MAKALAH KROMATOGRAFI

KIMIA ANALIS
“KROMATOGRAFI KOLOM”
![]() |
Penyusun :
DINA RIANI (E0014035)
DWI PURWANTI (E0014036)
ERLITA
HIDAYATUL FITRIYANI (E0014037)
FIRMAN SIDIQ
PUTRAWAN (E0014038)
HIMATUL AZIZAH (E0014039)
SUPATMI (E0014057)
STIKes
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl.Cut
Nyak Dhien No. 16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
52416
Telp. (0283) 6197571
Fax. (0283) 6198450 Homepage website www.stikesbhamada
ac.id email stikes_bhamada@yahoo.com
MARET
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah puji dan syukur atas
kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan karuniaNYA kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah yang kami buat ini berjudul ”Kromatografi Kolom”.
Adapun
tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
analis yang di bimbing oleh ibu Endang
Istriningsih, S.Farm.,Apt. Semoga
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami
dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami
menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai
kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi, dan atas kritik dan saran
kami ucapkan terima kasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Slawi,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat
penting,terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya.
Suatu analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa
pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum
identifikasi dan pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan
kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis
dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan alasan inilah penyusun membahas
tentang kromatografi, terutama kromatografi kolom. Tanpa teknik kromatografi,
sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak
kasus, hampir tidak mungkin. Pada umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat
di ukur kadarnya, perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu,
pemisahan merupakan langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu
analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan
sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan,
pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan
terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran. Terdapat banyak teknik
pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik yang paling banyak di gunakan.
Salah satunya yaitu kromatografi kolom.
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan
paling kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada
tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya
dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara
kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika
umum dari molekul. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik
kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada
sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
akan membahas tentang metode kromatografi kolom.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di bawah ini dirumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah :
1.
Apakah pengertian dari kromatografi?
2.
Apakah pengertian kromatografi kolom?
3.
Bagaimana jenis-jenis kromatografi?
4.
Bagaimanakah sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom?
5.
Bagaimanakah penggunaan kromatografi kolom?
6.
Bagaimana manfaat dari kromatografi kolom?
7.
Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuannya yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui arti dari kromatografi
2.
Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
4.
Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom
5.
Untuk mengetahui penggunaan kromatografi kolom
6.
Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom
7.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom
1.4 Manfaat
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan baik bagi penyusun khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Kromatograf
Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh
Michael Tsweet pada tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari
rusia. Dalam percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk
kalsium karbonat yang di isikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai
pelarut. Proses pemisahan itu di awali dengan menempatkan larutan cuplikan
dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat,
kemudian di alirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna
yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam
ekstrak tumbuhan. Cara asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, ia
telah menggunakannya untuk menggunakan pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna,
dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan
untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan
pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada
senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau
kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan
kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat
terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya, semua
kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang
lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai
dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
2.2. Jenis-Jenis Kromatografi
Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan
berdasarkan jenis fasa yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme
pemisahannya. Berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya , kromatografi dapat di
bedakan atas berbagai tipe sebagai berikut:
2.2.1 Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)
Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi
tertua dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Pada
kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa
mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis
2.2.2 Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)
Fasa diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan
tipis cairan yang terserap pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai
fasa pendukung.
2.2.3 Kromatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi
gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. ada dua jenis kromatografi
gas, yaitu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair (KGC)
2.2.4 Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai
kromatografi fasa uap.
2.2.5 Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian
senyawa spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini
didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik
dengan matriks yang barada di dalam kolom kromatografi. Secara umum, teradapat
dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi pertukaran kation dan kromatografi pertukaran anion.
2.2.6 Kromatografi Kertas (KT)
Kromatografi
kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu
senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu
campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal
sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti
kolom.
2.2.7
Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi
jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan lembaran
kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina,
silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih
bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.
2.2.8
Kromatografi Filtrasi Gel
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
2.2.9
Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi
jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana selama pengerjaannya
diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah aliran spesies
ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan molekul
dan gerakitasnya.
2.3.
Kromatografi Kolom
2.3.1.
Pengertian Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan
kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran
dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom
adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)
bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran
sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah
bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai
afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita
mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat
contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama
dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben.
Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap
adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Pemisahan
tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara
butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen
pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi
kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses
dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan
adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen
dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara
kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap
adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil
akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut.
Teknik
pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom
adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan.
Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti
kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair
(biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga
(penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya
diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap
senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap
dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk
mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam
lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase
bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa
komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat
cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak
digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan
padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif) tertentu yang bisa
dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan jenis
ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar
kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses
penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair
(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat
ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan
ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi
berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion
penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion
yang diserap.
Besarnya
nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion
yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut.
Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai
kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat
memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion
yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”.
Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan
menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi
kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa
ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan
amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang
jumlahnya ekuivalen.
Parameter
yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah mengoptimumkan
efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi dapat di
kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu
diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan
terdapat dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja.
2.3.2 Persyaratan kolom
Pola
kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang tempat
suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai dengan
memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan cara
penyaratan yang baik. Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat
keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang
boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin
besar hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan
lintas bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang
menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat
mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan
dalam ruang di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
2.3.3 Bentuk kolom
Penempatan
adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar dilaksanakan. Sebagai
akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi kurang teratur
bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan pembauran. Tetapi
bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain pihak, kolom yang
lebar dan pendek itu lebih memudahkan dalam pemakaiannya. Oleh karena itu,
tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di bawah tabung yang
umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat dari porselen
atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu. Lempengan
yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang stasioner. Di
bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur dilengkapi dengan
pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom memakai suku asah
sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk meniup kolom
sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring
harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran antara cairan – cairan
yang keluar dari kolom.
2.3.4 Kecepatan arus
Semakin
rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya
keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun
menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat
menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh
mungkin. Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan
mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang
berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang
harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan
memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya
arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben
akan bergerak dalam bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang
berbeda – beda melalui kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah
memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini
ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang
diperoleh mulai dapat diselidiki.
2.3.5 Perolehan data
Suatu
integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc, hanya
mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu kromatografi.
Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan tegangan lebih
kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang menunjukan waktu
pengukuran harus di mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang
menentukan tingkat ketika tegangan sinyal tersebut harus di naikkan sebelum
akumulasi sinyal terjadi. Untuk mencegah penyimpanan aliran garis dasar,
kemiringan kenaikan harus memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap suatu
puncak.
2.3.6 Perhitungan Efesiensi Kolom
Semakin lebar suatu puncak kromatografi yang sebanding
dengan waktu retensinya, semakin kurang efesien kolom pengelusinya.
Persamaan 1
Dengan n adalah jumlah pelat teoretis.
Efesiensi kolom biasanya dinyatakan dalam pelat teoretis per meter:
n x 100/L
Pengukuran efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi
analit tersebut singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.
Persamaan 2
Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan mencerminkan berapa kali
analit berpartisi antara fase gerak dan fase diam selama pergerakannya melalui
kolom dan t’r =tr – t0
N eff = 5, 54 (t’r : W1/2)²
Persamaan lain yang di gunakan sebagai pengukuran adalah H, “tinggi pelat
teoretis”
H=L/N eff
Dengan h adalah panjang kolom yang di butuhkan untuk berlangsungnya satu
tahap partisi. (Watson, 2005)
3.3.7 Pemisahan pada kolom
Pada pemisahan campuran-campuran pada kolom, solut di
cirikan dengan waktu retensi (tR) dan faktor retensi (k’) yang berbanding lurus
dengan D. Waktu retensi merupakan lamanya waktu yang di butuhkan solut untuk
melewati kolom. Waktu retensi dan faktor retensi di hubungkan oleh persamaan
berikut:
tR=tM(1+k’)
tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu mati merupakan waktu
yang di butuhkan oleh solut yang tidak tertahan untuk melewati kolom. Solut
yang tidak tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase
gerak, karenanya perbandingan distribusi (D) dan faktor retensinya adalah
0 akan tertahan secara profosional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih
besar dari pada tM, misal:
jika k’ = 1 maka tR= 2tM
jika k’ = 2 maka tR = 3tM
kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa sehingga nilai k’
lebih kecil dari pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang.
Nilai k’ dapat di hitung dengan menyusun ulang persamaan di atas:
tR=tM (1=k’) maka k’ = (tR-tM) / tM
dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut di karakterisasi dengan volume
retensi (Vr) yang merupakan volume fase gerak yang di butuhkan untuk mengelusi
solut dari kolom. Waktu retensi berbanding langsung dengan volume retensi pada
kecepatan alir yang konstan sehingga persamaan di atas dapat di tulis kembali:
Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:
k’=D(Vs / Vm)
dengan menggabungkan kedua persamaan ini maka akan di peroleh:
Vr=Vm(1+D Vs / Vm)
Atau
Vr=Vm+DVs
Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam dan volume vase gerak
dalam kolom.
Persamaan tersebut merupakan persamaan pundamental pada kromatografi kolom
karena berhubungan dengan volume retensi solut terhadap perbandingan distribusinya
2.4 Sifat Adsorben dan Pelarut
Harus memiliki luas permukaan besar internal.
Kecepatan adsorbsi akan semakin bertambah dengan semakin kecilnya ukuran
diameter adsorben. Daerah tersebut harus dapat diakses melalui pori-pori cukup
besar untuk mengakui molekul untuk teradsorpsi. Ini adalah bonus jika pori-pori
juga cukup kecil untuk mengecualikan molekulyang tidak diinginkan untuk
menyerap adsorben harus mampu menjadi mudah diregenerasi adsorben seharusnya
tidak mengalami penuaan yang cepat, yang kehilangan kapasitas serap melalui
daur ulang terus-menerus harus adbsorbent mekanik cukup kuat untuk menahan
penanganan massal dan getaran yang merupakan fitur dari setiap unit
industri.Pemilihan pelarut tergantung dari sifat kelarutannya, akan tetapi
lebih baik untuk memilih suatu pelarut yang tidak tergantung pada kekuatan
elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba. “kekuatan” dari zat
elusi adalah daya penyerapan pada penyerap dalam kolom.
Adsorbsi terjadi karena adanya perbedaan potensial
antara molekul-molekul adsorbat dengan permukaan aktif pada pori-pori
adsorbent. Gaya tersebut yang menyebabkan molekul-molekul adsorbate secara
difusional terjerap ke dalam pori-pori adsorbent, dan terikat untuk waktu
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah jenis adsorbent,
jenis adsorbate, konsentrasi adsorbate, luas permukaan aktif adsorbent, daya
larut adsorbent, dan kemungkinan terjadinya koadsorbsi pabila terdapat lebih
dari satu jenis adsorbat (Sawitri, 2008).
Ditambahkan lebih lanjut oleh Hassler; Weber; Sawyer dalam Zahroh. (2010),
proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Sifat
Adsorbat
Besarnya adsorpsi zat terlarut tergantung pada
kelarutannya pada pelarut. Kenaikan kelarutan menunjukkan ikatan yang kuat
antara zat terlarut dengan pelarut. Apabila adsorbat memiliki kelarutan yang
besar, maka ikatan antara zat terlarut dan pelarut makin kuat sehingga adsorpsi
akan semakin kecil karena sebelum adsorpsi terjadi diperlukan energi yang besar
untuk memecahkan ikatan zat terlarut dengan pelarut.
b. Konsentrasi
Adsorbat
Adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi
adsorbat. Adsorpsi akan konstan jika terjadi kesetimbangan antara konsentarasi
adsorbat yang terserap dengan konsentrasi yang tersisa dalam larutan.
c. Sifat
Adsorben
Adsorpsi secara umum terjadi pada semua
permukaan, namun besarnya ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang
kontak dengan adsorbat. Luas permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap
proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya
adsorpsi sebanding dengan luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak
dengan adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.
d. Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis,
oleh karena itu adsorpsi akan besar jika temperatur rendah.
e. Waktu Kontak
dan Pengocokan
Waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan adsorpsi. Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka difusi
adsorbat melalui permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan
pengocokan untuk mempercepat proses adsorpsi.
f. pH (Derajat
Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila
pH diturunkan dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut,
sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali,
adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan
kimia. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang melibatkan gaya intermolekul (gaya
Van der Walls dan ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben). Pada
adsorpsi ini adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga dapat
bergerak dari satu bagian kebagian lain dalam adsorben. Sifat adsorpsinya
adalah reversible yaitu dapat dilepaskan kembali dengan adanya penurunan konsentrasi
larutan dan membentuk lapisan multilayer. Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang
melibatkan ikatan kovalen. Ikatan tersebut terjadi sebagai hasil dari pemakaian
bersama elektron oleh adsorben dan adsorbat. Dalam adsorpsi kimia partikel
melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yaitu ikatan kovalen.
Sifat adsorpsinya adalah irreversible dan membentuk lapisan monolayer.
2.5 Proses Sorpsi
Sorpsi merupakan proses peminadahan solut dari fase
gerak ke fase diam, sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solut dari fase
diam ke fase gerak) di sebut dengan desopsi. Kedua proses ini ( sorpsi dan
desorpsi) terjadi secara terus menerus selama pemisahan kromatografi karenanya
sistem kromatografi berada dalam kesetimbangan dinamis. Solut akan
terdistribusfase yang ai diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan
distribusinya (D) untuk menjaga kesetimbangan ini ada 4 jenis mekanisme sorpsi dasar
dan umumnya 2 atau lebih mekanisme ini terlibat dalam satu jenis kromatografi.
Keempat jenis tersebut adalah adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan eksklusi
ukuran. Eksklusi berbeda dengan mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam
eksklusi tidak ada interaksi spesifik antara solut dengan fase diam.
2.6. Penggunaan Kromatografi Kolom
Menganalisa zat pewarna alami dalam tumbuh-tumbuhan.
Contohnya mengekstrak daun atau wortel. Sampel terlebih dahulu dihaluskan
secara manual dengan menggunakan mortar, kemudian ditambahkan dengan pelarut
organic yaitu n-hexane, hasil ekstraksi ini kemudian disaring dan filtratnya
dipanaskan diatas penangas air dan dibiarkan sampai mengental. Kolom yang
dipergunakan misalnya corong pisah yang berbentuk tabung (silinder), dalam
mempersiapkan kolom hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memasang
penahan pada kolom, penahan yang dipergunakan adalah glass wool, hal ini
dilakukan karena glass wool memiliki kemampuan menyaring dan menahan penyerap
lebih baik daripada menggunakan kapas. Proses memasukan glass wool kedalam
corong pisah dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat
menyebabkan gatal pada tangan, glass wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah
glass wool yang ditambahkan secukupnya dan glass wool yang sudah masuk corong
pisah tidak boleh dipadatkan. Penyerap (Alumina/magnesia, silica gel, karbon,
magnesium silikat, magnesium kabonat, kalisum karbonat, dan aluminium silikat).
Penyerap ditimbang secukupnya dan dilarutkan dengan menggunakan pelarut organic
n-hexane sampai penyerap menjadi bubur, kemudian bubur penyerap dimasukan
kedalam corong pisah. Proses memasukan penyerap ini dilakukan dengan
menggunakan spatula, proses ini harus dilakukan dengan cepat karena pelarut
yang dipergunakan adalah n-hexane yang volatile maka bahan penyerap pun menjadi
cepat mengering, dan jika bahan penyerap mengering maka proses memasukannya
menjadi lebih sulit.
Proses memasukan penyerap dalam corong dilakukan sebaik mungkin dan homogen
serta hindari terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat
menyebabkan putusnya penyerap dalam kolom. Setelah penyerap dimasukan kedalam
kolom, tahap selanjutnya adalah memasukan kertas saring diatas penyerap sesusai
dengan bentuk dari kolom, pemberian kertas saring ini bertujuan untuk
mendapatkan permukaan yang rata, sehingga contoh akan dengan mudah merata.
Contoh dimasukan kedalam kolom yang sudah dilapisi kertas saring dengan
menggunakan pipet tetes, penetesan contoh dilakukan secara perlahan dan dengan
gerakan memutar sehingga contoh dapat menyebar dengan baik. Proses selanjutnya
adalah memasukan pelarut. Penambahan pelarut diatas contoh tersebut dilakukan
sedikit demi sedikit, dan ditambahkan kembali sedikit demi sedikit jika pelarut
mulai berkurang. Pelarut yang ditambahkan akan turun perlahan kebagian penyerap
dan membentuk pita-pita warna sesuai dengan jenis zat warna yang terkandung
dalam contoh. Pelarut tersebut akan turun dan keluar dengan dengan membawa zat
pewarna yang terlarut tersebut.
Kromatografi
kolom termasuk kromatografi cairan, adalah metoda pemisahan yang cukup baik
untuk sampel lebih dari 1 gram. Pada kromatografi ini sampel sebagai lapisan
terpisah diletakkan diatas fase diam. Biasanya sampel dihomogenkan dengan fase
diam sehingga merupakan serbuk kering, diatas lapisan ini dapat diletakkan
pasir untuk menjaga tidak terjadinya kerusakan waktu ditambahkan fase gerak
diatas lapisan sampel. Fase diam dan sampel ini berada di dalam kolom yang
biasanya dibuat dari gelas, logam ataupun plastik. Selama elusi fase gerak
dialirkan dari atas, mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga
disedot dari arah bawa. Komponen sampel akan terpisah selama bergerak dibawa
fase gerak didalam kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak tertahan oleh
fase diam akan keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain. Semuanya
ditampung sebagai fraksi, volume tiap fraksi tergantung besarnya sampel
(kolom).
Kolom
kromatografi Kolom biasanya berbentuk seperti buret untuk titrasi, ukurannya
beragam. Perbandingan panjang kolom sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya,
perbandingan ini tergantung mudah tidaknya komponen dipisahkan. Perbandingan
berat sampel dan fase gerak (1 : 30) biasanya cukup memadai untuk pemisahan
yang mudah, perbandingan dapat ditingkatkan hingga (1:50) untuk komponen yang
susah dipisahkan. Fase diam Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari
ukuran partikel fase dian untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250|iim.
Ukuran partikel lebih kecil 63 jam fase gerak akan mengalir lebih lambat,
sehingga perlu ditekan atau dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiOi)
adalah fase diam yang serba guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika
gel perlu diaktifkan panaskan pada 150-160°C selama 3-4 jam. Fase diam lain
adalah alumina.
Pemilihan
Fase gerak (pelarut=solven = eluen) Pemilihan fase gerak sangat menentukan
berhasil tidaknya pemisahan. Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan,
dilakukan pendekatan:
1. Penelusuran literature/pustaka.
2. Mencoba dengan KLT. Cara ini
dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan fase diam kolom yang
akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangfcan dengan fase gerak non polar
kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar.
Membuat kolom (packing) Pengemasan
kolom dapat dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Cara basah lebih
mudah untuk memperoleh packing yang memberikan pemisahan yang baik. Sedangkan
cara kering umumnya dilakukan untuk alumina.
Cara basah
Kedalam ujung kolom kromatografi (tempat keluarnya fase diam) diatas keran
diletakkan gelas wool, tidak perlu ditekan kuat. Diatasnya ditaburkan pasir
sehingga membentuk lapisan tebal + 1 cm. Selanjutnya dimasukkan petroleum eter
sambil mencoba kecepatan menetes fase gerak dengan memutar keran. Di dalam
beker gelas dibuat bubur fase diam dengan petroleum eter. Dengan bantuan batang
pengaduk bubur dimasukkan kedalam kolom berisi petroleum eter. Sambil
diketuk-ketuk butir-butir fase diam akan turun dan tersusun rapi didalam kolom.
Bila kolom penuh dengan petroleum eter keran dibuka untuk menurunkan permukaannya
dan petroleum eter yang keluar dapat digunakan lagi untuk membuat bubur fase
diam. Packing dihentikan sampai panjang kolom yang dikehendaki. Selapis pasir
diletakkan pada packing kolom untuk melindungi kolom. Kolom dijaga untuk tidak
kering, maka diatas lapisan pasir haras selalu ada selapis fase gerak. Pada
proses packing ini dinding luar kolom gelas disemprot dengan aseton.
Penyemprotan dimaksudkan untuk mendinginkan kolom sehingga menghambat
terbentuknya gelembung udara. Adapun untuk kolom yang diameternya kecil fase
diam kering dapat ditaburkan sedikit demi sedikit kedalam kolom yang berisi
petroleum eter. Kolom ini digunakan setelah disimpan semalam.
Cara
kering Selapis pasir diletakkan didasar kolom, kemudian fase gerak dimasukkan
lapis demi lapis sampil ditekan dengan karet atau alat penekan lain. Selain
ditekan dapat juga dibantu dengan dihisap, sehingga dihasilkan packing fase
diam yang mampat. Diatas fase diam diletakkan kertas saring dan diatasnya lagi
sdapis pasir. Pada posisi keran terbuka fase gerak dituangkan dan dibiarkan
mengalir keluar. Packing kolom disimpan dengan mempertahankan selapis fase
gerak berada diatas lapisan pasir.
Penyiapan
Sampel Sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian
dituangkan hati-hati diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan tetes demi
tetes, diatur kecepatan menetesnya (tergantung besar-kecilnya kolom) dan dijaga
kolom tetap terendam, untuk itu ditambah fase gerak perlahan-lahan dan dijaga
tidak merusak packing kolom. Fase gerak yang keluar ditampung sebagai
fraksi. Volume fraksi tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada
kolom saat proses awal elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh
pemisahan yang lebih baik, namun akan dikumpulkan banyak fraksi. Untuk 10 gram
sampel biasanya dikumpulkan fraksi dengan volume a 150 ml. Cara meletakkan
sampel pada kolom yang lebih baik adalah dengan mencampur dengan fase
diam. Satu bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, biasanya pelarut
yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk pembuatan ekstrak.
Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2,0-3.0 bagian fase diam, dengan
hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary evaporator hingga diperoleh
serbuk ekstrak kering. Serbuk ini ditaburkan diatas packing kolom dan ditutup
dengan selapis pasir. Selanjutnya sampel siap dielusi.
Elusi
(pengembangan) Fase gerak (cairan =pelarut pengembang) Fase gerak dimasukkan
kedalam kolom dengan cara dituangkan sedikit demi sedikit atau dialirkan dari
bejana yang diletakkan diatas kolom sehingga fase gerak mengalir dengan
sendirinya. Cara yang praktis adalah dengan memasukkan kedalam corong pisah,
ujung corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan ujung lain tertutup, sedangkan
keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan sendirinya sesuai dengan keluarnya
fase gerak dari kolom. Dibedakan dua jenis cara elusi: Elusi isokratik yaitu
selama proses elusi menggunakan fase gerak dengan polaritas tetap. Elusi
gradien (bertahap) yaitu selama proses elusi menggunakan fase gerak
berubah-ubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas berubah-ubah maka komposisi
fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai fase gerak non polar kemudian berubah
kepelarut yang polar. Perubahan ini dapat diprogramkan sesuai dengan pemisahan
yang diinginkan. Elusi dihentikan jika sudah tidak ada lagi sampel yang dapat
dibawa keluar lagi oleh fase gerak, bila digunakan elusi gradien sudah sampai
pada fase gerak yang paling polar.
Mendeteksi
komponen yang dipisahkan Kromatografi kolom yang konvensional tidak dilengkapi
detektor, namun sekarang dapat digunakan dengan mengalirkan eluate (efluen)
pada detektor untuk mendeteksi komponen. Yang umum digunakan dan mudah
dikerjakan adalah dengan memonitor fraksi dengan KLT. Fraksi yang mempunyai
profil bercak KLT yang mirip digabungkan. Selanjutnya gabungan ini dapat
dianalisis lebih lanjut. Pada kolom partisi umumnya suatu
pelarut tidak campur air diadsorpsi pada suatu padatan inert, sebagai cairan
fasa diam. Larutan analit ditempatkan pada bagian atas kolom, kemudian dicuci
dengan pelarut kedua hingga analit keluar dari kolom. Pelarut
kedua= fase gerak = eluen =bisa berupa campuran pelarut mungkin juga
yang mengandung bufer
Alat kromatografi kolom sederhana, terdiri dari kolom
dari kaca yang ada kranya. Umumnya panjang kolom minimum 10x diameter pipa kaca
yang digunakan dan labu Erlenmeyer sebagai penampung eluen. Fasa diam berupa
adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus
seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan adsorbsi tidak
reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit,
kalsium karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk, selulose, gula,
tanah diatom. Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara
kering dan cara basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan
pelarut yang akan digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam
kolom. Fasa gerak dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau
campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau
non polar dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam.
Kromatografi cair yang dilakukan di dalam kolom besar
merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah
besar. Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa
pita bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam
atau bahkan tabung plastic. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui
kolom karena aliran ini disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan
tekanan. Zat penyerap (misalnya aluminium oksida yang telah diaktifkan, silica
gel, kilsegur terkalsinaasi, dan kilsegur kromatografi murni) dalam keadaan
kering atau sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kuwarsa
dengan ukuran tertentu dan mempunyai lubang mengalir keluar dengan ukuran
tertentu.Sediaan yang diuji dan dilarutkan dalam sedikit pelarut ditambahkan
pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penyerap. Zat berkhasiat
diserap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit
pada puncak kolom.
Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem kromatografi. Jika dikehendaki pemisahan beberapa zat khasiat dapat dilakukan dengan mengalirkan selanjutnya pelarut yang sama atau pelarut lain yang mempunya daya elusi yang kuat .
Dengan mengalirkan pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu dari sistem kromatografi. Jika dikehendaki pemisahan beberapa zat khasiat dapat dilakukan dengan mengalirkan selanjutnya pelarut yang sama atau pelarut lain yang mempunya daya elusi yang kuat .
Teknik
pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran, kolom yang telah
dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti alumina
dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian
dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben
dengan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hati-hati
dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung
udara. Untuk membantu homogenitas pengepakan biasanya kolom setelah diisi
divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah
cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas
kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam
campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa
pita sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara
terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan
pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap,
komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen
yang satu dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau
kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan
semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom,
adsorben, pelarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita
(zona-zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap zona yang
keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar
dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat diteruskan untuk ditetapkan
kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau spektofotometri.
2.6.1 Analisis farmasi
Pemisahan
molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan
molekul penting lainnya.
2.7. Manfaat Kromatografi Kolom
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai
peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun
kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering
menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk
keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam
pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak,
vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan
menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat
ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis
obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut
sehingga bisa bertahan lama.
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat
bermanfaat terutama dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari
air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang
diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk
perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida)
dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan
lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu
penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang
ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama
bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan
kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis
dibandingkan dengan teknik kromatografi.
2.8. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom
2.8.1 Kelebihan kromatografi kolom :
Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi
preparative. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran. Digunakan
untuk memisahkan dan purifikasi substansi.
2.8.2 Kekurangan kromatografi kolom :
Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik
dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan
apa yang di sebut kromatogram.
2.
Jenis jenis kromatografi : Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi),
Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi), romatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi Gas-Cair (KGC), Kromatografi Penukar Ion, Kromatografi
Kertas (KT), Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer
Chromatography), Kromatografi Filtrasi Gel, Kromatografi Elektroforesis Kontinyu,
dan Kromatografi Kolom
3.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka.
4. Kelebihan
kromatografi kolom adalah dapat
digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative. Digunakan untuk menentukan
jumlah komponen campuran. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.
5. Kekurangan
kromatografi kolom adalah untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik
dan manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming).
3.2. Saran
kami
menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai
kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia
Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia.
Jakarta: PT Padya Pranita
Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia
Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia.
Jakarta: Bumi aksara
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.:
Yogyakarta: Konsius
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New York: John Willey dan Sons
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3.
Bandung: ITB Press
Watson, G David. 2005. Analisis
Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
Komentar
Posting Komentar