MAKALAH ETER
Brebes, Jawa Tengah
ü
Struktur Serupa
ü Kondensasi Ullmann
ü Adisi elektrofilik alkohol ke alkena
ü Pembuatan epoksida
2.3 Reaksi pada eter
1.
Pembelahan eter
2.
Pembentukan peroksida
3.
Sebagai basa Lewis
MAKALAH ETER
KELOMPOK 3
Disusun oleh:
1.
ALFI NURI (E0014031)
2.
DWI PURWANTI (E0014036)
3.
SINTA DWI PRISILIA (E0014052)
4.
SITI NUR ASIAH (E0014056)
TINGKAT : 1B
PROGRAM
STUDI S1 FARMASI
STIKes
BHAKTI MANDALA SLAWI
Jl.
Cut Nyak Dhien No.16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
-52416
Telp. (0283) 6197571 Fax. (0283)
6198450 Homepage website www.stikesbhamada
ac.id email stikes_bhamada
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai
“ETER”.
Makalah ini
telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun. Kritik dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi saya dan umumnya
bagi pembaca.
Slawi, Juni
2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kehidupan selalu berkaitan dengan apapun demikian juga berkaitan dengan
kimia, kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah ilmu
pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang memiliputi struktur,
susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Kehidupan
selalu berkaitan dengan kimia contohnya saja deterjen, alkohol, kopi, susu, air
dan sebagainya yang didalamnya mengandung unsur-unsur kimia.
Eter adalah
nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H, dan O dengan
rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka
eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
Dari
pembahasan diatas penyusun ingin membahas tentang pembuatan Eter,
jenis-jenis/macam-macam Eter, tata nama
Eter, sifat-sifat Eter,
keisomeran pada Eter, dan manfaat dari Eter beserta dampaknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan eter ?
2. Bagaimana
cara pembuatan eter ?
3. sebutkan
jenis-jenis atau macam-macam eter !
4. bagaimana
tata nama eter ?
5. sebutkan
sifat-sifat eter !
6. bagaimana
keisomeran pada eter ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.
Mengetahui
Pengertian Eter
2.
Mengetahui
Pembuatan Eter.
3.
Mengetahui
Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.
4.
Mengetahui Tata Nama Eter
5.
Mengetahui Sifat-Sifat Eter
6.
Mengetahui Keisomeran Pada Eter
7.
Mengetahui
Manfaat Eter Beserta Dampaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eter
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C,
H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus
air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai
alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
R – H R – OR'
alkana
eter
Rumus umum
struktur : R – O -R'
Rumus umum
molekul : CnH2n+2
ü Struktur dan ikatan
Eter memiliki ikatan
C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140 pm. Sawar
rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori
ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih
elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi alfa
relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.
ü
Struktur Serupa
Eter tidak boleh
disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur serupa -
R-O-R.
·
Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian
daripada sistem aromatik.
·
Senyawa dengan atom-atom karbon
yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
·
Ester R-C(=O)-O-R
·
Asetal R-CH(-O-R)-O-R
·
Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
·
Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
2.2 Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol.
Dietil eter dapat dibuat melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada
suhu sekitar 140°C hingga reaksi dehidrasi sempurna.
Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan
di atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada
alkohol tersebut dan menghasilkan eter.
2 C2H5OH → C2H5-O-C2H5
+ H2O
Di
laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air adalah H2SO4.
Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H
+ H2O
(2) C2H5OSO3H + C2H5OH
→ C2H5-O-C2H5 + H2SO4
Asam sulfat
yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan etanol seperti
yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter seperti
ini dinamakan "proses eterifikasi kontinyu". Secara teoritik, dapat
diduga bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat
eter dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka
waktu tertentu, asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang
tereduksi menjadi asam sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah
karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H)
dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan
adalah 120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3.
Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini
hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai
linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata
lebih banyak menghasilkan etena.
Pembuatan eter dari alkohol
CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3
+ H2O
ü
Menurut Sintesis Eter Williamson
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil
halida (haloalkana) dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:
C2H5Br
+ Na-OC2H5 → NaBr + C2H5-O-C2H5
ü
Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter
dan garam perak halida. Contoh:
2 C2H5I
+ Ag2O → C2H5-O-C2H5 + 2
AgI
Eter
mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar
104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi
untuk ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah
mirip. Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3.
Oksigen
lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian hidrogen alfa eter
bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana, tetapi jauh kurang asam
dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan karbonil (seperti aldehida dan
keton).
ü Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson,
kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis,
misalnya tembaga.
ü Adisi elektrofilik alkohol ke alkena
Katalis
asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
ü Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi
alkena. Eposida yang paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang
dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat
dihasilkan melalui dua cara:
·
Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler
halohidrin
2.3 Reaksi pada eter
Eter secara umumnya memiliki
reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting
eter adalah sebagai berikut.[
1.
Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap
hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi asam bromat dan asam
iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat
lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Beberapa
jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron
tribomida (dalam
beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan
alkil bromida.Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah
menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
2.
Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus
CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan
dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter
dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
3.
Sebagai basa Lewis
Eter dapat berperan sebagai basa
Lewis maupun
basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion
onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2).
Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen
Grignard. Polieter
(misalnya eter
mahkoya) dapat
mengikat logam dengan sangat kuat.
2.4 Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.
Eter dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter
simetris dan eter asimetris. Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter
tersebut dinamakan eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R',
dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai gugus
alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya
dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.
Di antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus
fungsi dalam arti keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus
fungsinya berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini
adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH.
Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat
fisika dan kimia pada eter dan alkohol.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak
terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus.
Reaksi terhadap eter adalah:
Ø
Reaksi Oksidasi Eter
Dengan
campuran (K2Cr2O7 + H2SO4),
eter mengalami oksidasi dengan hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya.
Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol) bila direaksikan dengan
(K2Cr2O7 + H2SO4)
menghasilkan asetaldehida. C2H5-O-C2H5
→ 2 CH3CHO
Ø Reaksi Eter dengan Asam
·
Dengan HI Dingin
Dengan asam
iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh: C2H5-O-C2H5
+ HI → C2H5OH + C2H5I
·
Dengan H2SO4
Dingin
Dengan asam
sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam asam sulfat
pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat. Contoh: C2H5-O-C2H5
+ H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
Ø
Reaksi Hidrolisis Eter
Bila eter dididihkan
dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4) terjadilah
hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:
C2H5-O-C2H5
+ H2O → 2 C2H5OH
Ø
Reaksi Eter dengan Halogen
Halogen(klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H
yang terikat pada atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu
eter.
C2H5-O-C2H5
+ Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl
2.5 Tata Nama Eter
Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi
sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi
(alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai utamanya.
1.
Penamaan
Alkil Eter (Trivial)
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di. Tata nama trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan
menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen dan kemudian
ditambahkan kata eter. Contohnya adalah CH3-O-CH2CH3
diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-CH2CH3
diberi nama dietil eter.
2.
Penamaan
Alkoksialkana (IUPAC)
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh
nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada
rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana,
dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya
adalah metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipentana yang rumus strukturnya
berurutan adalah sebagai berikut:
Bila senyawa
yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang diberikan adalah
alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai rumus CH3OCH=CHCH3.
Eter yang
memngandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai contoh adalah
Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:
Di bawah ini
Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC
Rumus Struktur Eter
|
Nama Trivial
|
Nama IUPAC
(alkoksialkana)
|
CH3 ⎯ O ⎯ CH3
|
Dimetil
eter
|
Metoksi
metana
|
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
|
Etil metil
eter
|
Metoksi
etana
|
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3
|
Dietil
eter
|
Etoksi
etena
|
·
Contoh Rantai siklik eter
Tetrahidrofuran
(Oksasiklopentana)
Rumus
molekul : C4H8O
Nama lain : THF, Tetrahidrofuran,
1,4-epoksibutana,bitilena oksida, siklotetrametilena oksida, dietilena oksida,
, oksolana, furanidina, hidrofuran, tetra-metilena oksida.
2.6 Sifat-Sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan
standar, hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas).
Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter
lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan
hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga kelarutannya dalam
air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan
terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter
jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak
bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
alkohol dengan eter.
A.
Sifat-sifat
fisika
1. Eter adalah cairan
tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang khas.
2. Eter tidak
larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
3. Eter mudah
terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter membentuk campuran
yang eksplosif dengan udara.
4. Eter dapat
melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
Beberapa alkil eter
|
|||||
Eter
|
Struktur
|
Titik lebur (°C)
|
Titidk didih (°C)
|
Kelarutan dalam 1 L H2O
|
|
CH3-O-CH3
|
-138,5
|
-23,0
|
70 g
|
1,30
|
|
CH3CH2-O-CH2CH3
|
-116,3
|
34,4
|
69 g
|
1,14
|
|
O(CH2)4
|
-108,4
|
66,0
|
Larut pada
semua perbandingan
|
1,74
|
|
Dioksana
|
O(C2H4)2O
|
11,8
|
101,3
|
Larut pada
semua perbandingan
|
0,45
|
B.
Sifat-sifat
kimia
1. Eter sedikit
polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak
dapat meniadakan satu sama lainnya.
2. Eter lebih
polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida.
3. Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
4. Eter secara
umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif
daripada alkana
5. · Mudah
terbakar
· Pada umumnya bersifat racun
· Bersifat anastetik (membius)
· Pada umumnya bersifat racun
· Bersifat anastetik (membius)
2.7 Keisomeran
pada Eter
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
1)
Isomer
Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun rumus
strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan
metil propil eter dan metil isopropil eter.
2)
Isomer
Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang
memiliki rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut
memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.
2.8 Manfaat Eter Beserta Dampaknya.
Ø Penggunaan
senyawa eter dalam kehidupan adalah:
1. Di bidang
medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius). Senyawa dietil
eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat bius) yang
diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat menyebabkan
iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir.
2. Bi
bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala.
Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju mesin
lebih kencang.
3. Di
laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.
4.Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk
melarutkan senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat
menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini,
eter sudah jarang dipakai di negara-negara maju.
Ø Dampak
penggunaan senyawa eter
1. Pada
konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan
diri.
2. Eter dapat
menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
3. Eter bahan
yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh kobaran maupun percikan
api.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Eter adalah
nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H, dan O dengan
rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka
eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air. Eter atau
alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana
diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
2. Eter dibuat
dari dehidrasi alkohol, Pembuatan Eter Menurut Williamson, Mereaksikan Alkil
Halida dengan Perak Iodida.
3. Eter
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penamaan alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC.
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas).
6. Eter memilki
dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
7. Manfaat
eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius), dibidang otomotif, eter
digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala, dilaboratorium, eter
digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar pula,
seperti lemak, lilin dan minyak.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Alex Kimia. 2013.
Pengertian dan Manfaat ETER. (online). Pengertian dan Manfaat ETER _ Chemistry
by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
2.
Ilmu Kimia.
2012. Golongan Eter. (online). Golongan Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses tanggal 22
juni 2015.
3.
Ilmu Kimia.
2013. Pembutan Eter. (online). http://www.ilmukimia.org/2013/03/pembuatan-eter.html. Akses
tanggal 22 juni 2015.
4.
Ilmu Kimia.
2012. Reaksi Terhadap Eter. (online). Reaksi Terhadap Eter _ Ilmu Kimia.htm. Akses tanggal 22 juni 2015.
5.
Ilmu Kimia.
2012. Tata Nama Eter. (online). Tata Nama Eter_Ilmu Kimia.htm. Akses tanggal 22
juni 2015.
6.
Suhartinichemist.
2012. KIMIA ALKOHOL dan ETER. (online).
KIMIA ALKOHOL dan ETER.htm. Akses
tanggal 22 juni 2015
7.
Fessenden , Fessenden . KIMIA ORGANIK edisi 3 jilid 1 . Penerbit Erlangga .
1986.
Komentar
Posting Komentar