yang digunakan untuk
mengekstraksi teh hijau dan teh hitam dan juga kopi. Pada dasarnya prinsip
pembuatan ekstrak bubuk Plant 1 dan Plant 2 sama, menggunakan mesin ekstraktor
(perkolator) hanya yang membedakan kapasitasnya mencapai 1600 L. Mesin ini
memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masing-masing 4000 liter/400
kg yang terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil
ekstraksi yang masih berupa ekstrak mentah kemudian di proses sama seperti
di Plant 1.
Ruang ketiga yang dikunjungi adalah ruang pilot plant.
Ruangan ini merupakan tempat untuk melakukan ekstraksi dalam skala lebih kecil
untuk menguji coba sebelum diproduksi skla industri. Pada ruangan terdapat alat
pembuatan ekstrak yang sama seperti pada ruang plant 1 dan plant 2, akan tetapi
alat tersebut memiliki kapasitas 500
liter/50 kg. Ruangan ini digunakan untuk menguji coba ekstraksi tanaman
yang telah ditemukan prosedur ekstraksi optimalnya dalam skala laboratorium.
Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai yang diinginkan, proses ekstraksi
dilanjut dalam skala produksi.
Ruangan terakhir yang dikunjungi
yaitu ruang laboratorium. Laboratorium merupakan
tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan.
Laboratorium dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan industri
secara terkendali. Laboratorium di PT. Javaplant digunakan untuk menghasilkan
ekstraksi berkualitas sesuai permintaan pelanggan. Ada beberapa laboratorium
diantaranya, laboratorium Fitokimia Yaitu untuk menganalisa kadar air, menguji kadar
debu, kelarutan dalam alkohol,kelarutan dalam air. Alat yang digunakan di
lanoratorium ini salah satunya krimetik chamber berfungsi untuk menentukan masa
kadaluarsa suatu produk. Laboratorium Instrumen merupakan laboratorium yang
digunakan untuk analisis sampel dengan menggunakan instrumen - instrumen untuk kegiatan praktikum kimia instrumen, dan kimia pemisahan
lanjut.
Produk yang dihasilkan
PT. Javaplant adalah ekstrak bahan aktif dalam berbagai macam rupa seperti Vacum
dried ectracts, essential oils dan oleorensins untuk berbagai aplikasi kedalam
produk jadi. Beberapa contoh produk dari PT. Javaplant adalah Kacip Fatimah, Java
Curcuma Xanthorizol, Ginggery,
Habatusaudah dan masih banyak lagi, PT. Javaplant juga memproduksi eksrak yang
digunakan untuk hewan ternak yaitu Java
Curcuma Xanthorrhizol 2 terbuat dari ekstrak alam temulawak yang berkhasiat. Xanthorrizol
merupakan zat aktif paling dominan yang terkandung dalam Java Curcuma yang juga
dikenal sebagai temulawak. Produk ini secara efektif dapat meningkatkan nafsu
makan dan daya tahan tubuh hewan ternak dalam bentuk ekstrak kering.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari kegiatan lapangan adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan di B2P2TO-OT meliputi penanaman tanaman
herbal, proses pemanenan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, penelitian
tentang kandungan dan khasiat tentang tanaman herbal, sampai pada pengobatan
dan peresepan tanaman herbal untuk aplikasi klinis.
2. Laboratorium
terpadu B2P2TO-OT berperan penting dalam pengolahan obat herbal sehingga aman
digunakan masyarakat. Balai ini memiliki tujuh laboratorium, yaitu laboratorium
galenika, fitokimia, proteksi hama penyakit tanaman, instrument, kultur
jaringan tanaman, biomolekuler, dan mikrobiologi.
3.
Klinik saintifikasi jamu yang berada di B2P2TO-OT
berbeda dengan klinik pada umumnya karena pasien pada klinik saintifikasi jamu
dianggap sebagai pasien sebenarnya dan juga sebagai kriteria inklusi penelitian
(observasi klinis).
4.
PT. Javaplant adalah produsen ekstrak
bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli Indonesia yang bermanfaat untuk
kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utama dan bahan tambahan bagi
industri farmasi, kesehatan dan kosmetik, dan ekstrak botani lainnya untuk
memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman
5.
Dalam PT. Javaplant
terdapat beberapa laboratorium antara lain laboratorium instrumen dan laboratorium
mikrobiologi dan laboratorium fitokimia
B.
Saran
Setelah
melakukan praktik Kegiatan Lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional) dan PT. Javaplant, maka dalam kesempatan ini penyusun
ingin memberikan saran kepada pihak B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional) dan PT. Javaplant. Saran saya antara lain sebagai
berikut:
1.
Fasilitas di klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” dapat ditambah sehingga
dapat menunjang pengembangan dan penelitian di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
.
2.
Penggunaan obat herbal harus dilestarikan karena obat
herbal memiliki efek samping yang minimal bahkan tidak ditemukan adanya efek
samping bila digunakan sesuai dengan dosis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Ditjen
POM 1995. Materia Medika Indonesia Jilid
VI. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Syamsuni. 2005. Ilmu
Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1.Ruang sinema
Fitomedika
Gambar. Pengenalan B2P2TOOT
Lampiran 2. Etalase
tanaman obat
Gambar. Etalase Tanaman Obat
Gambar
Daun Digitalis
Lampiran
3.Instalasi Pasca Panen
Gambar Sortasi Basah
Gambar
Ruang Pencucian
Gambar
Ruang Penirisan
Gambar
Tempat Penjemuran
Gambar
Ruang Ovent
Gambar Sortasi
kering
Gambar Pengemasan Dan Penyimpanan
Lampiran 4.
Laboratorium Terpadu
Gambar
Laboratorium Terpadu
Gambar
Laboratorium Fitokimia
Gambar Pohon Herbarium
Gambar Herbarium
Basah
Gambar
Alat Pembuatan Jamu
Lampiran 5. PT Javaplant
Gambar Alat Ekstraksi Skla Industri
Gambar Alat Ekstrraksi Skla Pilot
Gambar Ruangan
Laboratorium
Komentar
Posting Komentar