Kolinergik dan Antikolinergik
Brebes, Jawa Tengah
Baca Juga Dosis Obat Lainnya :
MAKALAH KIMIA
MEDISINAL
KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK
DI SUSUN OLEH:
Nama : Firman
Sidiq Putrawan
NIM :
E0014037
Dosen pengampu : Agung Nur
Cahyanta S.Si., Apt
PROGRAM STUDI S1
FARMASI
STIkes BHAKTI
MANDALA HUSADA (BHAMADA)
2015
VISI
DAN MISI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
VISI
Menghasilkan sarjana
farmasi yang kompeten dan berjiwa mandiri yang dilandasi pancasila.
MISI
1.
Melaksanakan Tri Dharma
Perguruan tinggi untuk menigkatkan kulitas ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
mengarah pada pencapaian lulusan yang profesional dan mampu mengembangkan
ilmunya.
2.
Menyelenggarakan
Pendidikan Tinggi Farmasi Sarjana (S1) yang berkulitas, bertanggung jawab serta
mampu bersaing untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
masa datang yang berorientasi pada pembangunan kesehatan.
3.
Menyelenggarakan
penelitian yang inovatif, kompetitif, dan berkesinambungan di bidang kesehatan
khususnya untuk meningkatkan pemberdayaan obat alam.
4.
Mengembangkan Sarjana
Farmasi yang mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam berwirausaha dan
bekerja sama dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam penelitian
kefarmasian.
5.
Menyiapkan Sarjana
Farmasi yang mempunyai kemampuan dalam penerapan dan pengembangan ilmu dan
teknologi farmasi komunitas - klinik dan bahan alam sesuai dengan tuntutan
zaman dan kemajuan iptek yang berakar pada akhlak yang baik.
Kata Pengantar
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur
yang sedalam-dalamnya kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia yang
telah diberikan, sehingga akhirnya makalah ini dapat selesai dengan baik. Kami
sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan pertolongan dari
banyak pihak, pelaksanaan makalah ini tidak dapat berjalan dengan baik.
Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terima
kasih atas dukungan dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung
dari keluarga dan teman-teman. Didalam pembuatan makalah ini, kami menyadari
betul bahwa kami belum berpengalaman dalam menulis makalah. Oleh karena
itu, kami mohon maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang tedapat dalam
makalah ini. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Slawi, Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem
saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas
menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan
dilakukan oleh alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang
kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh
sistem saraf dan alat indera.
Obat-obat otonom adalah obat yang dapat memengaruhi
penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan,atau penguraian neurotransmitter atau memengaruhi kerjanya atas
resptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ,
jantung dan kelenjar. Ada 2 macam golongan obat otonomik yakni, Golongan
simpatomimetik (merangsang) yang kerjanya mirip dengan saraf simpatis, dan
Golongan simpatolitik (menghambat) untuk simpatis dan parasimpatolitik. Menurut
khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:
a.
Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang
organ-organ yang dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh
asetilkolin, misalnya pilokarpin dan fisostigmin.
b.
Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan
efek-efek kilonergika, misalnya alkaloida, belladona dan propantelin.
2.
Zat-zat perintang ganglion
Yang merintangi penerusan impuls
dalam sel-sel ganglion simpatis dan parasimpatis. Efek perintangan ini
dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena blokade susunan simpatis,
sehingga dipergunakan pada hipertensi tertentu. Sebagai obat hipertensi zat-zat
ini umumnya tidak digunakan lagi berhubungan efek sampingnya yang menyebabkan
blokade pula dari SP (gangguan penglihatan, obstipasi dan berkurangnya sekresi
berbagai kelenjar).
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan kolinergik ?
b.
Apa saja
golongan obat kolinergik?
c.
Apa hubungan struktur dengan aktifitas kolinergik?
d.
Apa yang dmaksud dengan anti kolinergik?
e.
Apa saja golongan obat anti kolinergik?
f.
Apa hubungan struktur dengan aktifitas antikolinergik?
1.3 Tujuan
a.
Untuk dapat mengetahui kolinergik.
b.
Untuk dapat mengetahui golongan obat kolinergik.
c.
Untuk dapat mengetahui hubungan struktur dengan aktivitas
kolinergik.
d.
Untuk dapat mengetahui antikolinegik.
e.
Untuk dapat mengetahui golongan obat antikolinergik.
f.
Untuk dapat mengetahui hubungan struktur dengan aktivitas
anti-kolinergik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Kolinergik
1.
Devinisi Kolinergik
Senyawa
kolinergik adalah senyawa yang secara langsung atau tidak langsung dapat
menimbulkan efek seperti yang ditunjukan oleh asetil kolin, suatu senyawa
normal,bubuh yang disintetis pada jaringan saraf, sinapsis kolinergik dan
dinding usus. Ada dua tipe efek yang
dihasilkan yaitu efek muskarinik dan nikotinik.
Kolenergika
atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang
sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon
asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan
energi dari makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi
asimilasi. Bila neuron SP dirangsang, timbullah sejumlah efek yang menyerupai
keadaan istirahat dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti:
stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dan lain-lain, memperkuat
sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan, antara lain dengan menciutkan
bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat
lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan efek
memperlancar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka,
menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya (Tan Hoan Tjay &
Rahardja, 2002).
Reseptor
kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps, dan neuron postganglioner
dari SP, juga pelat-pelat ujung motoris dan di bagian Susunan Saraf Pusat yang
disebut sistem ekstrapiramidal. Berdasarkan efeknya terhadap perangsangan,
reseptor ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, yakni: (Tan Hoan Tjay &
Rahardja, 2002).
2.
Golongan obat kolinergik
Kolinergika
dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja langsung dan
zat-zat dengan kerja tak langsung. Kolinergika yang bekerja secara langsung
meliputi karbachol, pilokarpin, muskarin, dan arekolin (alkaloid dari pinang, Areca
catechu). Zat-zat ini bekerja secara langsung terhadap organ-organ ujung
dengan kerja utama yang mirip efek muskarin dari ACh. Semuanya adalah zat-zat
amonium kwaterner yang bersifat hidrofil dan sukar larut memasuki SSP, kecuali
arekolin (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Sedangkan
kolinergika yang bekerja secara tak langsung meliputi zat-zat antikolinesterase
seperti fisostigmin, neostigmin, dan piridogstimin. Obat-obat ini merintangi
penguraian ACh secara reversibel, yakni hanya untuk sementara. Setelah zat-zat
tersebut habis diuraikan oleh kolinesterase, ACh segera akan dirombak lagi.
Disamping itu, ada pula zat-zat yang mengikat enzim secara irreversibel,
misalnya parathion dan organofosfat lainnya. Kerjanya panjang, karena bertahan
sampai enzim baru terbentuk lagi. Zat ini banyak digunakan sebagai insektisid
beracun kuat di bidang pertanian (parathion) dan sebagai obat kutu rambut
(malathion). Gas saraf yang digunakan sebagai senjata perang termasuk pula
kelompok organofosfat ini, misalnya Sarin, Soman, dan sebagainya (Tan Hoan Tjay
& Rahardja, 2002).
a.
Senyawa Kolinergik dengan efek langsung
Senyawa
kolinergik dengan efek langsung (Kolinomimetik, Parasimpatomimetik) adalah obat
yang mempunyai struktur kimia, jarak antara gugus-gugus polr dan distribusi
muatan serta dengan asetil kolin sehingga dapat menimbulkan efek pada
transmiter kimia asetikolin.
1)
Mekanisme kerja kolinomimetik
Kolinomimetik
memiliki struktur mirip dengan asetikolin sehingga dapat membentuk komplek
dengan reseptor asetikolin. Reseptor tersebut terletk pada membran yan peka.
Asetikolin dan kolinomimetik dapat mempengaruhi dan mengikat keselektifan
permeabilitas membran terhadap kation.
Contoh senyawa kolinergik :
a)
Asetilkolin : aktif terhadap nikotinik dan muskarinik cepat
terhidrolisis. Larutan 1 % (dibuat baru) topikal pada
interior chamber mata : 0,5-2 ml.
b)
Metacholin : dihidrolisis lebih lambat karena efek halangan sterik oleh gugus β -metil aktif terhadap muskarinik
(jarang digunakan). Dosis : SC 10 mg, setelah 20 menit dapat diberikan 25 mg.
c)
Carbachol : dihidrolisis lambat (karena gugus karbamat).
Digunakan pada glaukoma untuk menurunkan tekanan intraokuler. Larutan 1 %
topikal pada kongjutiva mata 1 tetes 2-3 dd.
d)
Betanechol: Efek lebih lama (karena halangan sterik &
karbamat). Digunakan untuk stimulasi saluran cerna dan saluran urin pasca
operasi. Dosis oral : 10-30 mg 3 dd dan SC : 2,5 mg 3 dd.
2)
Hubungan Struktur dan aktfitas
a) Perubahan gugus amonium kuarterner
Salah satu metil dapat digantikan dengan gugus yang lebih besar tetapi
modifikasi seperti itu dapat menurunkan aktivitas secara drastis Contoh :
analog dimetiletil aktivitas hanya 25% dibanding Ach Substitusi dengan gugus
yang lebih besar atau terhadap lebih dari satu metil dapat meniadakan
aktivitas. Muatan juga penting untuk aktivitas, contoh: isoster karbon tak
bermuatan (3,3-dimetilbutilasetat) hanya punya aktivitas 0,003% tetapi amin
tersier (pilokarpin, arecolin) aktif karena pada pH fisiologis, amina-amina ini
terprotonasi sehingga bermuatan.
b) Perubahan rantai etilen Bagian
molekul ini menjamin jarak yang tepat antara gugus amonium dengan gugug ester
penting untuk pengikatan yang efektif dengan reseptor.Peningkatan panjang
rantai menghasilkan penurunan aktivitas yang bermakna. Percabangan rantai hanya
memungkinkan untuk substituen metil. Substitusi dengan β-metil (metacholin)
menunjukkan
aktivitas muskarinik, substitusi dengan α-metil menunjukkan aktivitas nikotinik.
c)
Perubahan gugus ester Ester aromatis yang besar menunjukkan
efek antagonis. Penggantian yang paling bermanfaat adalah dengan gugus
karbamat (Carbachol) dapat membuat menjadi sangat aktif karena mengurangi
hidrolisis.
d) Pembentukan analog siklis Analog
siklik ACh dengan aktivitas muskarinik meliputi berbagai senyawa bahan alam,
seperti muscarine, pilocarpine, dan arecoline. Dioxolane juga menunjukkan
aktivitas kuat sebagai agonis muskarinik. 2.
e)
Aktifitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan
jumlah atom yang terikat pada gugus onium (-N+(CH3)3)sampai R=5, bila R lebih
besar dari 5 aktifitasnya akan menurun secara tetap pula.
f)
Gugus onium (N-kation) sangat penting untuk aktifitas
kolinergik. Penggantian atom N dengan gugus elektronegatifan yang lain (P, S,As
) dan penggantian gugus metil dan gugus alkil yang lebih tinggi akan menurunkan
aktifitas
b.
Senyawa Kolinergik dengan Efek Tidak Langsung
Senyawa kolinergik dengan efek tidak
langsung Senyawa kolinergik dengan efek tidak langsung (antikolinesterase)
bekerja menghambat enzim kolinesterase dengan cara mencegah enzim sehingga
tidak menghidrolisis asetilkolin. Akibatnya asetilkolin akan terkumpul pada
tempat transmisi kolinergik dan bekerja pada perifer, sinapsis ganglionik dan
penghubung saraf otot rangka. Mekanisme kerjanya : bekerja sebagai penghambat
enzim kolinesterase dengan cara berinteraksi membentuk kompleks dengan enzim
tersebut, melalui berbagai ikatan kimia termasuk ikatan elektrostatik, ikatan
hidrogen dan ikatan kovalen.
1)
Turunan karbamat Studi hubungan struktur dan aktivitas
turunan karbamat menunjukan bahwa gugus yang berperan untuk aktivitas
antikolinesterase adalah gugus amino yang tersubstitusi dan gugus N,N-dimetil
karbamat. Contoh : Fisostigmin salisilat
c.
Penggunaan
kolinergik
Kolinergik
terutama digunakan pada :
1) Glaukoma, yaitu suatu penyakit mata
dengan ciri tekanan intra okuler meningkat dengan akibat kerusakan mata dan
dapat menyebabkan kebutaan. Obat ini bekerja dengan jalan midriasis seperti
pilokarpin, karbakol dan fluostigmin.
2) Myastenia gravis, yaitu suatu
penyakit terganggunya penerusan impuls di pelat ujung motoris dengan gejala
berupa kelemahan otot-otot tubuh hingga kelumpuhan. Contohnya neostigmin dan
piridostigmin.
3) Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna atau
kandung kemih setelah operasi besar yang menyebabkan stres bagi tubuh.
Akibatnya timbul aktivitas saraf adrenergik dengan efek obstipasi, sukar buang
air kecil atau lumpuhnya gerakan peristaltik dengan tertutupnya usus (ielus
paralitikus). Contohnya prostigmin (neostigmin).
2.2. Antikolinergika
1. Devinisi
antikolinergik
Antikolinergik
(disebut juga obat penyekat
kolinergik atau obat Antagonis kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak
memicu efek intraselular diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang
paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada
saraf parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu, efek persarafan
parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.
Kelompok kedua obat ini, penyekat ganglionÃk nampaknya lebib menyekat reseptor
nikotinik pada ganglia simpatis dan parasÃmpatis. Keluarga ketiga senyawa ini,
obat penyekat neumuscular mengganggu transmisi impuls eferon yang menuju otot
rangka.
Antikolinergik
juga disebut antimuskaranik, parasimpatolitik, kolinolitik, atroponik, dan
pemblok parasimpatetik
Antikolinergik menghambat efek
asetilkolin pada saraf postganglionik kolinergik danotot polos, menghasilkan
efek efek sebagai berikut:
a.
Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan
sauran cerna dan saluran urogenital.
b.
Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan
asam lambung.
c.
Anti parkison, parkison adalah suatu ppenyakit yang
disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan kadar dopain fan asetil kolin di
otak.
d.
Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau
paralisis struktur siliari mata, yang menyebabkan paralisis akomodasi
pengihatan dekat.
Efek samping antikolinergik antara lain
adalah mulut kering, anhidrosis, mata kabur. Takikardia, disuria dan retensi
urin akut. Pada orag dapat menyebabkan glau koma, konstipasi, dan kesulitan
akomodasi penglihatan.
2. Golongan obat
antikolinergik
Berdasarkan
efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:
a. Obat
antispasmodik
Obat
antispanmodik (spasmolitik umum) adalah senyawa yang dapat menurunkan tonus dan
pergerakan sauran cerna dan urogenial. Obat antispasmodik digunakan sebagai
penunjang pengobatan tukak lambung da usus, serta untuk eringankan spasme
viseral.
Antikolinergik
yang digunakan sebagai obat anti spasmodik obat antispasmodik dibagi enjadi
tiga kelompok yaitu alkoloida salonacea dan turunanya, senyawa amonium
kuartener siteti dan senyawa amin tersier sintetik.
b. Senyawa antisekresi
Efek
antisekrsi dapat dihasilkan oleh senyawa antikolinergik dan digunakan sebagai
obat tambahan pada pengobatan tukak lambung dan usus serta untuk meringankan
spasme viseral.
Contoh: klidinium klorida, fentonium
bromida, isopropamid iodida, metalin bromida, dan propentelin bromida.
c. Obat anti
parkinson
Obat
anti-parkinson adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan gejala penyakit
parkinson. Pada individu normal ada keseimbangan antara kadar dopamin dan
asetilkolin diotak. Adanya ketidak seimbangan kadar kedua senyawa diatas,
terutama kekurangan dopamin disriatum otak dapat menyebabkan penyakit
parkinson.
Berdasarkan
mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
senyawa antikolinergik pusat, senyawa yang mempengaruhi kadar dopamin diotak
dan senyawa yang menurunkan metabolisme dopamin.
d. Midriatik
Antikolinergik
kuat digunakan seeccara setempat pada mata karna menimbulkan efek midriasis
(dilatasi pupil) dan siklopelgia (paralisis akomodasi). Midriatik dan efek
sikloplegik digunakan untuk membantu pembiasan dan pemeriksaaan bagian dalam
mata, membantu prosedur diagnostik sebelum, selama dan sesudah oprasi
intrakular serta untuk untuk pengobatan glaukoma sekunder.
Contoh : atropin sufat, hematropin HBr,
hisin metil bromida, dan tropikamid.
3. Hubungan
Struktur Dan Aktifitas
Struktur umum CR2X-CO-O-(CH2)n- N
a.
Strruktur antikolinergik sangat mirip dengan senyawa
kolinergik. Perbedaan utama adalah adanya gugus besar yang terikat pada gugus
alkil yang dapat meningkatkan kekuatan ikatan dengan permukaan resptor.
b.
Pemasukan subtituen pada cincin aromatik (gugus fenil)
hanya sedikit menunjang aktivitas.
c.
X dapat berupa gugus H, OH, CH3, CONH2-adanya gugus OH
meningkatkan aktivitas antikolnergik karna dapat menunjang kekuatan intraksi
obat resptor melalui ikatan hidrogen.
d.
N berupa amonium kuarterner atau amin tersier yang
terprotonasi pada pH fisologis atau bio fisa, membentuk gaya tarik menari
elekstrostatik.
2.3.
Contoh Obat di Pasaran
Tablet,
Sirup (Theophylline/Teofilin)
Nama Obat Generik : Theophylline / Teofilin
Nama Obat Bermerek : Bronsolvan
KOMPOSISI
Tiap tablet Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
Tiap 15 ml sirup Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.
Nama Obat Generik : Theophylline / Teofilin
Nama Obat Bermerek : Bronsolvan
KOMPOSISI
Tiap tablet Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
Tiap 15 ml sirup Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.
|
Dosis
Obat BRONSOLVAN Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)
|
Baca Juga Dosis Obat Lainnya :
INDIKASI
Indikasi Bronsolvan adalah untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
KONTRAINDIKASI
Indikasi Bronsolvan adalah untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
KONTRAINDIKASI
· Hipersensitivitas atau alergi
terhadap komponen obat.
· Penderita tukak lambung.
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada
hipoksemia, hipertensi, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.
· Bronsolvan dapat mengiritasi saluran
gastrointestinal.
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada
wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
· Pemberian Bronsolvan jangan
melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam 1 jam gejala-gejalanya masih
tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi puskesmas atau rumah sakit
terdekat.
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada
penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas 55 tahun terutama pria dan
pada penyakit paru-paru kronik.
EFEK
SAMPING
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
· Gastrointestinal : mual, muntah,
diare.
· Susunan saraf pusat : sakit kepala,
insomnia.
· Kardiovaskular : palpitasi,
takikardia, aritmia ventrikuler.
· Pernapasan : takipnea
· Ruam kulit, hiperglikemia
INTERAKSI
OBAT
· Bronsolvan jangan diberikan
bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
· Simetidin, eritromisin,
troleandomisin dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan kadar teofilin serum.
· Rifampisin menurunkan kadar teofilin
serum.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Dewasa : 1 tablet Bronsolvan atau 15 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : ½ tablet atau 7,5 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Atau sesuai petunjuk dokter.
KEMASAN
Tablet, Dus, Isi 10 Strip x 10 tablet.
Sirup, Botol, isi 100 ml.
KETERANGAN
Kocok terlebih dahulu.
Simpan di bawah suhu 30 C. Simpan dalam keadaan tertutup rapat.
Dewasa : 1 tablet Bronsolvan atau 15 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : ½ tablet atau 7,5 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Atau sesuai petunjuk dokter.
KEMASAN
Tablet, Dus, Isi 10 Strip x 10 tablet.
Sirup, Botol, isi 100 ml.
KETERANGAN
Kocok terlebih dahulu.
Simpan di bawah suhu 30 C. Simpan dalam keadaan tertutup rapat.
BAB III
PENUTUP
3.3. Kesimpulan
1.
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok
zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis
(SP),
2.
Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu
zat-zat dengan kerja langsung dan zat-zat dengan kerja tak langsung.
3.
Kolinomimetik memiliki struktur mirip dengan asetikolin
sehingga dapat membentuk komplek dengan reseptor asetikolin.
4.
Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat Antagonis
kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular
diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat
golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif.
5.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik
dibagi menjadi empat kelompok yaitu Obat antispasmodik Senyawa antisekresi,
Obat anti parkinsond dan Midriatik
6.
Struktur umum antikolinergik CR2X-CO-O-(CH2)n- N
3.2. Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya
kekurangan-kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor
keterbatasan waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena
itu untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan
masukan yang bersifat membangun kepada
semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan
pergunakan lah obat tersebut sesuai dengan diagnosa yang telah diperkirakan,
jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.
DAFTAR PUSTAKA
FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi
dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, J, Mery, dkk, 2000. ”Farmakologi
Ulasan Bergambar Edisi 2”, Widya Medika : Jakarta.
Ganiswarna, 1998. ” Farmakologi
dan Terapi ”, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Tan Hoan Tjay, Kirana R, 2001,
”Obat-Obat Penting, Khasiat dan Penggunaan ”, DirJen POM RI : Jakarta.
Soekoharjo, S, B. 2000. Kimia Medisinal. Airlangga : Surabaya
Komentar
Posting Komentar