METABOLIT SEKUNDER KULIT BATANG MANGROVE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Farmakognosi yang berjudul “metabolit
sekunder pada kulit batang mangrove” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki dirasa masih sangat kurang. Oleh
kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Slawi, Mei
2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………….…………. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………….………… 2
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG………………………………………….………... 3
1.2
RUMUSAN MASALAH……….………….…………………..………... 4
1.3
TUJUAN…………………………..…………..………………………… 4
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
2.1 Mangrove
(bakau) ……..………..…………………………………………..... 5
A.
Ekstrak Kulit Batang
Bakau Sebagai Antioksidan………….…………………………………………………..... 7
B. Ekstrak
Kulit Batang Bakau Sebagai Antibakteri....................................... 6
BAB
III PENUTUP............................................................................................... 9
3.1 KESIMPULAN…………..……………….………………………............ 9
3.2 SARAN….………………………………………..……………….…....... 9
DAFTAR PUSTAKA .................…………….……………………..………....... 10
LAMPIRAN ……............................................................................................…... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A.
Metabolit
Sekunder
Tumbuhan secara alamiah
menghasilkan beragam jenis senyawa. Secara umum, senyawa-senyawa tersebut dapat
dibagi tiga, yaitu metabolit primer, polimer, dan metabolit sekunder. Metabolit
primer adalah senyawa-senyawa yang terdapat pada semua sel dan memegang peranan
sentral dalam metabolisme dan reproduksi sel-sel tersebut. Contoh metabolit primer
antara lain asam nukleat, asam amino, dan gula. Polimer adalah senyawa penyusun
sel yang terdiri dari senyawa yang memiliki berat molekul yang tinggi, seperti
selulosa, lignin, dan protein. Metabolit sekunder adalah senyawa yang secara
khusus terdapat pada jenis atau spesies tertentu saja (Hanson, 2011).
Berbeda dengan senyawa metabolit primer yang pada
umumnya memberi pengaruh biologi terhadap sel atau organisme tanaman itu
sendiri, metabolit sekunder (MS) memberikan pengaruh biologi terhadap sel atau
organisme lain. Menurut Wink (2010) metabolit sekunder bukanlah produk buangan
yang tak berguna, tetapi perangkat yang penting untuk melawan herbivora dan
mikroba. Beberapa metabolit sekunder berfungsi sebagai molekul isyarat untuk
menarik arthropoda penyerbuk, hewan penyebar benih, dan sebagai senyawa isyarat
dalam hubungan tanaman-tanaman, tanaman-binatang, dan tanaman-mikrobia.
Senyawa metabolit sekunder banyak sekali
jumlahnya. Menurut Springob dan Kutchan (2009), ada lebih dari 200000 struktur
produk alamiah atau produk metabolit sekunder. Untuk memudahkan, perlu dibuat
klasifikasi.
Ada beberapa cara klasifikasi bisa dibuat,
seperti berdasarkan sifat struktur, asal-usul biosintesis, atau lainnya.
Berdasarkan sifat strukturnya, Hanson (2011 membagi MS ke dalam 6 golongan,
yaitu 1) poliketida dan asam lemak, 2) terpenoid dan steroid, 3)
fenilpropanoid, 4) alkaloid, 5) asam amino khusus dan peptida, dan 6)
karbohidrat khusus.
Berdasarkan
asal-usul biosintesisnya, Springob dan Kutchan (2009) membagi MS menjadi empat
kelompok, yaitu 1) alkaloid, 2) fenilpropanoid, 3) poliketida, dan 4)
terpenoid. Berdasarkan kandungan N, Wink (2010) membagi MS ke dalam dua
kelompok besar, yaitu1) MS yang mengandung N dan 2) MS yang tidak mengandung N.
Kelompok pertama dibagi lagi menjadi 7 anak kelompok, dan kelompok kedua dibagi
lagi menjadi 10 anak kelompok. Pembagian dan jumlah MS dapat dilihat pada Tabel
1.
Pada tumbuhan itu sendiri
metabolit sekunder memiliki fungsi ekologi:
1.
Perlindungan tumbuhan dari herbivore dan pathogen
2.
Atraktan thd polinator dan hewan penyebar biji
3.
Untuk mempertahankan diri dari kondisi yang tidak menguntungkan
Tiga kelompok besar metabolit
sekunder dan cirinya
1. Terpenoid
atau isoprenoid (~ 25 000)
Sebagian
besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hydrogen serta sintesis melalui
jalur metabolism asam mevalonat. Contohnya monoterpena, seskuiterepena,
diterena dan polimer.
2.
Phenol (~ 8 000)
Senyawa ini
terbuat dari gugus gula sederhana dan memiliki cincin benzene hydrogen dan
oksigen. Contohnya asam fenolenat, kumarina, lignin, flavonoid, tannin,
3.
Alkaloid dan Senyawa N lainnya (~ 12 000)
Senyawa yang
mengadung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas,penulis merumuskan masalah yang akan di bahas sebagai berikut:
1. Apakah mangrove itu?
2. Apakah metabolit sekunder itu?
3. Bagaimana dan dengan metode apa senyawa metabolit itu
diambil?
4. Bagaimana
cara membuktikan senyawa tersebut dapat digunakan untuk
beberapa pengobatan?
5. Apa
saja kandungan senyawa metabolik sekunder
dalam kulit batang manrove?
6. Apa
saja khasiat dari senyawa metabolik
sekunder dalam kulit batang manrove?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui tanaman mangrove (bakau).
2. Untuk
mengetahui metabolit sekunder.
3. Untuk
mengetahui metode pengambilan senyawa.
4. Untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit
sekunder kulit batang bakau.
5. Untuk
mengetahui khasiat senyawa metabolit
sekunder kulit batang mangrov.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Mangrove (bakau)
Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan
dari marga Rhizophora,
suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang
tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar
ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama
lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako,
jangkar dan lain-lain. (anonim
2015)
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
Rhizophora
|
Habitus
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung
ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang
menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau
hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun
penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang
menggembung.
Bunga berkelompok dalam
payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum,
berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau
kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan,
bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Buah bakau, perhatikan
hipokotilnya yang berwarna hijau memanjang. Buah berbentuk telur memanjang
sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotil tumbuh memanjang, silindris, hijau, kasar
atau agak halus berbintil-bintil.
Menurut Darminto Dkk
2012 tumbuhan mangrove di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia, baik
dari segi kuantitas area (±42.550 km2) maupun jumlah spesies (±45 spesies)
(Spalding, 2001). Sebagian besar dari tumbuhan mangrove digunakan sebagai bahan
obat. Ekstrak dan bahan mentah dari tumbuhan mangrove telah digunakan oleh
masyarakat pesisir untuk keperluan pengobatan alamiah. Kandungan saponin
triterpenoid dari Acanthus illicifolius menunjukkan aktivitas leukimia,
paralysis, asma, rematik serta anti peradangan; dan alkaloid dari Antrioleks
vesicaria juga berkhasiat sebagai senyawa bakterisida (Purnobasuki,2004).
Penelitian terhadap
ekstrak metanol dari batang tumbuhan bakau jenis Rhizophora spp mampu
menghambat pertumbuhan bakteri uji Vibrio harveyi dan ekstrak metanol dari
pelepah nipah juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji (Alimuddin dan
Linda, 2007).
A.
Ekstrak
Kulit Batang Bakau Sebagai Antioksidan
Pada
jurnal penelitan yang dilakukan Netty Dkk yang berjudul “POTENSI ANTIOKSIDAN
EKSTRAK METANOL KULIT BATANG TUMBUHAN MANGROVE Sonneratia alba” telah dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak
metanol dari kulit batang S. alba dengan metode pengikatan DPPH. Penelitian ini
menggunankan metode dekantasi alat-alat yang digunakan antara lain, neraca
analitik, rotary evaporator (rotavapor), pemanas air, pinset, corong pisah,
corong Buchner, pompa vakum, cawan petri, tabung reaksi, serta alat gelas lain
yang digunakan dalam laboratorium organik.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain metanol p.a dan metanol teknis,
air suling, 2,2difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH), asam askorbat.
a. Penyiapan
ekstrak
Sebanyak
10 kg serbuk kulit batang S.alba dimaserasi dengan metanol selama 3 x 24 jam.
Maserat yang diperoleh dipisahkan dari residu dengan cara dekantasi, lalu
disaring dengan kertas whatman 41. Ekstrak diambil dan pelarut diuapkan dengan
rotavapor.
b. Uji
Antioksidan
Penentuan
aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode pengikatan radikal DPPH. Sampel
dilarutkan dengan metanol sehingga diperoleh berbagai konsentrasi. Sebanyak 2
mL larutan sampel ditambah dengan 1 mL metanol yang mengandung radikal DPPH.
Campuran dikocok dan diinkubasi selama 30 menit dalam gelap, dan selanjutnya
serapan diukur pada panjang gelombang 517 nm. Serapan kontrol ditentukan dengan
mengganti sampel dengan metanol. Sebagai kontrol positif digunakan asam
askorbat. Nilai IC50 dihitung masing-masing dengan menggunakan persamaan
regresi. Persen (%) inhibisi radikal DPPH dihitung dengan rumus: Keterangan : Abs. Kontrol : Serapan radikal
DPPH pada panjang gelombang 517nm. Abs. Sampel : Serapan sampel dalam radikal
DPPH pada panjang gelombang 517nm
c. Hasil
Dan Pembahasan
Ekstrak
metanol menunjukkan aktivitas penangkapan radikal yang bergantung pada
konsentrasi. Aktivitas meningkat dengan tajam pada konsentrasi 5 20 µg/mL. Setelah melewati konsentrasi
tersebut, peningkatan aktivitas seiring peningkatan konsentrasi tidak
signifikan. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak metanol memperlihatkan
peningkatan persentase penangkapan dengan meningkatnya konsentrasi dengan
koefisien regresi sebesar 3,7. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol positif yang digunakan (asam
askorbat) dengan nilai IC50 sebesar 17,64 µg/mL. Fakta ini menunjukkan
tingginya potensi ekstrak metanol kulit batang S. alba sebagai sumber
antioksidan alami.
Ekstrak
metanol dari kulit batang S. alba menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat.
Pelarut pengekstraksi yang digunakan dalam isolasi senyawa antioksidan
berpengaruh pada jumlah dan aktivitas antioksidan disebabkan perbedaan
polaritas senyawa tersebut. Fakta ini didukung oleh beberapa peneliti yang
menyatakan bahwa sifat antioksidan dari ekstrak tumbuhan umumnya ditimbulkan
oleh senyawa fenolat, seperti flavonoid, asam fenolat, dan tannin (12,13).
B.
Ekstrak
Kulit Batang Bakau Sebagai Antibakteri.
Pada
jurnal penelitian Darminto dkk, yang berjudul “Isolasi Senyawa Metabolit
Sekunder Utama Ekstrak Etanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove
(Avicenniaspp)” Uji ekstrak tumbuhan
mangrove spesies Avicennia sp. menunjukkan daya hambat yang besar terhadap
bakteri Aeromonas hydrophyla (Darminto, dkk, 2009a). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tumbuhan mangrove Avicennia spp. berpotensi dikembangkan
untuk penanggulangan penyakit MAS (Motile Aeromonads Septicemia) atau sering
disebut penyakit bercak merah ikan (red spot disease). Aktivitas penghambatan
yang cukup tinggi senyawa murni tersebut khususnya diperoleh dari tumbuhan
Avicennia spp. dengan tingkat toksisitas rendah dengan uji menggunakan cell
vero (Darminto, dkk, 2009b). Komponenkomponen bioaktif dari tumbuhan mangrove
tersebut berpotensi digunakan sebagai kandidat fitofarmaka (Darminto, dkk,
2010). Senyawa metabolit sekunder sebagai senyawa komponen bioaktif yang
ditemukan belum memberikan informasi mengenai senyawa yang paling berperan
sebagai senyawa metabolit sekunder utama. Dengan demikian, penelitian ini
dilakukan untuk menelusuri senyawa tersebut.
a. Ekstraksi
Kulit
batang Avicennia spp. yang sudah dihaluskan dan dikeringkan sebanyak2,80 kg
dimaserasi selama 24 jam sebanyak 3 kali pada suhu kamar masingmasing dengan 10
liter etanol. Hasil maserasi setelah disaring menggunakan penyaring Buchner dan
dievaporasi pada tekanan rendah diperoleh maserat sampai ekstrak kering
sebanyak 12,80 g ekstrak kental.
b. Fraksinasi
dan Purifikasi
Ekstrak
etanol dari kulit batang Avicennia spp. ditimbang sebanyak 10,90 g kemudian
diimpreknasi dengan silikagel kasar. Sampel yang sudah diimpreknasi kemudian di
fraksinasi menggunakan Kolom Kromatografi Vakum (KKV) diameter 7,0 cm dengan
fasa diam silika gel G GF254 100 g dan eluen n-heksan, n-heksan : etil asetat,
etil asetat, kloroform, aseton, dan metanol dengan kepolaran yang terus
ditingkatkan dan diperoleh 28 fraksi. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dikromatografi
lapis tipis (KLT). Berdasarkan pola KLT, fraksi yang mempunyai pola noda dan
nilai RF (retention flow) yang mirip digabung sehingga diperoleh tujuh fraksi
gabungan utama. Data penelitian sebelumnya diperoleh bahwa fraksi aktif yang
dimaksudkan adalah fraksi gabungan utama B dari hasil fraksinasi ekstrak etanol
kulit batang Avicennia spp. Fraksi ini sebelumnya diketahui yang paling
berpotensi untuk dikembangkan sebagai sediaan fitofarmaka berdasarkan
penelusuran senyawa bioaktif dan uji efektifitas melalui uji tantang dalam
menentukan persen sintas atau viabilitas ikan uji(Darminto, dkk, 2010).
c. Uji
Kimia
Fraksi
B ektrak etanol kulit batang Avicennia spp. diuji pendahuluan dengan uji kimia
menggunakan uji pereaksi. Uji pereaksi bertujuan untuk mengetahui golongan
senyawa yang terkandung di dalam fraksi B tersebut. Pada uji ini, digunakan
pereaksi antara lain pereaksi Liberman Buchard, Dragendorff, FeCl3 dan Wagner.
Hasil pengujian diperoleh bahwa fraksi B paling dominan menunjukkan reaksi
positif terhadap pereaksi Dragendorff yang artinya positif terhadap adanya
kandungan alkaloid. Hasil pengujian ini juga mengindikasikan bahwa komponen
utama atau konsentrasi tertinggi dalam fraksi B adalah alkaloid. Pengujian
positif alkaloid ini dapat dilihat dari perubahan warna sampel setelah
ditambahkan pereaksi Dragendorff yaitu dari coklat menjadi orange sampai ada
endapan coklat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Metabolit sekunder
adalah senyawa yang secara khusus terdapat pada jenis atau spesies tertentu
saja. Setiap tanaman menghasilkan metabolit sekunder untuk keperluan tertentu
tak terkecuali tanaman bakau tumbuhan
ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang
besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah
yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon.
Pada jurnal penelitian
Nety Dkk kulit batang mangrove yang di ekstraksi dan di isolasi metabolit
sekundernya berkhasiat sebagai antioksidan sedangkan pada jurnal penelitian
Darminto Dkk kulit batang mangrove yang diekstraksi dan diisolasi metabolit
sekundernya serta diidentifikasi senyawa positif terhadap pereaksi Dragendorff
yang artinya positif terhadap adanya kandungan alkaloid Uji
ekstrak tumbuhan mangrove spesies Avicennia sp. menunjukkan daya hambat yang
besar terhadap bakteri Aeromonas
hydrophyla .
3.2
Saran
Dengan adanya makalah
ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang metabolit sekunder dari kulit
batang mangrove dan manfaat bagi kesehatan senyawa tersebut sehingga dapat
menambah pengetahuan mengenai materi tersebut.
Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal References:
Darinto, Iwan dini dan Alimudin. 2012. Isolasi
Senyawa Metabolit Sekunder Utama Ekstrak Etanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove
(Avicenniaspp.). Jurnal Sainsmart. Vol 1. No 1.
Netti, Noor , La Daha,
dan Firdaus. 2011. POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT BATANG TUMBUHAN MANGROVE
Sonneratia alba. Majalah Farmasi dan Farmakologi,
Vol. 15, No 1.
Websites
References:
Komentar
Posting Komentar