MAKALAH KIMIA ORGANIK ALKENA
Brebes, Jawa Tengah
MAKALAH KIMIA ORGANIK
ALKENA
KELOMPOK 5
Dina Riani E0014035
Firman Sidiq E0014038
Jihan Eva E00140
Nurokhaeni E0014049
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Alkena merupakan suatu senyawa
hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua atom karbon.
Alkana mempunyai ikatan sigma dan ikatan pi
antara dua atom karbon yang berhadapan. Alkena sering disebut juga olefin dan dikatakan hidrokarbon tidak jenuh
karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang dapat di tampung oleh tiap
atom karbon.
Ikatan rangkap karbon-karbon
merupakan gugus fungsional yang banyak terdapat dalam produk-produk alam dan
pada umumnya ikatan rangkap ini akan bergabung dengan gugus fungsional yang
lain. Selain itu alkena juga banyak
ditemukan dalam komponen-komponen minyak bumi.
Alkena mempunyai sifat non polar , larut dalam air sebab
mempunyai ikatan pi, dan mudah larut
dalam lemak dan minyak. Alkena dapat dibuat melalui berbagai reaksi
senyawa-senyawa seperti reaksi alkil halida, dehalogenasi vicinil dihalida,
reaksi wittig (reaksi dengan ilid phosponium), dehidrasi alkohol, dan
hidrogenasi alkuna.
2. Rumusan
Masalah
-
Apa pengertian Alkena dan bagaimana contoh reaksinya?
-
Tata cara penamaan senyawa Alkena?
-
Bagaimana sifat-sifat fisika dan kimia dari Alkena?
-
Apa saja jenis-jenis reaksi yang ada pada Alkena?
-
Bagaimana cara pembuatan alkena?
-
Apa kegunaan dari senyawa alkena?
3. Tujuan
-
Untuk mengetahui pengertian dari Alkena
-
Untuk mengetahui cara penamaan dari Alkena.
-
Untuk mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari Alkena
-
Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis reaksi yang ada pada
Alkena
-
Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan Alkena.
-
Untuk mengetahui manfaat dari Alkena.
BAB II
ISI
1.
Pengertian
Alkena
Alkena ialah suatu
hidrokarbon yang mengandung suatu ikatan rangkap dua antara dua atom C
yang berurutan. Kadang-kadang alkena disebut olefin, dari kata olefiant gas
(gas yang membentuk minyak), suatu nama lain untuk etilena . Alkena disebut juga hidrokarbon tidak jenuh
karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang datap ditampung oleh setiap
atom karbon. Alkena mempunyai ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom
karbon yang berhadapan. Ikatan rangkap
karbon-karbon merupakan gugus fungsional yang banyak terdapat dalam
produk-produk alam dan pada umumnya ikatan rangkap ini akan bergabung dengan
gugus fungsional yang lain. Selain itu alkena juga banyak ditemukan dalam
komponen-komponen minyak bumi.
Dalam sistem IUPAC, rantai lurus alkena diberi nama sesuai
dengan alkana dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.
CH2=CH2 CH2=CH2-CH3
Etana propena
2.
Tata Nama Senyawa Alkena
Sama seperti alkana, tata nama senyawa alkena juga punya ciri khas. Jika
di senyawa alkana berakhiran -ana maka pada senyawa alkena sobat tinggal
mengganti akhiran tersebut dengan akhiran -ena. Misalnya pada Alakan C4H10
dinamakan Butana maka C4H8 dinamakan Butena.
Hanya berbeda pada akhirannya saja. Contoh lengkapnya sebagai berikut
ALKANA
|
ALKENA
|
||
C2H6
|
= etana
|
C2H4
|
= etena
|
C3H8
|
= propana
|
C3H6
|
= propena
|
C4H10
|
= butana
|
C4H8
|
= butena
|
C5H12
|
= pentana
|
C5H10
|
= pentena
|
CnH2n
Bercabang
Aturan penamaan senyawa alkena agak berbeda jika
dibandingkan dengan senyawa alkana karena pada senyawa ini terdapat ikatann
rangkap. Berikut poin-poin penting dalam tata nama senyawa alkena:
- Karena
punya ikatan rangkap, maka penomoran tidak dimulai dari yang dekat dengan
cabang melainkan yang dekat dengan ikatan atom C rangkap. Khusus untuk
ikatan lurus diawalin dengan angka yang menunjukkan letak ikatan C rangkap
dari senyawa tersebut.contohnya
1-butena
2-etil-5-metil-heksena
2-pentena
Cobat sobat perhatikan, tidak
seperti pada alkana, penomoran tidak dilakukan dari kiri melainkan dari yang
dekat dengan ikatan C rangkap (dari kanan).
- Untuk
rantai bercabang maka penamaannya:
a. tentukan rantai C terpanjang (utama) yang akan menjadi dasar penmaan yang pokok
b. atom-atom C yang tidak terletak pada rantai merupakan
coba sobat perhatikan contoh berikut
2-etil-5-metil-heptena
- Alkil-alki
yang tidak sejenis ditulis dengan diurutkan berdasarkan susunan abjad.
Misalnya antar metil dan etil akan duluan etil, antara propil dan metil
akan duluan metil. Coba sobat simak contoh berikut
4,7-dietil-3,9-dimetil-3-dekena
jika dilihat, bisa saja rantai dari
sebelah kiri akan lebih panjang jika membelok ke bawah (menjadi rantai 8 C)
akan tetapi hal itu tidak boleh karena bagaimanapun dalam tatanama senyawa
alkana rantai utama yang dipakai adalah ranti terpanjang yang ada ikatan
rangkapnya. Jadi ikatan rangkap selalu menjadi bagian dari ikatang rantai
utama.
- Alkil-alki
yang sejenis digaungkan dengan awalan di jika jumlahnya 2, tri jika
jumlahnya 3, tetra jika jumlahnya 4 dan seterusnya.
- Jika
sebuah atom C pada rantai utama mengikat beberapa gugus berbeda maka
penulisan nomor harus diulangi.
Contohnya
3-etil-3-metil-1-pentena
- Jika
dalam suatu senyawa ada lebih dari satu pilihan rantai utama maka dipilih
rantai utama yang akan mempunyai lebih banyak gugus alkil, contohnya
3-etil-2,6,6-trimetil-3-oktena
- jika
ada lebih dari 1 ikatan rangkap maka letak ikatan rangkap disebu satu dan
diberi awalan di = 2 tri = 3 tetra = 4 dan seterusnya di depan akhiran
ena. salah satu contohnya sebagai berikut:
3-etil-5-metil-1,3-heksadiena
Aturan Penamaan Senyawa Alkena
Rantai Bercabang
- Periksa
jenis ikatannya, jika memiliki ikatan rangkap dua, berarti senyawa
tersebut merupakan senyawa alkena.
- Tentukan
rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk ditentukan dari rantai
atom C terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua.
- Beri
nomor setiap atom sedemikian rupa sehingga nomor paling kecil terletak
pada atom C yang terikat ikatan rangkap dua.
- Rantai
induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkena rantai lurus.
- Rantai
cabang diberi nama sesuai jumlah atom C dan struktur gugus alkil.
- Urutan
penulisan nama senyawa sama dengan urutan penulisan nama senyawa alkana.
.
Jumlah atom
C pada rantai induk = 3 sehingga nama rantai induk adalah propena.
Jumlah atom
C pada rantai cabang = 1 sehingga nama rantai cabang adalah metil.
Rantai
cabang terikat pada atom C nomor 2. Dengan demikian, senyawa ini memiliki nama
2-metil-propena.
Jumlah atom
C pada rantai induk = 4 dan ikatan rangkap 2 terikat pada atom C nomor 2
sehingga nama rantai induk adalah 2-butena.
Jumlah atom
C pada rantai cabang = 1 sehingga nama rantai cabang adalah metil.
Rantai
cabang terikat pada atom C nomor 2. Dengan demikian, senyawa ini memiliki nama
2-metil-2-butena.
Senyawa
siklik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rantai siklik (bahasa Inggris: cyclic compound) dalam kimia menunjukkan
rumus bangun senyawa atau gugus yang memiliki rantai karbon
tertutup, baik berbentuk lingkaran maupun cincin.[1]
Penggunaannya dikontraskan dengan rantai alifatik.
Senyawa siklik terbagi menjadi:
Benzena, senyawa siklik sederhana.
Naptalena, senyawa polisiklik.
Porfirin, senyawa makrosiklik.
Isomer dalam Alkena:
1)
Isomer Bangun
Semua alkena yang memiliki 4 atau lebih atom karbon
memiliki isomeri bangun. Ini berarti bahwa ada dua atau lebih rumus bangun yang
bisa dibuat untuk masing-masing rumus molekul.
Sebagai contoh, untuk C4H8,
tidak terlalu sulit untuk menggambarkan ketiga isomer bangunnya, sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar berikut:
2)
Isomeri Geometris (cis-trans)
Ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) tidak memungkinkan
adanyarotasi dalam struktur. Ini berarti bahwa gugus-gugus CH3 pada
kedua ujung molekul bisa dikunci pada posisinya baik pada salah satu sisi
molekul atau pada dua sisi yang berlawanan.
Apabila gugus-gugus berada pada satu sisi disebut sebagai
cis2-butena dan apabila gugus-gugus berada pada dua sisi yang berlawanan
disebut trans2-butena.
2.
SIFAT ALKENA
a. Titik
Didih Masing-masing alkena memiliki titik didih yang sedikit lebih
rendah dibanding titik didih alkana yang sama jumlah atom karbonnya. Etena,
propena dan butena berwujud gas pada suhu kamar, selainnya adalah cairan.
C1
sampai C4 pada suhu kamar berbentuk gas
C5
ke atas pada suhu kamar berbentuk cair
Satu-satunya gaya tarik yang terlibat dalam ikatan
alkena adalah gaya dispersi Van der Waals, dan gaya-gaya ini tergantung pada
bentuk molekul dan jumlah elektron yang dikandungnya. Gaya Van der Waals adalah
gaya antar molekul pada senyawa kovelen. Untuk gaya Van der Waals pada alkena
yang bersifat non-polar disebut gala London (dipil sesaat). Makin besar Mr
senyawa alkena, gaya Van del Waals makin kuat, sehingga titik didih (TD)
makin tinggi. Masing-masing alkena memiliki 2 lebih sedikit elektron dibanding
alkana yang sama jumlah atom karbonnya.
b. Kelarutan Alkena
hampir tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut-pelarut organik,
seperti lemak dan minyak.
c. Semakin banyak atom C maka massa molekul
relatif semakin tinggi dan titik didihnya kana semakin tinggi pula. Untuk yang
punya isomer, maka semakin panjang rantai atom C maka semakin tinggi titik
didihnya.
d. Alkena memiliki sifat fisis yang hampir
sama dengan alkana seperti kerapatannya kecil dan tidak larut dalam pelarut
polar seperti air. Pada suhu kamar, alkena dengan atom C1-C4
punya wujud gas, C5-C17 berwujud cair, dan alkena dengan
atom C lebih dari 17 punya wujud padat.
e. Senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan
rangkap seperti alkena dapat mengalami rekasi pemutusan ikatan rangkap atau
sering disebut reaksi adisi yang mengubah ikatan tak jenuh menjadi ikatan
jenuh. Zat-zat yang biasanya ditangkap seperti gas hidrogen (H2), golongan
halogen (F2, Cl2, Br2), senyawa asam-asam halida (HF, HBr, HCl, HI) contohnyaHukum
Markovnikov
Jika ada senyawa alkena menangkap
asam halida maka berlaku sebuah hukum yang disebut hukum Markovnikov. Hukum ini
ditemukan oleh peneliti asal negeri beruang merah (Russia). di akhir abad ke 19
(1870). Bunyi hukum Markovnikov sebagai berikut:
“Ketika alkena bereaksi dengan asam
halida maka, atom H dari asam akan terikat pada atom C ikatan rangkap yang
memiliki atom H lebih banyak dan atom dari gologan halogennya akan berikatan
dengan atom C yang mengandung H lebih sedikit”
Contoh penerapannya sebagai berikut:
pada tahun 1933 M.S Kharas dan F.W.
Mayo dari universitas Chicago menemukan bantuan katalis hidrogen peroksida,
ternyata dapat membalikkan hukum dari markovnikov. Ketika menggunakan katalis
tersebut atom C yang mengikat H lebih banyak cenderung mengikat atom halogen
pada senyawa asam halida, berikut reaksinya
Alkena dapat mengalami rekasi Polimerisasi
Senyawa alkena dapat mengalami rekasi polimerisasi karena punya ikatan tidak jenuh (rangkap 2). Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sejenis menjadi molekul raksasa sehingga mempunyai rantai karbon yang sangat panjang. Seperti halnya senyawa alkana, senyawa alkena pun ada yang memiliki Kata Kunci rantai cabang. Aturan penamaannya mirip dengan penamaan rantai alkana bercabang.
Senyawa alkena dapat mengalami rekasi polimerisasi karena punya ikatan tidak jenuh (rangkap 2). Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sejenis menjadi molekul raksasa sehingga mempunyai rantai karbon yang sangat panjang. Seperti halnya senyawa alkana, senyawa alkena pun ada yang memiliki Kata Kunci rantai cabang. Aturan penamaannya mirip dengan penamaan rantai alkana bercabang.
3. PEMBUATAN
ALKENA
a. Reaksi Alkil
Halida
Reaksi ini merupakan reaksi E2 (reaksi biomolekuler).
Reaksi eliminasi terhadap alkyl halide dengan memanaskan alkil halida dengan
KOH atau NaOCH2CH3 dalam etanol.
b. Dehalogenasi Vicinil
dihalida
Vicinal dihalida adalah suatu alkyl halide yang
mempunyai 2 atom halogen yang terikat pada molekul atom karbon yang berbatasan.
Reaksi ini juga merupakan reaksi bimolekuler (E2) antara alkyl
halide sekunder dalam basa kuat.
d. Dehidrasi alkohol
Alkena dapat diperoleh dari dehidrasi alcohol, yaitu
suatu reaksi penghilangan air. Alcohol primer, sekunder, maupun tersier dapat
dilakukan dehidrasi sehingga menghasilkan alkena. Dihidrasi silakukan dengan
adanya asam sulfat maupun asam kuat lainnya. Dehidrasi alcohol sekunder dan
alcohol tersier mengikuti reaksi E1
Dehidrasi Alkohol Primer:
c.
Dehidrasi etanol menjadi etena
Ini merupakan sebuah cara sederhana
untuk membuat alkena berwujud gas seperti etena. Jika uap etanol dilewatkan
pada bubuk aluminium oksida yang dipanaskan, maka etanol akan terurai membentuk
etena dan uap air.
d.
Dehidrasi etanol menjadi etena
Ini merupakan sebuah cara sederhana
untuk membuat alkena berwujud gas seperti etena. Jika uap etanol dilewatkan
pada bubuk aluminium oksida yang dipanaskan, maka etanol akan terurai membentuk
etena dan uap air.
3. Reaksi-Reaksi Pada Alkena
·
Jenis-jenis Reaksi pada
Alkena
Alkena mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan alkana. Alkena memiliki
ikatan rangkap dua pada rantai karbonnya. Alkena lebih reaktif daripada
alkana karena adanya ikatan rangkap. Alkena dapat mengalami reaksi: reaksi
pembakaran, reaksi adisi, reaksi substitusi dan polimerisasi.
1. Reaksi Adisi
Elektron
p dari ikatan karbon-karbon ganda yang tersedia untuk elektrofil (spesies
apapun mencari elektron). Dengan demikian, reaksi yang ditunjukkan oleh
penambahan alkena sebenarnya elektrofilik reaksi adisi. Beberapa reaksi adisi
berlangsung melalui mekanisme radikal bebas.
1.1 Adisi hydrogen
Alkena menambah
hidrogen dengan adanya platinum atau nikel katalis, untuk membentuk alkana.
Reaksi disebut sebagai hidrogenasi, adalah reaksi eksotermis.
CnH2n + H2 → CnH2n + 2 +panas
Reaksi ini dikenal sebagai Reaksi reduksi
Sabatier-Senderens.
CH2 = CH2 + H2 → CH3-CH3 +132,2kJ
etena
etana
1.2 Adisi halogen
Alkena bereaksi dengan halogen membentuk dihaloalkanes. Urutan reaktivitas
adalah, klorin> brom> iodin. Cukup mencampurkan dua reaktan, biasanya
dalam pelarut inert seperti karbon tetraklorida, terbaik melakukan reaksi.
propena
1,2-dibromopropana
Adisi bromin berguna untuk mendeteksi ikatan rangkap
karbon-karbon. Ketika larutan 5% dari bromin dalam karbon tetraklorida
ditambahkan ke alkena. Hal ini menunjukkan adanya ikatan ganda dalam molekul.
Tes ini disebut ‘test bromin’.
1.2.1
Mekanisme adisi halogen
Penambahan
halogen ke ikatan rangkap terjadi melalui langkah-langkah berikut.
Contoh
pada etena:
Etena mengalami efek elektromerik
Karena dekat dengan ikatan rangkap karbon-karbon,
molekul halogen non-polar akan terpolarisasi
Molekul halogen terpolarisasi membentuk kompleks
transisi negara dengan etena.
Ion
X– menempel pada karbon bermuatan positif
1.3 Adisi asam
sulfat
Sesuai
aturan alkena Markownikoff ini mudah menambah asam sulfat pekat untuk membentuk
sulfat hidrogen alkil. Sebagai contoh
Etena :
etena
asam sulfat
etilhidrogensulfat
Propena :
Iso-propil hidrogensulfat
Alkil
hidrogen sulfat pada mendidih dengan air memberikan alkohol dan asam sulfat.
Alkohol dibuat dari alkena diperoleh dari cracking minyak bumi. Sebagai contoh,
etil hidrogen sulfat
etanol asam
sulfat
1-
propena
1-kloro-2-propanol
1.4 Adisi air (Hidrasi alkena)
Molekul air menambah molekul alkena ke ikatan rangkap
dengan adanya asam encer dan katalis. Misalnya, etana memberikan etanol ketika
campuran etena dan uap melewati asam fosfat dan silika pada tekanan 65 atm, dan
pada 300C.
etana
etenol
1.5 Adisi oksigen
Alkena rendah
dicampur dengan udara dan lewat di bawah tekanan lebih dari katalis perak pada
200-400 ° C. Hal ini memberikan epoksida dengan menambahkan satu atom oksigen
ke ikatan rangkap. The epoksida yang diperoleh digunakan dalam deterjen.
etena
etena epoksida
2. Reaksi Substitusi
Pada suhu tinggi (500 ° C), alkena yang lebih tinggi
memberikan produk substitusi dengan klorin. Sebagai contoh,
CH3-CH=CH2 + Cl2 → ClCH2-CH=CH2 +HCl
propena
3-chloropropene
Alkena rantai cabang memberikan reaksi substitusi
dengan mudah. Misalnya isobutena memberikan produk substitusi dengan klorin
bahkan pada suhu kamar.
3. Polimerisasi
Penambahan polimerisasi adalah proses dimana sejumlah
besar molekul dari spesies yang sama bergabung bersama (tanpa eliminasi molekul
sederhana seperti HX, H2O, dll,) untuk membentuk molekul raksasa, yang disebut
polimer. Alkena mengalami penambahan polimerisasi bila dipanaskan di bawah tekanan,
dengan adanya katalis yang cocok. Ketika etena dipanaskan hingga 1000C di bawah
tekanan 1.000 atm dengan adanya oksigen, kita mendapatkan polietena
Demikian pula, ketika vinil klorida dipolimerisasi
dengan adanya katalis peroksida, membentuk polivinil klorida (PVC)
4. Isomerisasi
Alkena
bila dipanaskan sendiri pada suhu tinggi (500-700 ° C) atau pada suhu yang
lebih rendah (200-300 ° C) isomerizes dengan adanya katalis, seperti Al2 (SO4)
3. Isomer alkena karena pergeseran dari ikatan rangkap yang cenderung bergerak
ke arah pusat rantai, misalnya, pentena-1 isomerizes untuk pentena-2.
CH3-CH2-CH2-CH=CH2 → CH3-CH2-CH=CH-CH3
pentena
2-pentena
Perpindahan
dari gugus metil, misalnya, butena-1 isomerizes untuk 2-methylpropene
(iso-butena).
5. Rekasi pembakaran
Alkena, seperti alkana, sangat mudah terbakar. Alkena
dapat dibakar dengan api untuk menghasilkan karbon dioksida dan air. Reaksi
pembakaran alkena termasuk eksotermik.
Karena terangnya cahaya api, alkena lebih rendah dapat
digunakan sebagai illuminants.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Alkena atau olefin dalam kimia organik adalah hidrokarbon tak jenuh dengan sebuah ikatan
rangkap dua antara atom karbon. Alkena asiklik yang paling sederhana, yang membentuk satu ikatan
rangkap dan tidak berikatan dengan gugus fungsional manapun, maka akan membentuk suatu kelompok hidrokarbon dengan rumus umum CnH2n.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Senyawa
Hidrokarbon (http://slideshare.com/senyawa
hidrokarbon) Diakses: 27 Februari 2013 pukul 20.00
Anonim. 2011. Pendalaman
Tentang Kimia Organik (http://staff.uny.ac.id/
sites/default/files/Pendalaman%20materi%20kimia%20organik.pdf) Diakses:
27 februari pukul 20.00
Hart Harold,
dkk.2003. Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat Edisi 11. Jakarta : Erlangga.
Pine Stanley
H, dkk. 1988. Kimia Organik 1.
Bandung : ITB Bandung.
Tim Dosen
UPT MKU Unhas. 2009. Kimia dasar 2.
Makassar : UPT MKU
How to create an account at Betway Casino - DRMCD
BalasHapusFirst, 화성 출장안마 create a personal account. 사천 출장안마 To 계룡 출장안마 create your personal account on Betway Casino you do 천안 출장샵 not 사천 출장샵 need to click on “Create”.